Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Oktober 04, 2024, 05:57:43 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 23
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 12
Total: 12

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Hari Penghilangan Paksa Internasional 2007

Dimulai oleh peregrin, Agustus 24, 2007, 04:45:50 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

peregrin

Hari Penghilangan Paksa Internasional 2007,

26-31 Agustus 2007


Galeri Cipta III, Teater I, Taman Ismail Marzuki

Jalan Cikini Raya No.73, Jakarta


A Week to Remember

Mengenang Korban, Melawan Lupa




Minggu, 26 Agustus 2007, Pukul 18.00 s.d. 21.00 wib.

PERINGATAN ULTAH WIJI THUKUL & PELUNCURAN BUKU KEBENARAN AKAN TERUS HIDUP

Tanggal 26 Agustus merupakan tanggal lahir Wiji Thukul, seorang seniman-aktivis semasa Orde Baru. Salah satu larik puisinya yang sangat popular di kalangan gerakan pro-demokrasi adalah: "Hanya Ada Satu kata:  LAWAN!". Karena aktivitas seni perlawanannya, Wiji Thukul dihilangkan pada tahun 1998 dan belum kembali hingga saat ini.

Peringatan ulang tahun Thukul ke-44 di barengi dengan peluncuran buku Kebenaran Akan Terus Hidup yang berisi tulisan Wiji Thukul dan tulisan berbagai kalangan mengenai diri, gagasan dan kehidupan Wiji Thukul.

Susunan Acara:   - Pembukaan Acara A Week To Remember oleh Mugiyanto, ketua IKOHI.

- Sambutan oleh Ibu Shinta Nuriyah*

- Pemutaran Video Dokumentasi Wiji Thukul.

- Pembacaan Puisi oleh Sastrawan & Sastrawati Perwakilan dari; Cyber Sastra, Bunga Matahari, Forum Sastra Pembebasan, Dewan Kesenian Jakarta, Jaringan Kerja Budaya, dan Pelajar SMU.

- Thukul dimata kawan-kawan: Romo Bhaskara, Linda Christanty, Pemenang Baca Puisi Wiji Thukul.

- Pemotongan tumpeng oleh keluarga Wiji Thukul dan simbolis penyerahan buku.



Senin, 27 Agustus 2007, Pukul 14.00 s.d. 20.00 wib

TRIBUTE TO VICTIM

Kegiatan seni budaya yang dipersembahkan untuk korban penghilangan paksa dan korban pelanggaran HAM lain yang kasusnya belum selesai sampai saat ini. Kegiatan seni budaya ini dipersembahkan oleh aktivis HAM dan Prodemokrasi, Mahasiswa, Pemusik dan Kelompok seni lainnya. Persembahan ini berupa pementasan teater, musik, pembacaan puisi dan lagu-lagu perjuangan.

Susunan Acara:   -   Pementasan Teater KASBI

- Pembacaan Puisi

- Pementasan Teater GMNI

- Musik oleh Korban TPST Bojong

- Musik oleh Marjinal dan Yayak Kencrit

- Pementasan Teater Pelangi Senja

- Musik oleh Kelompok Pekojan

- Musik oleh Oet Eno

-  Kelompok-kelompok lainnya: FPPI, GMKI, Mahasiswa UN, RPM,

   SALUD, dan Siswi-siswi Santa Ursula



Rabu, 29 Agustus 2007

AKSI KE KEJAKSAAN AGUNG

Aksi ini ditujukan untuk mendorong kasus penghilangan 97-98 yang saat ini sedang ter-

hambat di meja Kejaksaan Agung setelah proses penyelidikan oleh KOMNAS HAM.

Aksi ini dilakukan oleh panitia bersama pekan Penghilangan Paksa dan keluarga korban, berkumpul di TIM menuju ke Kejaksaan Agung.



Kamis, 30 Agustus 2007. 18.30 s.d. 22.00

PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU NUNCA MAS!

Buku Nunca Mas yang berarti "Jangan Lagi" merupakan laporan CONADEP yang sangat terkenal di dunia. Buku Nunca Mas sendiri buku yang sangat relevan di Indonesia, karena memberikan inspirasi bagi gerakan korban pelanggaran HAM di Indonesia. Keberadaan kasus penghilangan paksa di Indonesia yang sekarang sedang diselidiki oleh Kejaksaan Agung dan menjadi perdebatan nasional merupakan momentum tepat untuk peluncuran buku ini.

Pembicara Diskusi:   - Mugiyanto, Ketua Ikohi

- Garda Sembiring, Editor Buku Nunca Mas

- Nur Iman Subono, Pemerhati Amerika Latin

- Horacio Rivenna, Direktur Team Perumusan RANHAM Argentina



Jum'at, 31 Agustus 2007

AUDIENSI KE DEPARTEMEN LUAR NEGERI

Audiensi ini dilakukan untuk mendorong pihak Departemen Luar Negeri untuk melakukan langkah-langkah konkrit yang dibutuhkan dalam upaya ratifikasi konvensi anti penghilangan paksa.

Konvensi ini sendiri sangat penting untuk menjamin setiap orang bebas dari

kejahatan penghilangan paksa.



Minggu â€" Jum'at, 26 s.d. 31 Agustus 2007

PAMERAN MEMORABILIA KORBAN PENGHILANGAN PAKSA

Pameran benda-benda korban penghilangan paksa dan juga pelanggaran HAM di Indonesia.



Senin â€" Jum'at, 27 s.d. 31 Agustus 2007

PEMUTARAN FILM TENTANG PENGHILANGAN PAKSA

Film tentang Penghilangan Paksa akan diputar di Studio 1, TIM 21 Jakarta.


Jadwal Pemutaran Film


Senin, 27 Agustus 2007
   

14.15
   

- Batas Panggung

- Voice From The Darkness

   

17.30
   

- His Story, Documentary Film About Munir

- Tuti Kotto; A Brave Woman

- Wiji Thukul; Penyair dari Kampung

  Kalangan Solo


   

Selasa, 28 Agustus 2007
   

14.15
   

- Healing Wounds Mending Scars

- Morning Till Dawn

- Kashmir Cries For Help

- Trampled Flowers

   

19.30
   

- Las Madres Plaza del Mayo


   

Rabu, 29 Agustus 2007
   

14.15
   

- His Story, Documentary Film About Munir

- Tuti Kotto; A Brave Woman

- Wiji Thukul; Penyair dari Kampung

   Kalangan Solo

   

17.30
   

- Batas Panggung

- Voice From The Darkness


   

Kamis, 30 Agustus 2007
   

14.15
   

- Las Madres Plaza del Mayo
   

19.30
   

- Healing Wounds Mending Scars

- Morning Till Dawn

- Kashmir Cries For Help

- Trampled Flowers


   

Jum'at, 31 Agustus 2007
   

14.15
   

- Healing Wounds Mending Scars

- Morning Till Dawn

- Kashmir Cries For Help

- Trampled Flowers

   

19.30
   

- His Story, Documentary Film About Munir

- Tuti Kotto; A Brave Woman

- Wiji Thukul; Penyair dari Kampung

   Kalangan Solo



Sinopsis Film

1.   Batas Panggung (2004), durasi 47 menit. Sutradara: Lexy Rambadeta

Dokumentasi mengenai korban penghilangan paksa yang diculik pada tahun 1997-1998, kesaksian orang-orang terdekat mereka , serta kesaksian korban yang dibebaskan. Mereka menjadi  korban karena aktivitas dalam gerakan melawan pemerintah Orde Baru.

Produksi: Off Stream â€" KontraS

2.   Wiji Thukul; Penyair dari Kampung Kalangan Solo.  Sutradara: Tinuk D. Yampolsky

Kisah perjalanan hidup seniman yang dihilangkan oleh negara karena sikap politik dan keberpihakannya kepada kaum miskin.

Produksi: Yayasan Lontar

3.   His Story, Documentary Film About  Munir, 28 menit . Sutradara Steve Pilar Setiabudi

Dokumentasi pengadilan tersangka pembunuhan aktivis HAM  Munir, yang melibatkan Badan Intelijen Negara dan Garuda Indonesia. Terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto,  pilot senior Garuda yang sedang tidak bertugas pada saat kejadian, dan diketahui mengajak Munir bertukar kelas di pesawat yang mereka tumpangi.

4.   Tuti Koto; A Brave Woman (1999), 21 menit. Sutarada: Riri Riza

Dokumentasi perjuangan seorang ibu dalam menelusuri keberadaan anaknya yang dihilangkan secara paksa pada tahun 1997. Kesabaran dan keberaniannya menjalani setiap proses pengungkapan kasus yang menimpa sang anak.

5.   Las Madres Plaza de Mayo

Perjuangan legendaris ibu-ibu Plaza del Mayo di Argentina dalam memperjuangkan nasib keluarganya yang dihilangkan.

6.   Healing Wounds Mending Scars (2005), 60 menit.

Dokumentasi kesaksian keluarga korban penghilangan paksa di Asia yang tergabung dalam Asian Federation Againts Involuntary Dissapearances (AFAD), antara lain Srilanka, Pakistan, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Kashmir.

7.   Mourning Till Dawn (2006), 21 menit. Sutradara Butch Nolasco

Bercerita tentang keluarga korban penghilangan paksa di Filipina pada rezim Ferdinand Marcos. Menuturkan kisah  para korban yang diculik oleh aparat keamanan, baik kepolisian maupun militer, berseragam dan bersenjata lengkap ataupun yang tidak

berseragam.  Biasanya mereka diculik lalu dimasukkan ke dalam mobil dan dibawa ke kantor polisi. Sebagian besar korban  ditemukan telah tewas dan mayatnya ditinggalkan begitu saja.

8.   Kashmir Cries For Help. 15 menit. Produser: Nazir Amir.

Bercerita tentang kekejaman tentara India yang melakukan pembunuhan, penyiksaan,  penculikan, dan pemerkosaan terhadap etnik Kashmir.

9.   Trampled Flowers. 11 Menit. Produser: Muhammad Saadullah Khan

Bercerita tentang anak-anak etnik khasmir korban kekerasan tentara India. Para tentara India melakukan kekerasan hingga pembunuhan terhadap anak-anak Kashmir.

10. Voice from The Darkness (2006). 26 menit. Produksi: Unit Advokasi Film Nepal.

Bercerita tentang penghilangan paksa yang dilakukan tentara Kerajaan Nepal terhadap mereka yang dituduh sebagai pemberontak Maoist. Namun kebanyakan korban merupakan penduduk desa yang tidak terlibat pemberontakan.




PANITIA BERSAMA

AFAD (Asian Federation against Involuntary Disappearances) , IKOHI, Masyarakat Perfilman Indonesia (MPI), Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), KineForum, Praxis, Yappika, PEC, KontraS, IGJ, HIVOS, Panon Photo, Ruang Rupa, Black Box, DEMOS, LBH Jakarta, HRWG, Forum Asia, Voice of Human Rights, 68H


Contact Persons:

   1. Simon â€" 0813.1810.4500
   2. Dhiah Hartini â€" 0815.9872.417
   3. Veronika Iswinahyu - 0812.813.8182
Free software [knowledge] is a matter of liberty, not price. To understand the concept, you should think of 'free' as in 'free speech', not as in 'free beer'. (fsf)

peregrin

laporan dari VHR corner :

Hari Penghilangan Paksa Internasional 2007
Mengenang Korban, Melawan Lupa
31 Agustus 2007 - 13:5 WIB
Simon


Cahaya senja masih merayap lamban di langit Jakarta. Sebagian biasnya jatuh pada poster merah bata di atas meja di depan Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki. Lalu-lalang manusia yang hilir mudik sesekali mengganggu pantulan senja di poster itu. "Mengenang Korban, Melawan Lupa" bunyi poster dengan huruf cukup besar yang langsung dapat ditangkap mata. Merawat ingatan, tema sentral acara peringatan orang hilang tahun ini.



Cukup mudah untuk mengetahui apa yang diinginkan dari peringatan ini. Foto-foto dan barang-barang yang ditata pada tembok, pemutaran film sepekan, dan berbagai mata acara lain bercerita panjang mengenai kehidupan, kasih sayang, dan sekaligus kekejaman. Cerita tentang kehidupan ratusan manusia dengan latar belakang beragam yang menjadi korban penghilangan paksa, kasih sayang kerinduan keluarga dan orang-orang terdekat yang ditinggalkan, dan sekaligus kekejaman negara yang memisahkan mereka dengan paksa.



Simak saja surat yang ditulis Herman Hendrawan, aktivis prodemokrasi yang dihilangkan pada tahun 1997/1998. Goresan pena Herman bercerita tentang permohonan maaf seorang anak yang tak bisa mudik lebaran karena ingin memperbaiki kehidupan bangsanya yang melarat. Bangsa yang membutuhkan kaum muda bersikap. Dan itu semua dipenuhi Herman yang entah berada di mana sekarang ini. Penguasa, atas nama kekuasaan, lebih memilih membungkam dan menghilangkannya.



Simak juga cerita Sipon dan putrinya, Wani, yang merayakan hari lahir suami dan bapaknya tanpa kehadiran fisik Wiji Thukul, penyair kampung bersajak perlawanan yang juga dihilangkan. Dalam keseharian, Sipon harus menjalani hidup dalam penantian panjang dan sekaligus harus tegar menghidupi kedua anaknya. Semangat perlawanan sang suami mengalir deras. Sipon bersama keluarga korban yang lain tak pernah berhenti menuntut dan menagih kewajiban negara untuk mengembalikan anggota keluarga mereka.



Masih banyak cerita lain yang muncul. Juga dari belahan dunia lain yang tergambar dari film-film yang diputar seminggu penuh. Semua berkisah tentang penghilangan paksa dan perjuangan keluarga korban. Semua bermuara pada satu pesan: ingatlah bahwa hingga hari ini masih banyak mereka yang dihilangkan dan keluarga mereka masih belum memperoleh keadilan. Itulah tema besar yang diusung bersama masyarakat dunia dalam peringatan Hari Penghilangan Paksa Internasional yang jatuh pada tanggal 30 Agustus ini.



Ingatan memang layaknya pisau. Ia selalu harus diasah dan dirawat agar tetap terus hidup dan dapat digunakan. Agar ia tidak terkubur oleh deru kehidupan yang makin berat dan cepat, dan terutama oleh otoritas kekuasaan yang berupaya keras menghapus ingatan tersebut. Ingatan ini yang coba terus diasah oleh keluarga korban bagi kita semua dan masyarakat yang memang mudah lupa. 



Masyarakat yang pelupa, atau mudah dibuat lupa, memang menjadi masalah ketika kita bicara Indonesia yang lebih baik. Kesalahan, kekejaman, dan perilaku biadab sangat mungkin terulang ketika masyarakat mudah melupakan sejarahnya sendiri. Perang melawan lupa dan pelupaan adalah agenda penting, lebih penting malah dari perang melawan terorisme yang sarat kepentingan politik.



Pekan peringatan Hari Penghilangan Paksa Internasional masih berlangsung dan akan selesai dalam beberapa waktu ke depan. Mudah-mudahan kita tidak akan pernah lupa pada para korban dan akan kegigihan keluarga korban serta memberikan dukungan sepenuhnya pada perjuangan mereka. Dukungan seketika muncul dan bergejolak dalam dada tatkala suara lantang Wani, putri Wiji Thukul, bergema dalam ruangan Galeri Cipta III:


kutundukkan kepalaku

kepada semua kalian para korban

sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk

kepada penindas

tak pernah aku membungkuk

aku selalu tegak



Ada kebenaran dan empati meresap. (*)


- Simon, Koordinator Divisi Kampanye & Advokasi Ikatan Orang Hilang Indonesia (IKOHI)
Free software [knowledge] is a matter of liberty, not price. To understand the concept, you should think of 'free' as in 'free speech', not as in 'free beer'. (fsf)