Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Oktober 04, 2024, 06:54:23 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 23
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 23
Total: 23

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Depresi : Diagnosis Pasien Rawat Jalan Ketujuh Tertinggi

<img align="left" alt="depresi" src="http://i29.tinypic.com/z1im8.jpg" />Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan. Depresi sulit dibedakan dari gangguan cemas (akan dibahas dalam artikel lain). Penderita mungkin tampil dengan kecemasan yang mencolok sehingga gejala-gejala depresi yang lebih ringan seperti kehilangan selera makan, gangguan tidur, dan capek sering kali terlewatkan. Diagnosis banding lainnya adalah disthmia, gangguan afek organik dan gangguan penyesuain dengan afek depresif.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Epidemiologi</span><br /> Depresi adalah diagnosis pasien rawat jalan ketujuh tertinggi. Rata-rata usia awitan adalah akhir 20-an tahun walau dapat ditemui pada semua kelompok usia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi mayor lebih sering pada wanita dibanding pria dengan rasio 2:1. Namun perbedaan kelamin ini tidak tampak berhubungan dengan perbedaan endokrinologi. Faktor-faktor resiko depresi termasuk penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, penderita hipokondria, pernah mengalami stroke, pernah menjalani bedah mayor, wanita pasca melahirkan, dan riwayat keluarga depresi.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Patofisiologi</span><br /> Banyak rangkaian riset menunjukkan suatu predisposisi genetik atau turunan untuk depresi klinis yang diaktifkan atau turunan untuk depresi klinis yang diaktifkan atau dicetuskan oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor pengantara yang potensial antara lain adalah penyakit yang mengancam jiwa, kehilangan yang tak terpecahkan, baik saat masa anak-anak atau kehilangan baru-baru ini, kehidupan yang penuh stres, arti simbolik kejadian yang dialami, kurangnya dukungan sosial, dan ciri-ciri kepribadian. Interaksi antara faktor lingkungan dan turunan ini diduga berpuncak pada jalur umum final disfungsi limbik-hipotalamik yang secara klinis muncul sebagai penyakit depresi. Namun pemahaman umum tentang bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi sehingga menyebabkan depresi sampai saat ini belum jelas.<br /> <br /> Awalnya diyakini bahwa perubahan pada neurotransmiter (norepinefrin, serotonin, dan asam gamma-amino-butirat) di pusat hipotalamus otak ikut menentukan kompleks gejala depresi. Penelitian yang lebih baru mengusulkan suatu hipotesis disregulasi ketimbang kekurangan hanya satu neurotransmiter. Ketidakseimbangan ini adalah penjelasan fisiologis untuk simtomatologinya. Namun tetap saja hal ini belum menjelaskan perkembangan gejalanya.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Diagnosis</span><br /> Diagnosis klinis depresi bergantung pada pengenalan tanda dan gejala Kriteria DSM-III-R.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Kriteria DSM-III-R Untuk Diagnosis Gangguan Afeksi</span><br /> 1. Afek depresi atau disforik<br /> 2. Berkurangnya minat atau kesenangan dalam segala hal secara jelas, atau hampir semua aktivitas.<br /> 3. Perubahan rasa atau berat badan<br /> 4. Insomnia atau hipersomnia<br /> 5. Kelelahan atau hilangnya energi<br /> 6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi<br /> 7. Merasa salah atau menyalahkan diri sendiri<br /> 8. Hilangnya kemampuan untuk menikmati kesenangan<br /> 9. Retardasi psikomotor atau agitasi (mungkin menyerupai serangan kecemasan)<br /> 10. Ide bunuh diri atau pikiran mati berulang<br /> <br /> Meskipun DSM-III-R bermanfaat untuk mengevaluasi kemungkinan depresi, criteria ini mungkin tidak tepat sepenuhnya untuk perawatan primer.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Terapi</span><br /> Terapi depresi yang biasa dilakukan adalah kombinasi obat dan konseling. Obat pilihan penyakit depresi adalah antidepresan trisiklik dengan alternatif lainnya yaitu antidepresan generasi kedua yang lebih baru. <br /> <br /> Depresi sering sulit diobati karena diagnosis sendiri sering tidak dapat diterima secara social dan invalid bagi pasien. Hambatan utama untuk mengobati penderita depresi adalah penolakan pasien terhadap diagnosis. Untuk itu, sangatlah penting bagi dokter untuk menjelaskan penyakit ini dengan istilah-istilah yang dapat dimengerti pasien. Hal yang perlu dijelaskan termasuk bagaimana respon tubuh terhadap stress dan mendefiniskan penyakit depresi sebagai ketidakseimbangan messengers kimiawi pada system saraf.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;">Prognosis</span><br /> Suatu episode depresi khas berlangsung enam bulan atau lebih kemudian terjadi remisi lengkap gejala-gejalanya dan fungsi kembali ke tingkat premorbid. Korban akan kehilangan hidup tinggi; separuh dari semua korban bunuh diri pernah mengalami depresi mayor.<br /> <br /> Terapi dengan antidepresan trisiklik biasanya menghasilkan resolusi pada sebagian besar gejala dalam 4-6 minggu. Terapi dengan perjalanan trisiklik yang cukup (minimal 6-8 bulan) terbukti menurunkan frekuensi dan intensitas episode depresi kambuh.

Share on Facebook!Share on Twitter!Reddit

Comments: 2 *

1) Re: Depresi : Diagnosis Pasien Rawat Jalan Ketujuh Tertinggi
Comment by r.a.n pada Februari 01, 2009, 03:49:44 PM

Apa masih tri siklik yang dipakai bukan SSRI?
2) Re: Depresi : Diagnosis Pasien Rawat Jalan Ketujuh Tertinggi
Comment by micheeko pada Maret 16, 2009, 02:52:34 PM

wewww,,,,,,,iya nih hari gini kan bnyk bgt yg tertarik untuk bunuh diri..sebenarnya dr salah satu buku psikologi yg saya baca menyebutkan bahwa pemicu hal tersebut salah satunya adalah suatu kondisi dimana dia sudah tidak dapat mengendalikan satu (atau lebih) hal seperti yang dia inginkan. kalo buat cewe kaya sayah mah yaaa ibarat masak lah,,,koki terhebat sekalipun jika ia sedang tidak mood yang bagus maka ia tidak akan menghasilkan masakan yang lezatnya sama.
depresi ini bsa terjadi pada siapa saja, karena tingkat kestabilan dan kesabaran manusia dari waktu ke waktu kan beda. oleh krn itu ada yg disebut EQ, yang belum tentu dimiliki oleh orang yang IQ nya tinggi. karena orang dgn EQ tinggi berarti dia memiliki kecerdasan emosional, dan mampu untuk mengontrol emosinya.

saya sangat tidak setuju jika penderita depresi diterapi dengan obat kimia. karena yang sakit bukan fisiknya tapi jiwanya. jadi sebagai dasar utama adalah :

1. AGAMA, yang merupakan fondasi terpenting bagi manusia untuk berkeyakinan terhadap sesuatu yang PASTI (Tuhan tidak pernah berbohong).Ketika ia tidak mampu mempercayai orang lain maka satu2nya yang bisa ia percayai adalah Tuhan. jika keyakinannya kepada Tuhan melebihi yang lain maka dia akan punya kesempatan terselamatkan dari pikiran bunuh diri.

2. KELUARGA, yang merupakan lingkungan terkecil dan terdekatnya yang mampu dan berkapasitas untuk memberi dukungan pada penderita depresi berat (terutama). keluarga sangat tahu persis dirinya, seharusnya bisa memberikan motivasi padanya sesuai dengan karakter orang tersebut.

3. LINGKUNGAN MASYARAKAT, dimana kita harus lebih peduli terhadap orang sekitar kita. ikut mengarahkan orang tersebut ke sisi positif. bila perlu bisa bergabung dengan suatu lembaga, organisasi atau kelompok orang2 yg kegiatannya bermacam2.

4. DIRI SENDIRI, dorongan dari sendiri merupakan yang terpenting ketika orang lain sudah berperan untuk mendukung kemudian dia sudah tersugesti/termotivasi untuk bergairah lagi untuk menjalani hidupnya. titik pencerahan yang menjadi gejala terpenting seorang depresan untuk bergairah lagi. apalagi jika ia bisa kreatif dalam mengalihkan beban pikiran dia kepada hal lain.

hhhhhhhhhh to be continued....cape nih ngetiknya
You don't have permission to comment, or comments have been turned off for this article.

Articles dalam « Kesehatan »