-
Tutorial Memberikan Support Sesama Konten Kreator Facebook...
oleh olhdtsmg2
[September 14, 2023, 07:33:31 PM] -
Account Turnitin Student No Repository (Actived) Activation...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 31, 2023, 10:05:47 PM] -
Hallo Salam Kenal
oleh kimmylie
[Agustus 18, 2023, 06:11:29 AM] -
Training Online Panel Data Regression Free With Stata,...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 17, 2023, 11:42:56 AM] -
Workshop Panel Data Regression Free With Stata, Eviews,...
oleh olhdtsmg2
[Agustus 12, 2023, 09:48:10 AM]
Anggota
- Total Anggota: 27,813
- Latest: Brandon
Stats
- Total Tulisan: 139,653
- Total Topik: 10,405
- Online today: 38
- Online ever: 1,582
- (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 27
Total: 27
Guests: 27
Total: 27
Maret 27, 2009, 01:52:00 AM
Views: 15534
<p style="text-align: justify;"> Bulan Charles Darwin baru saja berakhir. Keriuhan dalam perayaan 200 tahun kelahiran dan 150 tahun kemunculan kitab fenomenalnya, <em>The Origin of Species</em>, mulai berangsur senyap. Sambil membersihkan sisa-sisa pesta, keingintahuan akan masa depan pun merayap naik: apakah evolusi manusia sudah berakhir seperti nasib perayaan ini? </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Siapa pun yang memegang teguh gagasan Darwin seharusnya menolak memberi kata sepakat atas pertanyaan tersebut. Evolusi organik adalah peristiwa yang pasti, sama pastinya dengan bumi mengelilingi matahari. Tidak ada makhluk yang bisa menghindar. Keanekaragaman, eksis, atau punahnya suatu spesies diputuskan sepenuhnya oleh seleksi alam, penggerak utama evolusi, dan itu juga berlaku untuk <em>Homo sapiens</em>. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Rata-rata keberlangsungan hidup sebuah spesies mencapai beberapa juta tahun. Setiap tahun, ribuan spesies dinyatakan punah dan ribuan lainnya muncul menggantikan. Tidak ada jaminan apakah kelak manusia dapat terhindar dari kedua fakta tersebut. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Uniknya sejumlah penganut Darwinian justru berpendapat sebaliknya. Manusia terlalu berbeda sehingga tidak bisa disamakan dengan spesies lain. Manusia memiliki keunggulan dalam teknologi, pengaturan energi, penggunaan sandang, organisasi sosial, dan kemampuan berbahasa tingkat tinggi. Pendek kata, manusia adalah satu-satunya spesies yang mampu menghindari evolusi. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Salah satu argumen termasyhur disampaikan oleh Steve Jones dalam debat bertajuk <em>Is Evolution Over?</em> di Royal Society Edinburgh tujuh tahun silam, "Jika Anda ingin tahu seperti apa utopia, lihat saja sekeliling. Keadaan lebih baik atau lebih buruk telah berhenti untuk spesies kita." </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Argumen Jones disokong penuh oleh Peter Ward, ilmuwan ternama yang bertugas di University of Washington. Lewat <em>Future Evolution</em> (2001), Ward sama sekali tidak melihat perubahan akan melanda manusia. Gaya hidup terkini, khususnya di negara-negara maju, telah melindungi manusia dari tekanan evolusi. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> "Orang-orang sekarang bisa hidup lebih lama, lebih kuat, dan lebih sehat," tulisnya. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Beberapa pakar lain memilih jalan yang lebih aman. Mereka menganggap evolusi manusia masih terus berlangsung. Bukan di tataran fisik, melainkan kultur. Ke depan, perubahan signifikan hanya terjadi pada wilayah perilaku, kecenderungan sosial, dan intelegensi. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Arus berlawanan pun datang dari Chris Stringer yang bergiat di Natural History Museum, London. Menurut dia, terlalu naif jika manusia berpendapat bahwa dirinya bernilai jauh lebih istimewa di hadapan seleksi alam ketimbang spesies lain. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> "Kalau menyimak kembali orang-orang Zaman Batu di Eropa sekitar 50 ribu tahun silam (<em>Homo neanderthalensis</em>), Anda pasti berasumsi mereka akan berevolusi menjadi lebih besar dan kuat. Kemudian, dengan cukup tiba-tiba, mereka justru kalah bersaing dan digantikan oleh spesies yang bertubuh lebih ringan, tinggi, dan lebih cerdas yang berdiaspora dari Afrika (<em>Homo sapiens</em>). Anda tidak dapat memprediksi ke arah mana evolusi bakal melaju," kata Stringer. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Maklumat Stringer semakin jelas terasa dengan terbitnya <em>The 10,000 Year Explosion: How Civilization Accelerated Human Evolution</em> karya Gregory Cochran dan Henry Harpending. Dalam buku yang baru berumur sebulan itu, tertera bahwa sejak ditemukannya pertanian dan mencuatnya masyarakat perkotaan, manusia telah berevolusi 100 kali lebih cepat. </p>
<div style="text-align: justify;"> </div>
<p style="text-align: justify;"> Meski masih sengit diperdebatkan, data tersebut setidaknya menunjukkan kemajuan dan teknologi yang dihasilkan tidak serta-merta melindungi manusia dari jepitan seleksi alam. Kita memang tidak tahu apa yang menunggu di depan sana, namun itu bukan berarti spesies kita aman dari evolusi. </p>
<div style="text-align: justify;"> Gagasan yang bisa kita ciptakan memang hebat, teknologi yang kita lahirkan juga luar biasa canggih. Tetapi, segenap makhluk tetap harus tunduk pada Hukum Kedua Orgel: "Evolusi lebih pintar dari Anda semua."</div>
Comments: 28
You don't have permission to comment, or comments have been turned off for this article.
karena ada dalam ayat al-qur'an yang menegaskan bahwa "malaikat pernah bilang janganlah kau menurunkan Adam ke muka bumi kalau hanya untuk merusaknya" kira-kira seperti itulah,,saya jg kurang begitu hapal...tp intinya begitu.
jd memeng pernah ada kehidupan manusia sebelum kita...(nabi Adam)
Tp mngacu pada bacaan diatas, sya kurang stuju dgn kata "evolusi". Karena "evolusi" diartikan sebagai perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit) (sumber:KBBI), yang dalam istilah biologi juga dapat ditarik kesimpulan sebagai "terjadinya/terbentuknya spesies baru akibat faktor2 tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu".
Bukan hanya untuk manusia, bahkan sesungguhnya pun semua makhluk hidup tidak ada yang ber"evolusi" tetapi mereka beradaptasi, sehingga terjadi perubahan baik morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Perbedaan2 inilah yang kemudian oleh ilmuwan2 digolongkan ke dalam spesies2 yang berbeda2.
Ilustrasi: Suatu kelompok masyarakat tertentu (anggaplah Indonesia) dilatih militer dengan sangat keras, sehingga keturunan2nya pun juga dilatih militer, dan menjadi orang2 terlatih. anggaplah orang2 Indonesia pada jaman ini tingginya rata2 160 cm, berbadan kurus, kurang bertenaga tetapi 400 tahun kemudian, bisa jadi orang2 Indonesia ini berketinggian rata2 200 cm, berbadan tegap, dan penuh tenaga karena telah menyesuaikan diri dengan keadaan dan latihan. Di lain pihak, orang2 di negara lain yang tidak dilatih tetap sama seperti 400 tahun yang lalu.
Lalu, apakah orang2 Indonesia itu bisa disebut "mulai berevolusi"?? Karena mungkin 1juta tahun kemudian (apabila belum kiamat), orang2 Indonesia ini menjadi berketinggian 4 meter, dan memiliki kenampakan seperti "monster" (mungkin).
Jadi kesimpulannya saya kurang setuju dengan "evolusi", yang ada hanyalah "adaptasi"..
thx.. GBU
Evolusi tidak mesti menghasilkan spesies baru. Evolusi paling gampang diartikan sebagai perubahan frekuensi gen seturut waktu. Jadi, frekuensi gen niscaya berubah, bisa mempengaruhi fenotip atau bisa juga tidak. Nah, seleksi alam bekerja untuk menentukan gen-gen mana saja yang cocok dan tidak. Bagi yang cocok, akan terakumulasi dan diwariskan lintas generasi.
Spesies baru muncul jika perubahan tersebut terkumpul sampai derajat tertentu dalam sebuah populasi, sehingga berbeda dengan spesies asalnya. Cara mendeteksinya mudah: kalau spesies baru dikawinkan dengan spesies asal, keturunannya akan steril alias mandul atau malah tak punya anak sama sekali. Dan jika keturunannya masih subur, berarti tidak ada spesies baru.
Saya sempat percaya sebelumnya mengenai teori ini, tetapi jika kita lihat lebih jauh lagi, sesungguhnya evolusi secara morfologi yang bermula berasal dari kera atau sebangsanya yang terjadi pada manusia menurut Darwin tidaklah dapat dibuktikan, baik secara ilmiah maupun logika.
Bukti manusia tidak mengalami evolusi yang paling mendasar adalah gen.
Gen tersusun begitu rapi dan komplex dengan ciri khas DNA yang double helixnya, tidak mungkin dapat tercipta begitu saja. sudah tentu ini ada yang menciptakan yaitu Allah swt.
Seandainya manusia mengalami evolusi secara morfologi, tentunya susunan gennya pun akan berubah.
Perubahan susunan gen mungkin terjadi bila terjadi mutasi.
Dan mutasi bisa terjadi karena reaktivitas kimia saat sintesis asam amino.
Bila kita berpikir secara logika hewan hewan kera yang "katanya" moyang manusia pada saat dahulu menggunakan teknologi yang tidak secanggih saat ini, dan pengetahuannya pun sangat terbatas. Mereka hidup secara alamiah, dengan bahan makanan yang mayoritas berasal dari alam, disini dapat diasumsikan bahwa prosentase reaktivitas kimia yang terjadi untuk timbulnya mutasi sangatlah kecil sekali, sehingga gen mereka tidak berubah dari dulu hingga saat ini.
secara Naqli : Allah swt. menjelaskan dalam Alquran mengenai manusia pertama yang ada di bumi, yaitu Nabi Adam as.
Jelaslah bahwa Nabi Adam as.bukanlah kera, dan peradabannya pun sudah lebih baik dari kera.
kemudian kita bisa melihat morfologi ikan Hiu putih yang dari zaman purba sudah ada, dari dulu hingga saat ini bentuk tulang hiu putih masih tetap sama, tidak ada perubahan menuju hal-hal yang mengarah ke evolusi.
qta membutuhkan penjelasan terhadap sesuatu, misal klo qta jatoh mungkin kitab suci bilang itu disebabkan tuhan tapi manusia terus mencari sebab yg bisa dimengerti logikanya ya batuke, kulit pisangke. mungkin klo qta gak menyerah akan tiba logika bilang klo itu disebabkan tuhan (terlalu optimis yaa).
ak pribadi nganggep ilmu itu seperti perahu yg digunakan untuk menyebrang sungai klo dah sampe di tepian qta gak menggunakanya lagi. jadi gak perlu berlebihlebihan terhadap ilmu, tapi juga gak terus-terusan menggenggam kebodohan. ya biasa aja lagi karena kebenaran itu di luar ranah cinta dan benci
saya kurang yakin dengan teori darwin, saya juga anak ips, saya ga suka pelajaran ipa, biologi selau remedial, tapi saya punya pendapat sendiri bukannya saya sok tau apa gimana, tapi itu non-sense, manusia ya manusia, bukan binatang.
kenapa hanya manusia aja yang mengalami evolusi? kenapa lainnya tidak? kenapa tidak ada ikan jadi manusia? karena gak cocok ya? ataukah ada penemuan perubahan secara evolusi mahluk non manusia jadi apa aja-lah, yang penting berubah.
baca tulisan-2 harun yahya tentang evolusi manusia, perlu kita renungkan dan juga bukti ungkapannya dalam penelitiannya bahwa di dunia ini tidak ada mahluk yang berevolusi.
tulisan ini sekaligus menghancurkan apa yang dikemukakan p darwin 150 tahun teorinya. ya kita boleh percaya atau tidak. tapi mari kita merenung. hidup ini tidak selalu masuk akal atau diakalin saja. ada hal-2 yang banyak tidak masuk akal tapi terjadi juga. contohnya siapa yang tidak percaya adam danhawa diciptakan tanpa orang tua, isa diciptakan tanpa ayah. rejeki kita tidak kita sadari datang dari arah mana aja dengan tidak bisa kita rencanakan. kita gak tahu kapan mati dls.
mari kita renungkan benarkah kita ini termasuk mahluk rekaan p darwin yang katanya hasil evolusi kera?
evolusi tidak hanya secara fisik tp secara mental dan kecerdasan..
makna dari evolusi sendiri adalah perkembangan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama..
btw ga ada mahluk yang diciptakan Tuhan dg sia-sia. ga ada mahluk terkutuk, manusia lah yang memfitnah Tuhan dg mengatakan Tuhan
menciptakan sesuatu yg terkutuk.
'Dalam mencari ilmu Bukalah hati dan Pikiran, cari informasi sebanyak2 nya' SEBAB:
'KITA MENCARI KEBENARAN BUKAN PEMBENARAN'
Pikiran kita bukan milik ego atau pemikiran seseorang atau sesuatu tapi milik kebenaran yang sebenar-benarnya...
ga bisa dibandingin dan ga akan pernah bisa!!
ibaratkan aja nih ya, ilmu manusia pertama sampai manusia terakhir dengan ilmu yang dimiliki ALLAH swt tuhan semesta alam, ibaratkan setetes air dengan seLuruh lautan yang ada diseluruh alam semesta ini!
manusia itu ga ada apa2nya dibadingkan allah, ilmu manusia terbatas, dan ilmu ALLAH swt, maha luas!!!
masihkah kita sombong terhadap apa yang kita ketahui sekarang?
kita ga berhak dan ga pantas untuk sombong!!
Ingat mengenai Lamarck dan Darwin mengenai Jerapah gak??? Jadi bukan evolusi tetapi seleksi alam (adaptasi)
Manusia itu berbeda dengan makhluk lain dalam segala hal..
Kalo Darwin masih hidup sampe' sekarang, teorinya pasti diperbaiki yaitu manusia berasal dari makhluk mirip monyet dan bukan monyet.
Maklum! Darwin hidup di zaman blum banyak fosil, DNA blum ditemukan, dll.
Bagaimanapun juga, Darwin tetap ilmuwan biologi terbesar abad ini karena teorinya perlahan - lahan mulai terbukti seiring berjalannya waktu...
He's just a pastor who tried to explain what he had seen in nature
Kata 'Kun fayakun' tidak bisa ditafsirkan bahwa ALLAH menciptakan sesuatu dengan sekonyong-konyong
Allah itu indah dan mencintai keindahan
Maka Dia menciptakan segala sesuatu melalui proses yang indah
Layaknya ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu
Kenapa kita salahkan Darwin?
Kenapa tidak kita salahkan diri kita yang masih kurang ilmu?
Ilmu Allah terlalu luas dan dalam dan rasanya air di gelas itu tidak akan tumpah kalau kita rajin beli gelas yang baru-yang lebih besar
Kata Einstein: Ilmu tanpa agama adalah buta, tetapi agama tanpa ilmu itu pincang
Selama pemahaman agama kita benar, bukan pembenaran, selamanya agama adalah ekuivalen dengan ilmu
Karena sumbernya sama: Allah!
Yuk mari kita beli gelas baru!
Baru isi sampe penuh
Jadi bisa beli lagi yang lebih besar lagi!
Contoh lain lagi bahwa tekanan seleksi alam berkurang adalah kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Dulu banyak orang yang terkena penyakit retinobalstoma, terutama familial, sebagian besar mati, jadi frekuensi gen tersebut dalam populasi memang kecil dan mengecil tiap waktunya jika tidak ada mutasi, migrasi atau random genetic drift. Sekarang frekuensi dalam populasi tersebut membesar, sebab sebagian besar orang berpenyakit retinoblastoma bisa diselamatkan. Lihat, dari data itu kita bisa hitung bahwa coefficient of selection nya mengecil, jadi seolah2 tekanan seleksi alam mengecil. Ini semua akibat kemajuan teknologi dan semakin cerdasnya umat manusia. Tapi apakah ia menghentikan roda evolusi, tampaknya tidak..evolusi tetap terjadi, namun dalam laju dan jenis seleksi (differential selection) yang berbeda dari yang dulu. Ingat definisi evolusi dalam sudut pandang evolutionary genetics adalah perubahan frekuensi alel oleh adanya daya evolusi yaitu, seleksi, mutasi, random genetic drift, migrasi dan nonrandom mating.
Teori Darwin sekarang telah berkembang berkat perkembangan ilmu biologi molekuler yang sangat pesat, dan memeudahkan kita membangun philogenetic trees berdasarkan analisis DNA dan karakterisaasi molekuler terhadap organisasi genom.
Saya hanya penasaran apakah para pengikut pemikiran Harun Yahya ataupun Harun Yahya sendiri merupakan orang yang kompeten di bidang molekuler sehingga berani mengutuk, menjelekkan ataupun dengan sombongnya menyatakan teorinya adalah yang paling benar?Setidaknya apakah mereka pernah membaca buku biologi molekuler sampai habis?satu buku saja...saya rasa tidak..bukti empiris akan adanya teori evolusi dan kegunaannya dalam evolutionary genetics sangat pesat, termasuk sampai implikasinya dalam produksi pangan. Apakah para pengikut Harun Yahya mau mengingkari dengan mengatakan bahwa mereka tidak memakan makanan hasil implikasi teori evolusi?Apakah ia juga mau mengingkari bagaimana implikasi teori evolusi dalam menciptakan vaksin untuk virus, obat, mendeteksi asal virus dll?Sebaliknya apakah teori kresionisme telah memberikan banyak sumbangan riil dibidang kesehatan?pangan?
itu....? dan biar seimbang, buat mas hendi widjaya,MD baca jg dong tulisan karya "adnan oktar" jg
pendapat ilmuwan "non group" mas darwin lainnya..... sy kira itu lebih fair.