-
Tutorial Memberikan Support Sesama Konten Kreator Facebook...
oleh olhdtsmg2
[September 14, 2023, 07:33:31 PM] -
Account Turnitin Student No Repository (Actived) Activation...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 31, 2023, 10:05:47 PM] -
Hallo Salam Kenal
oleh kimmylie
[Agustus 18, 2023, 06:11:29 AM] -
Training Online Panel Data Regression Free With Stata,...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 17, 2023, 11:42:56 AM] -
Workshop Panel Data Regression Free With Stata, Eviews,...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 12, 2023, 09:48:10 AM]
Anggota
- Total Anggota: 27,921
- Latest: xtaletpyio
Stats
- Total Tulisan: 139,653
- Total Topik: 10,405
- Online today: 87
- Online ever: 1,582
- (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 21
Total: 21
Guests: 21
Total: 21
Juni 21, 2009, 07:25:00 PM
Views: 34552
<div style="text-align: justify;">Saat ini kesulitan pilihan hidup menjadi pendidik lebih berat dari masa sebelumnya. Di luar tantangan masalah ekonomi dan gaya hidup materialistis, hanya seorang guru yang mempertahankan idealisme memfasilitasi anak didiknya menumbuhkembangkan jati diri yang berkarakter yang bisa mempertahankan kehormatan sebagai pendidik. Artinya idealnya seorang guru harus memberikan dirinya secara total bagi dunia pendidikan, sebuah keadaan yang berat di tengah semua persoalan hidup yang harus dihadapi seorang guru. Maka perlu ada strategi untuk menyiasati beban-beban struktural-administratif kependidikan agar tidak menjerat guru ke dalam perangkap yang melelahkan sehingga mereka melepaskan idealisme dan semangat yang dibutuhkan. Strategi ini antara lain adalah menciptakan kondisi yang memacu untuk terus-menerus belajar.<br />
<br />
Guru yang berkualitas selalu mengembangkan profesionalismenya secara penuh. Dia tak akan merengek-rengek meminta diangkat sebagai pegawai negeri atau guru tetap sebab pekerjaannya telah membuktikan, kinerjanya layak dihargai. Mungkin ini salah satu alternatif yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan dan mempertahankan idealismenya pada masa sulit. Namun, idealisme ini akan kian tumbuh jika ada kebijakan politik pendidikan yang mengayomi, melindungi, dan menghargai profesi guru. Pemerintah sudah seharusnya menggagas peraturan perundang-undangan yang melindungi profesi guru, tidak peduli apakah itu guru negeri atau swasta, dengan memberi jaminan minimal yang diperlukan agar kesejahteraan dan martabat guru terjaga.<br />
<br />
Visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter. Menjadi pelaku perubahan, perubahan itu harus tampil pertama-tama dalam diri guru. Hal inilah yang menjadi pemikiran dan strategi utama bagi para guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan pendidik karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini.<br />
<br />
Di zaman persaingan ketat seperti sekarang, kinerja menjadi satu-satunya cara untuk mengukur mutu seorang guru. Karena itu, status pegawai negeri, swasta, tetap, atau honorer tidak terlalu relevan dikaitkan gagasan tentang profesionalisme kinerja seorang guru. Di banyak tempat lembaga swasta yang besar dan maju, status pegawai tetap malah membuat lembaga pendidikan swasta tidak mampu mengembangkan gurunya secara profesional sebab mereka telah merasa mapan. Demikian juga yang menjadi pegawai negeri, banyak yang telah merasa nyaman sehingga lalai mengembangkan dirinya. Oleh karena itu guru harus kembali pada jati dirinya yaitu memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu ramah, terbuka, akrab, mau mengerti, dan mau belajar terus-menerus agar semakin menunjukkan jati diri keguruannya.<br />
<br />
Situasi ini tidak dapat diatasi dengan mengangkat seluruh guru honorer menjadi pegawai negeri, seperti tuntutan beberapa kelompok guru honorer maupun mengangkat guru tidak tetap menjadi guru tetap yayasan.<br />
<br />
Masalah ini hanya bisa diatasi jika pemerintah dan masyarakat memberi prioritas untuk menjaga, melindungi, dan menghormati profesi guru. Secara khusus, pemerintah harus memberi jaminan finansial secara minimal kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat sebagai guru. Jaminan seperti ini hanya bisa muncul jika ada perlindungan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang benar-benar memihak dan berpihak kepada guru.<br />
<br />
Sejauh ini, pemerintah hanya mampu menuntut guru untuk ikut sertifikasi, tetapi ia gagal memberi penghargaan dan perlindungan atas profesi guru (ada ketidakseimbangan kuota guru negeri dan swasta, sedangkan swasta dibatasi kesejahterannya dengan aturan alokasi jam mengajar dan status kepegawaian). Pemerintah memiliki tugas mulia dalam menyejahterakan nasib guru. Negara mampu melakukan itu jika ada keinginan politik yang kuat. Ongkos sosial dan politik pada masa depan akan lebih ringan jika pemerintah mampu memberi perlindungan dan kemartabatan profesi guru, terutama memberi jaminan ekonomi minimal agar para guru dapat hidup bermartabat, sehingga mereka dapat memberi pelayanan bermutu bagi masyarakat dan negara.<br />
<br />
Sekarang kembali kepada guru itu sendiri bagaimana cara menyikapi diri sebagai pendidik yang profesional, untuk itu guru wajib terus mengembangkan diri di era globalisasi ini, kalau tidak terus mengembangkan diri, guru bisa tertinggal dari siswanya, meskipun belum terima sertifikat profesional apalagi sudah terima sertifikat profesional dan TPP sudah diterima. Tidak ada alasan untuk tidak sempat tapi harus melakukan sesuatu yang sudah menjadi tuntutan bahwa pengetahuan guru harus selalu terasah dan up to date. <br />
<br />
Mudah-mudahan pemerintah terus meningkatkan perhatian dan pemikirannya kepada profesi guru dari tahun ke tahun agar guru-guru di negri tercinta ini kembali pada jati dirinya, tidak saja kemudahan dalam mengikuti sertifikasi namun mungkin ada hal-hal lain misalnya menambah kuota bagi guru-guru swasta atau yang lainnya yang dapat membuat guru-guru kembali bersemangat dalam bekerja dan berkreatifitas untuk menambah pengetahuan dalam pembelajarannya. </div>
Comments: 59
You don't have permission to comment, or comments have been turned off for this article.
percayalah yg menjadi perhatian pemerintah hanya kesejahteraan jendral, pejabat dan pengusaha..
LETS FIHGT AGAINTS CAPITALIST BASTARD!!!
Di Taiwan, guru sekolah menengah malah ada yang doktor dan profesor. Di kita, dosen yang sudah mencapai pangkat profesor (bukan gelar lho ... tapi sering latah dikatakan .. halo pak prof!), malah banyak yang menjadi birokrasi (pejabat ini dan itu) lalu banyak meninggalkan kehidupan laboratorium.
Keadaan masih ter-balik2. Bahkan anggaran saja, banyak macet di biro keuangan tingkat universitas, dan turunnya ke tingkat fakultas dan jurusan, banyak seret-nya.
yaah musti sabar dech.
saya tidak mengharapkan di balas, saya hanya mengharapkan semoga muridku menjadi lebih baik, beriman dan bertakwa. tapi terimakasih banyak kawan-kawan telah memperhatikan kami, walaupun bukan guru.
nb:
doa in yah supaya bisa jadi presiden.....
memang kalo guru PNS cukup dengan kesejahteraan tapi yg honor.. betul2 berjuang...
ada kesejahteraan dijanjikan tapi harus sertifikasi gimana ni.. mau memberi saja mempersulit..
ya semoga dengan ketabahan akan menjadi profesional n inga inga dibalas dengan pahala karena mengajar amin
Menyakiti hati guru, merendahkan martabat guru, dan membiarkan nasib para guru terlantar, berarti mengundang karma dan laknat...
Sungguh, sehebat apapun kita, setinggi apapun pangkat manusia, ia tidak akan pernah mencapai itu semua tanpa bimbingan para guru...
Tetapi ingat, Anda para guru saat ini, tetaplah jaga tujuan pendidikian yang sebenarnya; jika Anda berharap menjadi guru hanya demi gaji dan tunjangan, maka sebaiknya kembali ketujuan awal -- yakni tujuan "sebagai missionaris ilmu pengetahuan"!!! Jika Anda merasa tidak cukup dengan gaji Anda sekarang ini, maka segeralah tinjau kembali apa tujuan prior Anda sebagai guru pada awalnya --> cari gaji atau mengajarkan ilmu?
Jika Anda merasa tidak cukup dengan gaji Anda sekarang ini, maka segeralah tinjau kembali apa tujuan prior Anda sebagai guru pada awalnya --> cari gaji atau mengajarkan ilmu?
Ada saran dari saya, sebaiknya jangan dipertentangkan antara mendapat gaji dan mengajarkan ilmu. Kenapa? Ya, menurut saya pribadi, ini adalah "pembodohan" tentang posisi guru. Bicara realistis saja pak. Kondisi murid sekarang sudah sangat kenyang dengan informasi dan teknologi. Lalu jika kita bicara guru jangan minta gaji tinggi, lalu saya mau menganalogikan kasus seperti ini:
Suatu pagi, di rumah guru yang sangat sederhana. Si guru harus menimba air di sumur jam 4 pagi. Untuk dirinya dan anak2nya. Lalu dia mengurus anak2nya dan rumahnya. Lalu setelah selesai, dengan hanya bermodalkan sarapan sepotong ubi rebus dan teh tawar, sang guru pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.
Suatu pagi juga, di rumah sang murid. Dengan hanya menekan tombol, maka air panas mengalir melalui shower di kamar mandi yang mewah. Sarapan dengan gizi yang lebih dari cukup, sambil menonton TV dan browsing internet melalui laptop dan PDAnya. Lalu pergi ke sekolah dengan mobil super mewah.
Dan bertemulah mereka di ruang kelas.... Sang guru yang masih lapar dan pusing memikirkan mau makan apa seluruh keluarganya esok hari, si murid bertanya tentang kejadian dan perkembangan teknologi terbaru di belahan dunia yang lain.
Bisa anda bayangkan apa yang akan sang guru jawab? Bahkan TV tidak ada di rumahnya. Apalagi INTERNET!! Boro-boro langganan koran, internet... Maka bisa ditebak si guru akan terdiam bengong..........
Silahkan renungkan Pak. Jadi jangan dipertentangkan masalah gaji dan menyebarkan ilmu.
ps. Saya adalah seorang pengajar sebuah sekolah di Jakata.
revisi ya pak..bukan menyebarkan ilmu, tapi PANGGILAN pak
ga boleh kalah ma murit,,, bukan ga boleh sih,,,murid memang dididik biar lebih pinter dari gurunya sih,,,
cuman paling ga dia harus bisa mengimbangi informasi2 yg uda diterima murid dari luar. dan itu membuthkan dukungan dari pemerintah.
Mengapa Pemerintah??? karena ia yg paling berkomitmen dalam mewujudkan pendidikan yg baik kek yg dituangkan dlm aturan2nya itu
saya dah sering kali denger kalimat ini,,, cuman masih lum ngerti.
Selama dibenaknya tertanam kekuatan iklas lahir dan batin serta dapat menjiwai 8 perilaku (asta brata) setiap saat dan setiap harinya pasti akan ENJOY aja !
Perfect sekali pendapat Anda, saya salut...
Soal Internet:
Mengikuti perkembangan jaman boleh saja, tetapi itu bukan ke arah glamour.
Contohnya soal internet, kalau nggak punya LAN di rumah, ya pergi kewarnet khan bisa, sejam kan cukup di warnet kalau cuman browsing (nggak usah sambil streaming video segala).
Kalau sewa LAN kan mahal, mana lambat lagi.
Saya tambahin Dik, mungkin pemerintah dalam hal ini (sesuai gambaran pikiran Anda) memang perlu memberi tunjangan tambahan, ya anggaplah itu tunjanag fasilitas, tetapi jangan kemudian di-pindah-bebankan (over-burdened) kepada siswa, khan nggak semua siswa itu putra/putri orang kaya.
Mas & punx:
Benar kata pendapat Anda, memang pemerintah itulah yang harus bertanggung jawab terhadap gaji guru.
Tetapi ingat sekali lagi, kalau prioritas utama guru koq jadinya cuman nyari gaji tinggi dan ternyata kalau gajinya rendah sang guru malas mengajar sehingga siswa juga yang tanggung resikonya, wah mending nggak usah jadi guru, khan banyak profesi lain yang hasilnya lebih besar.
Perlu dicatat, profesi guru itu adalah pseudo profesi komersial, maka jika tujuannya adalah komersialisme, sebaiknya carilah profesi lain.
Ada hal yang kita sependapat, tetapi banyak hal juga yang kita sungguh berbeda.
1. Mengikuti perkembangan jaman boleh saja, tetapi itu bukan ke arah glamour.
kesejateraan guru perlu diperhatikan...
y smua masyarakat Indonesia mempunyai kewajiban bersama untuk memajukan bangsanya,..
dgn menegmbalikan posisi guru sebagaimana semsetinya..
dalam pepatah jawa guru ialah orang yang digugu dan ditiru..
a teacher and real physicist
Anto
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
sebagai lanjutan pendidikan mereka.
menganggap guru adalah tenaga sosial, ya itu ......lah gajinya gaji tenaga sosial..., terus mau kemana mutu pendidikan kita?
wajar kalo guru di seleksi dan di beri penghargaan tinggi..karena nasib bangsa ada di tangan para guru...semangat para bapak dan ibu guru..
banyak profesi non sosial pun memperoleh penghasilan yang masih di bawah standar hidup menengah ke bawah. Sifat manusia secara alamiah selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik dan menguntungkan adalah hal yang wajar.
Tetapi sifat nurani kebaikan semoga bisa selalu berdampingan dan tertanam dalam hati sehingga ada kenyamanan lebih yang terasa oleh diri sendiri dan lingkungan disekitarnya.
berikan suatu kbanggan kpd guru kita sbg ucapan trima ksh.
berikan semua ilmu kita kpd mrk org bnk..
Dalam konsep ini, pandangan umum yang menerangkan bahwa setiap orang selalu bercermin kepada dirinya sendiri dalam menilai sesuatu, sama sekali sudah tidak berlaku.
Seorang paranormal sejati, tidak perlu jadi pemerkosa terlebih dahulu, untuk dapat menilai seseorang itu pelaku pemerkosa atau bukan. Juga tidak perlu jadi pendusta dulu, jika harus menilai seseorang tersebut adalah penipu atau pembunuh berdarah dingin.
Disamping menyampaikan isyarat tentang keselamatan diri sendiri, guru sejati juga membimbing seseorang masuk dunia gaib roh. Ketika seseorang menemukan guru sejatinya, ia sudah tidak membutuhkan tuntunan kebatinan atau supranatural.
Karena itu dalam filosofi Jawa sudah ditegaskan, ilmu tertinggi dalam ilmu gaib adalah sekti tanpo aji digdoyo tanpo guru, sudah sakti tanpa 'pegangan' – maksudnya tanpa jimat, aji-aji, ilmu kebatinan – dan sudah hebat tanpa berguru. Filosofi ini, mencontohkan seseorang yang sudah menemukan ingsun sejati, sedulur sejati dan guru sejati.
Biasanya, orang yang sudah menguasai filsafat tersebut adalah mereka yang sudah memiliki kebijaksanaan mendalam. Penguasaan unsur gaib tubuh tersebut tidak bisa dikaitkan dengan karakter bawaan. Bukan berarti seseorang yang memiliki kebijaksanaan mendalam harus lemah lembut atau sok baik. Kebijaksanaan yang luas akan tercermin pada cara berpikir dan daya analisisnya.
Meski merupakan bentuk pengendalian hidup manusia, namun guru sejati tidak ada kaitannya dengan komunitas malaikat. Guru sejati merupakan penggumpan gaib dari seseorang yang melalukan olah batin. Seseorang yang sudah berhasil menemukan ingsun sejati dan sedulur sejati, secara otomatis akan memiliki daya mistis guru sejati. Ia akan dituntun menuju hakikat supranatural yang digelutinya.
10 sebab mengapa siswa jenus terhadap guru :
Suara anda terlalu datar.
Raut wajah anda tanpa ekspresi
sibuk berada dibelakang meja saat pembelajaran berlangsung.
Baru memulai pembelajaran langsung melakukan ceramah, dan tidak ada pemanasan seperti permainan atau hal yang membuat siswa terbuka pikirannya dan menjadi semangat.
Guru miskin gerak, lakukan gerakan bersama agar siswa anda menjadi fokus.
Maunya anak langsung bisa menguasai pembelajaran, tanpa mengedepankan unsur kolaborasi antar dalam pembelajaran.
Tidak punya prosedur rutin di kelas, peraturan serta konsekuensi.
Membiarkan virus 'kemalasan' menyebar. Saat anda mendiamkan siswa yang berbuat melanggar peraturan maka yang lain jadi malas melakukan hal yang baik saat anda berada di kelas.
Jarang senyum
Terlalu banyak humor dan tidak serius.
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.
Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.
Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.
Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?
Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.
Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.
Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi
Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?
Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.
Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.
HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.
Program Profesionalisme Guru
Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
Pengembangan diri dan motivasi riset
Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah
Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi
sumber dari berbagai referensi
Benar! Guru bukanlah satu-satunya instrumen pendidikan. Masih ada buku, kurikulum, peletak kurikulum, pembuat kebijakan pendidikan, dan
seterusnya. Namun, di antara sederet instrumen itu, guru adalah ujung tombak. Ibarat satu kesebelasan sepak bola, striker memegang
peran sentral untuk mencapai tujuan, yaitu mencetak gol. Jika striker mandul, hal itu akan memengaruhi performa dan hasil akhir
pertandingan. Bila guru "mandul", hasil pendidikan akan rendah. Maka, tak salah jika muncul ungkapan "Guru kencing berdiri, murid kencing
berlari." Tak ayal, perhatian guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Pahlawan tanpa tanda jasa itu memikul tugas dan tanggung
jawab yang tidak ringan.
Kualitas diri?
Moral?
Pola pikir?
etc
MULAILAH dari diri sendiri sebelum mengajarkan/menuntut orang lain
BERDOA & BERUSAHA
ALLAH SWT yang menentukan
aku percaya itu tak kan pernah susah... jika memang seorang guru
Oleh karena itu ketika kita berbincang masalah guru, maka tidak lepas dari persoalan besar dalam proses pendidikan anak didik. Artinya, seberapapun hebat dan supernya seorang guru, tak akan mampu memikul tanggung jawab pendidikan seorang diri, apalagi kita tahu bahwa inti dari pendidikan adalah keteladanan. Idealisme yang disandang seorang guru juga harus seimbang dengan realitas yang harus dihadapi. Guru juga manusia yang tidak akan kenyang dengan hanya makan idealisme, mereka juga butuh berbagai kebutuhan seperti manusia lain dengan masing-masing propesinya.
Menentut seorang guru yang ideal dengan tidak memperbaiki paradigma dalam mengapresiasinya serta memperbaiki seluruh sistem yang terkait dengan sistem pendidikan yang berlaku, maka ibarat hanya menegakan benang basah saja.
Maka mari sama2 kita berusaha sesuai peran kita masing-masing dalam proses pendidikan anak bangsa ini.
Sejak kecil saya bercita cita menjadi guru dan atau presiden,dan kebetulan (alm) ibu saya adalah seorang guru yang mati muda karena punya penyakit lemah jantung setelah desa / tempat beliau mengajar diterjang banjir.Beliau tidak banyak memberi banyak warisan karena terlalu banyak potongan ini itu.Belum lagi untuk biaya sekolah ini itu MALAH YANG NGOJEK ATAU TUKANG KREDIT JUGA BANYAK..BELUM TEMPAT MENGAJAR YANG JAUH.Jadi kebanyakan ikhlasnya,nggak seperti guru jaman sekarang yang gajinya gede-gede dan kesejahteraannya relatif lebih besar.Dulu jadi (Profesi) guru adalah sesuatu kebanggaan dan dihormati.Benar-Benar DIGUGU DAN DITIRU!.KALO SEKARANG GURU -GURU IKUT-IKUTAN DEMO, Apa dia benar-benar paham apa yang diperjuangkan atau cuma ikut-ikutan saja.Ironisnya jadi presiden juga sekarang banyak didemo, menjadi bahan pertimbangan jua untuk menjadi presiden ,soalnya takut keseringan di demo sih.Tapi seandainya saya(guru)menjadi presiden:
1. saya akan bikin peraturan,benar-benar peraturan yang mesti dilaksanakan oleh tiap jajaran aparat pemerintah untuk melaksanakan SEKOLAH GRATIS!!BIAR PINTER-PINTER SEMUA ANAK BANGSA INDONESIA.
2. selain dinaikkan gede-gede gaji guru(supaya orang-orang pinter kita ga lari ke luar-negeri,usia produktif guru juga saya tambah.
3.sistim sertifikasi tetap dipakai tapi dipakai juga tes iq,eq dan esq dan pendidikan MORAL diutamakan/ditambahkan.
4.membikin proyek penelitian nasional tentang bagaimana supaya anak -anak bangsa indonesia menjadi pinter-pinter dan cerdas
4.menarik investor asing dibidang pendidikan/penelitian.
pemerintah lupa siapa yg mendidik mereka dulunya...
yg lebih lama mengabdi.
bagi saya, kunci pendidikan adalah creativity and curiousity. Jadi sebenarnya proses mengajar itu bisa sangat hemat tenaga jika kreatif
menguasai materi dan siswa, selalu 'mencari tahu' cara terbaik agar siswa terpancing berpartisipasi menggali informasi yang sebenarnya
itulah materi belajar mereka.
menjadi guru itu sangat nikmat, tapi kadang memang sulit dicintai karena urusan lumrah semata sering didramatisir. Misal, kecemburuan
prestasi antar guru, kesulitan memahami cara memperbaharui teknik pengajaran dan komunikasi dua arah dg siswa.
Seseorang hanya bisa diapresiasi oleh masyarakat jika ia tampil sebagai anggota masyarakat juga, bukan sebagai pribadi institusi
sekolah...[ini hanya kesimpulan pengalaman pribadi saya, mohon maaf jika dinilai tidak tepat]