Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 07:02:53 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 204
Total: 204

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Ternyata Ini Dia Asal Usul Lambang Salib Pada Kekristenan

Dimulai oleh destii, Maret 11, 2017, 11:24:02 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

destii

Seperti yang kita kita ketahui, bahwa lambang salib pasti identik dengan kekristenan dan berkaitan erat dengan Yesus. Namun tidak banyak juga dari kita khususnya umat kristiani yang mengetahui asal-usul dari bentuk lambang salib tersebut, tapi ternyata lambang salib adalah tanda agama Mithra yang asalnya dari Persia. Isis dalam buku tersebut sebagai berikut:

Mulai orang Kristen memakai tanda itu sejak kaisar Constantyn melihat palang dalam mimpinya, hakikatnya hanya suatu barang biasa dilihatnya dengan mata kepalanya belaka, sebab palang itu adalah tanda agama kafir (heiden) berabad–abad sebelum Kristus. Pada bulan Juni yang lalu kami ada melihat suatu palang agama Mesir yang tersimpan di dalam museum ibu kota Alexanderia. Hal yang menarik hati, palang agama Kristen itu membawa arti yang sama dengan palang agama Mesir, yaitu membawa hidup baru sebab dipalangkan. Di Irlandia (Inggris utara), sudah ditemui orang sebuah palang yang semacam itu, yang ada padanya gambar orang yang dipalangkan. Akan tetapi nyata bahwa gambar itu adalah gambar seorang pangeran negeri Persia, bukan gambar Yesus pangeran negeri Nazaret. Sebab nyata pada kepalanya itu nampak suatu mahkota kerajaan Persia, bukan mahkota duri (Injil Kitab Matius 27: 29. Injil Yesus/Injil Perjanjian Baru). Palang tersebut di atas adalah tanda agama Mithra, yang asalnya dari Persia. Memang di Irlandia dan di Chester banyak peninggalan tanda–tanda agama itu.

Kaisar Constantyn, seorang anggota persekutuan Kristen yang baru masuk, rupanya menghendaki supaya tanda palang itu dipakai sebagai tanda agamanya yang baru. Tetapi nyatalah bahwa hakikatnya adalah ia lebih menghargai Apollo, tuhannya yang lama, daripada Yesus Kristus, tuhannya yang baru itu. Kesetiaannya kepada agama Apollo nyata pula tetap dalam segenap hidupnya terbukti suatu tanda agama Apollo yang tinggal tetap dipakai sebagai cap kerajaan dan cap mata uang negerinya sampai pada matinya kaisar tersebut. Walhasil, sebab kegemarannya kepada agama matahari itulah yang terlebih mungkin menyebabkan ia menghendaki tanda palang itu dipakai sebagai tanda agama Kristen, sebab ia melihat palang dalam mimpinya.

Akhirnya palang itu diwarisi oleh agama Gereja, sekalipun agama Gereja itu katanya datang untuk membersihkan kepercayaan agama berhala kuno. Bacalah kiranya riwayat father–father (rahib–rahib/pendeta–pendeta Kristen) zaman dulu, tentu pembaca yang terhormat akan mengetahui lebih terang, bahwa mereka itu telah memakai kekuatan pedang dan api untuk melenyapkan agama matahari sehingga terjadilah pembunuhan atas diri Hypatia, guru agama matahari yang besar pada waktu itu dan pembakaran atas gedung buku Alexanderia. Tetapi hakikatnya segala pengajaran dan adat istiadat agama matahari itu kesemuanya adalah dibawa masuk ke dalam agama gereja.

Mula–mula orang Kristen memakai 'ikan sungai' sebagai tanda agamanya. Akhirnya ikan sungai itu diganti dengan 'palang'. Dalam pada itu 'ikan sungai' adalah sebagai alamat Yesus Kristus. Pada abad pertengahan, kubur–kubur orang Kristen dihiasi dengan gambar 'ikan sungai', tidak dengan palang seperti sekarang. Akan tetapi Injil tidak memberi penerangan kepada kita apa sebabnya 'ikan' itu sebagai tanda agama Gereja, melainkan ada satu cerita dalam Injil yang menerangkan pernah makan 'ikan'.

Sebenarnya masih banyak cerita yang menjelaskan tentang asal usul ditemukannya lambang salib tersebut, entah mana yang benar. Meskipun yang membaca atau yang menulis merupakan seorang muslim tapi setidaknya kita bisa mengenal luas mengenai berbagai macam sejarah agama lainnya, yang terpenting saling RESPECT FOR RESPECT :) .

The Houw Liong

Asal-Usul Salib Yang Menjadi Lambang Kekristenan
Februari 12, 2008 oleh fuui
Salib adalah lambang yang sangat tua yang terdapat di dunia jauh sebelum lahirnya Yesus Sang Juruselamat. Pada awalnya orang-orang Kristen tidak menggunakan salib sebagai lambang Kekristenan mereka. Benda ini tidak termasuk dalam daftar pertama lambang-lambang Kristen yang disediakan  oleh St. Clement. Mulanya yang mereka gunakan justru bintang ikan (Pisces) dan anak domba sebagai lambang Penyelamatnya.

Ketika lambang salib akhirnya dipakai, orang-orang Kristen sempat merasa enggan terhadap gambar seorang laki-laki yang tergantung pada salib. Hal ini tidak pernah dilakukan Gereja Kristen sebelum abad ke tujuh. Faktanya, salib dengan orang tergantung padanya telah dimasukkan oleh orang Roma dari India berabad-abad sebelum zaman Kristen. Walker berkata, "...orang-orang Kristen dini bahkan menolak salib karena (berwatak) pagan....Patung-patung Yesus dini tidak menggambarkan dia di atas salib, tetapi dalam samaran 'Gembala yang Baik' yang membawa domba." (Acharya, The Christ Conspiracy)

Churchward mengatakan, "Pada dasarnya Salib merupakan tanda astronomi. Salib dengan lengan sama panjang menunjukkan waktu siang dan malam yang sama panjang, dan merupakan tanda equinox." Sedangkan Derek Patridge menyatakan, "Yang ditunjukkan oleh salib dengan lingkaran di dalamnya...adalah sebenarnya matahari yang mengecil atau mati di zodiac, dan bukan orang."

W

gambar 1. Salib Keltik
Salib Keltik Pra Kirsten di tepi Sungai Shannon di Irlandia
ditemukan dengan gambar relief dewa bumi dan roh hutan.

Encyclopedia of Funk and Wagnalls menyebutkan bahwa "Tanda salib sudah digunakan sebagai lambang sebelum zaman Kristen." Di Italia –di mana terletak Roma yang menjadi salah satu pusat paling dini bagi penyebaran agama Kristen-, terdapat salib sebagai peninggalan dari zaman prasejarah. Di Mesir purba, yang memuja dewa-dewi yang mati menebus dosa dengan darah, salib dijadikan lambang keagamaan yang umumnya berbentuk huruf T, yang oleh para ahli disebut dengan tau. Ada pula salib tau yang di atasnya dipasang sebuah "gagang" yang berupa lingkaran. Lingkaran itu melambangkan kekekalan. Salib yang di atasnya bergagang lingkaran itu melambangkan kekelalan hidup atau kehidupan yang abadi. Salib berlingkaran (crux ansata/salib ankh) biasa dipakai di leher para pendeta Mesir kuno sebagai kalung. Di kalangan berbagai bangsa purba di sekitar wilayah Mediterania, termasuk Funisia yang bertetangga dengan Palestina, lambang salib Mesir itu juga mengandung pengertian hikmah atau kebijaksanaan rahasia."


gambar 2. Crux Immisa (Salib Latin)
Prajurit Aramea juga memakai Salib sebagai
jimat perlindungan dalam pertempuran


gambar 3. Crux Commisa (Salib Tau)
Selain Salib Tau terdapat satu lagi jenis salib yang disebut dengan Salib Berlengan Sama Panjang. Salib ini telah dikenal di seluruh dunia purba. Oleh para ahli dikatakan bahwa di kalangan dunia purba salib ini melambangkan keempat unsur (bumi, udara, air, dan api) yang dipandang sebagai sumber penciptaan segala sesuatu. Unsur-unsur itu dipandang sebagai yang abadi, sehingga segala sesuatu yang tercipta darinya, tidak akan pernah musnah, sekalipun berubah-ubah.

Salib berlengan panjang juga digunakan sebagai pemberi tanda (berupa gambar) pada makanan suci maupun wadah-wadah yang berisi air suci keagamaan. Penggunaan salib ini terdapat di kalangan bangsa-bangsa Assyiria, Babilonia, Persia purba, bahkan di benua Amerika sebelum datangnya agama Kristen.

Bentuk lain salib jenis ini adalah swastika. Ini sebenarnya adalah salib berlengan panjang, yang bagian ujung lengannya tertekuk atau dipatahkan menurut arah yang sama (seperti arah jarum jam). Menurut para ahli, ujung lengan yang tertekuk itu asal mulanya melengkung, yang apabila diteruskan akan membentuk lingkaran yang memanifestasikan lambang matahari.

Encyclopedia of Funk and Wagnalls mengatakan, "Bentuk atau model ini adalah salah satu lambang paling dini yang terkenal yang telah dibuat oleh manusia, dan salah satu lambang yang paling menyebar di kalangan bangsa-bangsa primitif. Lambang ini terdapat di seluruh benua selain Australia, dan merupakan lambang dewa matahari, dari Apollo dan Odin sampai Quetsalcoatle. Lambang ini masih bertahan hidup sebagai lambang keagamaan di India di kalangan para penganut agama Budha dan agama Jain, serta di China dan Jepang, maupun di kalangan suku-suku Indian di Amerika Utara yang masih meneruskan praktik keagamaan dan pengobatan asli (praktek perdukunan)."

Dalam Encyclopedia Britannica, Prof. Shepherd menulis, "Bentuk-bentuk salib telah digunakan sebagai lambang, religius atau lainnya, jauh sebelum zaman Masehi, di hampir semua bagian dunia...Dua bentuk salib Pra Kristen telah menjadi mode dalam Kekristenan. Lambang hieroglyph Mesir tentang kehidupan (salib ankh, salib tau dengan lingkaran di atasnya) dipungut dan digunakan secara luas pada monumen-monumen Kristen Koptik. Salib Swastika (crux gammata), yang terdiri atas empat huruf gamma kapital Yunani, ditandakan pada banyak nisan makam Kristen dini sebagai lambang yang tersamar. Lambang ini tersebar luas sebelum zaman Kristen di Eropa, Asia, dan Amerika dan umumnya dianggap sebagai lambang matahari atau api. Dari situlah makna sumber kehidupan berasal. "

Di beberapa tempat di dunia ini, ujung tekukan pada salib swastika diberi gambar telapak kaki yang menandakan adanya gerak "berjalan". Di tempat lain, ada pula yang menggambari ujung swastika dengan gambar burung yang menggambarkan gerak terbangnya matahari di angkasa. Atau gambar ikan, yang mengisyaratkan matahari menyelam di laut di bawah muka bumi setelah tenggelam di malam hari dan sebelum kembali terbit keesokan harinya.

+
gambar 4. Crux Gammata (swastika)

X
gambar 5. Salib Malta
Bagaimanapun, salib merupakan lambang Dewa Matahari. Karena matahari hanya satu bagi seluruh dunia, maka dengan sendirinya di mana-mana di dunia ini, apabila mereka memuja Dewa Matahari maka lambang dan kepercayaannya akan mirip. Demikian halnya antara kepercayaan pagan dengan kepercayaan Kristen. Sejak ribuan tahun sebelumnya hingga jaman penyebaran agama Kristen di wilayah Mediterania, telah terdapat agama-agama yang meyakini dewa-dewi yang menderita, disalib dan mati menebus dosa. Riwayat-riwayat dan waktu penyaliban Yesus yang terdapat dalam doktrin Kristen juga sangat serupa dengan kepercayaan pagan, yakni berkisar antara tanggal 21-25 Maret.

Justinus Martir dapat saja berapologi bahwa iblis yang mendengar ramalan-ramalan para nabi besar sebelumnya, meniru ajaran itu sebelum adanya agama Kristen itu sendiri. Namun demikian Islam akan tetap menolak dengan keras doktrin Kristen apapun seputar peristiwa penyaliban tersebut, sebagaimana dinyatakan dengan tegas dalam Al Qur'an, "mereka tidak membunuhnya dan mereka tidak menyalibnya" (QS. An Nisa: 157). Maka dari itu, sudah sepatutnyalah bagi setiap muslim untuk tidak mempercayai dogma-dogma Kristen seputar penyaliban Yesus, apalagi sampai mempercayai lambang salib sebagai lambang penebusan dosa manusia.

[sumber: nelly, Januari 2008/swaramuslim]

HouwLiong

The Houw Liong

Berikut ini disalinkan apa adanya dari buku Perbandingan agama Kristen dan Islam karangan H. M. Arsjad Thalib Lubis hal 93 – 94.

            Dimana–mana terlihat tanda salib atau tanda palang menjadi simbul agama Kristen. Menurut buku Mata Aliran Kekristenan, tanda salib atau palang itu tidak berasal dari agama Kristen, tetapi adalah tanda agama Mithra yang asalnya dari Persia. Dalam buku itu tersebut sebagai berikut:

            Tanda palang (kruis) itu sesungguhnya bukan kepunyaan agama Kristen; tidak pula berasal dari terpalangnya Yesus Kristus. Dalam daftar kumpulan tanda–tanda agama Kristen, Clement tidak menyebutkan palang (kruis) itu di dalamnya. Mulai orang Kristen memakai tanda itu sejak kaisar Constantyn melihat palang dalam mimpinya, hakikatnya hanya suatu barang biasa dilihatnya dengan mata kepalanya belaka, sebab palang itu adalah tanda agama kafir (heiden) berabad–abad sebelum Kristus. Pada bulan Juni yang lalu kami ada melihat suatu palang agama Mesir yang tersimpan di dalam museum ibu kota Alexanderia. Hal yang menarik hati, palang agama Kristen itu membawa arti yang sama dengan palang agama Mesir, yaitu membawa hidup baru sebab dipalangkan. Di Irlandia (Inggris utara), sudah ditemui orang sebuah palang yang semacam itu, yang ada padanya gambar orang yang dipalangkan. Akan tetapi nyata bahwa gambar itu adalah gambar seorang pangeran negeri Persia, bukan gambar Yesus pangeran negeri Nazaret. Sebab nyata pada kepalanya itu nampak suatu mahkota kerajaan Persia, bukan mahkota duri (Injil Kitab Matius 27: 29. Injil Yesus/Injil Perjanjian Baru). Palang tersebut di atas adalah tanda agama Mithra, yang asalnya dari Persia. Memang di Irlandia dan di Chester banyak peninggalan tanda–tanda agama itu.

            Kaisar Constantyn, seorang anggota persekutuan Kristen yang baru masuk, rupanya menghendaki supaya tanda palang itu dipakai sebagai tanda agamanya yang baru, agama Kristen itu. Tetapi nyatalah bahwa hakikatnya adalah ia lebih menghargai Apollo, tuhannya yang lama, daripada Yesus Kristus, tuhannya yang baru itu. Kesetiaannya kepada agama Apollo nyata pula tetap dalam segenap hidupnya terbukti suatu tanda agama Apollo yang tinggal tetap dipakai sebagai cap kerajaan dan cap mata uang negerinya sampai pada matinya kaisar tersebut. Walhasil, sebab kegemarannya kepada agama matahari itulah yang terlebih mungkin menyebabkan ia menghendaki tanda palang itu dipakai sebagai tanda agama Kristen, sebab ia melihat palang dalam mimpinya.

            Akhirnya palang itu diwarisi oleh agama Gereja, sekalipun agama Gereja itu katanya datang untuk membersihkan kepercayaan agama berhala kuno. Bacalah kiranya riwayat father–father (rahib–rahib/pendeta–pendeta Kristen) zaman dulu, tentu pembaca yang terhormat akan mengetahui lebih terang, bahwa mereka itu telah memakai kekuatan pedang dan api untuk melenyapkan agama matahari sehingga terjadilah pembunuhan atas diri Hypatia, guru agama matahari yang besar pada waktu itu dan pembakaran atas gedung buku Alexanderia. Tetapi hakikatnya segala pengajaran dan adat istiadat agama matahari itu kesemuanya adalah dibawa masuk ke dalam agama gereja. Perlunya supaya agama baru itu dapat menarik orang dan disukai.

             Mula–mula orang Kristen memakai 'ikan sungai' sebagai tanda agamanya. Akhirnya ikan sungai itu diganti dengan 'palang'. Dalam pada itu 'ikan sungai' adalah sebagai alamat Yesus Kristus. Pada abad pertengahan, kubur–kubur orang Kristen dihiasi dengan gambar 'ikan sungai', tidak dengan palang seperti sekarang. Akan tetapi Injil tidak memberi penerangan kepada kita apa sebabnya 'ikan' itu sebagai tanda agama Gereja, melainkan ada satu cerita dalam Injil yang menerangkan pernah makan 'ikan'.

            Seterusnya, Prof. Dr. J. H. Bavink menerangkan sebagai berikut:

            Dahulu orang memakai tiga macam salib. Ada salib yang merupakan huruf 'T', ada salib Andreas, bentuknya seperti 'X', dan ada pula salib orang Rumawi dengan bentuk '+¦'. Salib Yesus itu barangkali salib bangsa Rumawi.

            Dari keterangan di atas ini diketahui bahwa salib yang disebut orang Kristen telah dipergunakan untuk menyalib Yesus, tidak dapat diketahui kepastian bentuknya. Prof. Dr. J. H. Bavink sendiri sebagai pemuka Kristen masih mempergunakan perkataan 'barangkali' sebagai salib bangsa Rumawi, masih berdasarkan dugaan–dugaan belaka.

            Dalam pada itu orang Kristen golongan 'Saksi–saksi Yahwe' tidak mengakui Yesus mati disalibkan di atas kayu palang. Menurut mereka, Yesus mati digantung di atas sebuah tiang, yang disebut mereka dengan 'tiang siksa', tidak di atas kayu salib yang berupa palang.
HouwLiong

ssdestroyer

kematian hyptatia bukan karena ajaran kristen yang mewajibkan penganutnya untuk menggunakan kekerasan untuk mempertahankan iman. Tapi murni karena suatu kepentingan politik antara dua tokoh di alexandria.

The Houw Liong

Ajaran Kristen tidak berdasarkan kekerasan atau pemaksaan, melainkan dengan Kasih sayang atau Hukum Kasih.

Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
HouwLiong