Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Desember 03, 2024, 06:37:14 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 42
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 36
Total: 36

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional

<span style="font-weight: bold;">Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri</span>. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.<br /> <br /> Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita.<br /> <span style="font-weight: bold;">Faktor resiko</span> penyakit ini termasuk :<br /> 1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga<br /> 2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.<br /> 3. Stress lingkungan<br /> 4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.<br /> 5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan ini<br /> <br /> <img width="300" height="215" align="left" src="http://www.forumsains.com/skizofrenia.jpg" alt="Penyakit Skizofrenia" /> Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter. Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian <span style="font-style: italic;">Computed Tomography </span>(CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan <span style="font-style: italic;">Brain Electrical Activity Mapping</span> (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan penderita skizofrenia</span> akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada<br /> 1. Tanda dan gejala yang ada<br /> 2. Rriwayat psikiatri<br /> 3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan putus obat akut.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Terapi Penyakit Skizofrenia<br /> <br /> </span>Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena <span style="font-weight: bold;">75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika</span>. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah disbanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.<br /> <br /> Hal yang penting dilakukan adalah <span style="font-weight: bold;">intervensi psikososial</span>. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.<br /> Tujuannya adalah :<br /> 1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.<br /> 2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita memandang bahwa <span style="font-weight: bold;">skizofrenia adalah gangguan otak</span>.<br /> 3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya. <span style="font-weight: bold;">Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps</span>.<br /> 4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. <span style="font-weight: bold;">Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps</span>.<br /> 5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu skizofrenia</span>. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik, serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita, ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan. <br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Prognosis Penyakit Skizofrenia<br /> <br /> </span>Fase residual sering mengikuti remisi gejala psikotik yang tampil penuh, terutama selama tahun-tahun awal gangguan ini. Gejala dan tanda selama fase ini mirip dengan gejala dan tanda pada fase prodromal; gejala-gejala psikotik ringan menetap pada sekitar separuh penderita. Penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya tiga tahun terjadi pada 10% pasien, sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi pada sekitar dua per tiga kasus. Banyak penderita skizofrenia mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. <span style="font-weight: bold;">Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri</span>. <span style="font-weight: bold;"><br /> <br /> Prognosis baik berhubungan dengan</span> tidak adanya gangguan perilaku prodromal, pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya konfusi, riwayat untuk gangguan afek, dan system dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusive. Skizofrenia Tipe I tidak selalu mempunyai prognosis yang lebih baik disbanding Skizofrenia Tipe II. Sekitar <span style="font-weight: bold;">70% penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam satu tahun</span>. Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.<br /> <br /> Gambar diambil dari <a href="http://www.loni.ucla.edu/Research/Projects/Schizophrenia/Schizophrenia_Images.shtml">www.loni.ucla.edu</a>

Share on Facebook!Share on Twitter!Reddit

Comments: 6 *

1) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by ragil pada Juli 07, 2008, 11:30:20 PM

wah asyik tu belajar psikiatri.
kebetulan semester lalu aku dapet pelajaran tentang penyakit ini..
masih banyak misteri memang tentang penyakit tetapi dari yag kupelajari aku yakin pasti sebenarnya ada sesuatu yang memang nyebabin orang mengalami scizofren coz sebenarnya gejala tidak jauh berbeda dengan penyakit2 yang menyerang otak yang serig kita sebut sebagai penyakit mental organik. dan sesuatu itu harusnya bisa kita cegah atau kita hilangkan. banyak hipothesis seperti yang kucritain tadi. kemarin juga barusan baca novel yang berhipothesis sama...
minta tanggepannya dunk...
2) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by  pada Juli 09, 2008, 05:52:37 PM

Bagus banget nih.
kebetulan aq bru dpt kuliah psikoanalisis. aq setuju banget dengan intervensi psikososial, karena bagi penderita sangat diperlukan menambah rasa percaya diri untuk membuktikan bahwa dirinya dapat berbuat.
3) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by reborn pada Juli 10, 2008, 06:03:31 AM

Sejauh ini emang intervensi sosial, terutama orang terdekat paling berpengaruh utk kesembuhan, paling tidak membawa si penderita ke dunia nyata. Kalo ada yang bisa share ttg perkembangan etiologinya yang terbaru, silahkan.
4) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by ajie pada Juli 31, 2008, 07:47:00 PM

penyakit apaan sech gw ga tau?coz gw ga pernah skul......
5) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by mbak sari pada Agustus 25, 2008, 03:27:28 PM

salam kenal semua...
saya tertarik pada dunia psikologi, walau bidang saya adalah teknik. karena masih new comer dan tidak educated di bidang ini, maka sementara jadi penonton dulu yach
6) Re: Mengenal Penyakit Skizofrenia - Salah Satu Gangguan Psikosis Fungsional
Comment by Lanthoq pada September 25, 2009, 12:46:39 AM

Diperkirakan di era melinium ini banyak kasus-kasus kejiawaan yang muncul ketimbang penyakit fisik, penyebabnya karena stress lingkungan dan tuntutan hidup yang semakin tinggi, namun skizoprenia dianggap kebanyak orang adalah orang gila yang diperolokkan, dan selalu dikucilkan ketimbang diatasi, intervensi sosial mutlak dilakukan..terutama pendekatan agama
You don't have permission to comment, or comments have been turned off for this article.

Articles dalam « Kesehatan »