Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.
Januari 18, 2021, 01:46:07 AM
-
Program BIPA
oleh Galaxy2382
[Januari 15, 2021, 08:27:06 AM] -
Perkenalan
oleh Galaxy2382
[Januari 15, 2021, 08:21:25 AM] -
Akun Turnitin Student No ...
oleh olahdatasemarang
[Desember 21, 2020, 08:44:28 AM] -
Reinkarnasi
oleh The Houw Liong
[Desember 15, 2020, 10:16:00 PM] -
The Last Tomb of Christ
oleh The Houw Liong
[Desember 14, 2020, 10:23:30 PM]
Anggota
Total Anggota: 26692
Latest: Galaxy2382
Stats
Total Tulisan: 139618
Total Topik: 10381
Online Today: 38
Online Ever: 441
- (Desember 18, 2011, 12:48:51 AM)
Pengguna Online



Tanpa disadari, manusia sebenarnya bisa melihat medan magnet bumi karena adanya suatu senyawa dalam mata. Ada kemungkinan, nenek moyang manusia dulu punya kemampuan tersebut. Sebuah studi menunjukkan bahwa ada kemungkinan protein bernama cryptochrome terdapat pada retina. Protein tersebut banyak didapati pada hewan dan tumbuhan sehingga beberapa spesies bisa menggunakan medan magnet bumi untuk melakukan navigasi.

Cryptochrome
Elektron dalam molekul cryptochrome saling terkait. Medan magnet bumi menyebabkan elektron bergoyang. Reaksi kimiawi untuk merespons goyangnya elektron tersebut membuat burung dapat melihat medan maget dalam warna-warni. Para peneliti sebelumnya mengira cryptochrome tidak memiliki banyak keuntungan bagi manusia sehingga tidak dapat mengenali medan magnet seperti burung. Karenanya, manusia butuh patokan atau perangkat GPS untuk mengetahui arah.
Sangkaan ini yang sepertinya harus diubah setelah para ahli saraf dari University of Massachusetts melakukan penelitian. Mereka mengambil cryptochrome dari manusia dan memberikannya pada lalat buah yang kehilangan kemampuan melihat medan magnet. Hasilnya, seperti dilaporkan Wired Science, lalat buah kembali memiliki kemampuan melihat medan magnet. Sayangnya pada manusia, cara kerja cryptochrome tidak seperti pada lalat. "Kami tidak tahu apakah kerja molekul itu sama pada retina manusia. Tapi kemungkinan itu ada," kata Steven Reppert, ahli saraf dari University of Massachusetts.
Saat ini ilmuwan mengetahui bahwa cryptochrome pada manusia berfungsi sebagai jam molekul, bukan sebagai kompas. Tapi para peneliti menduga bahwa nenek moyang manusia terbantu dengan adanya protein tersebut untuk menentukan arah. Jika suatu saat para peneliti berhasil mengembalikan kemampuan tersebut... selamat tinggal perangkat GPS.
Articles dalam « Biologi »
Tanggapan:
19



gausah yang macam macam mungkin itu akan menimbulkan efek negatif bagi saraf mata dan secara tak langsung berhubungan dengan otak .

http://freedownload-indonesia.blogspot.com/