Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Desember 02, 2024, 09:09:55 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 154
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 36
Total: 36

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben

<div style="text-align: justify;"> Seluruh budaya di nusantara biasanya menyandang titel daerah masing-masing. Contohnya Reog Ponorogo, Tari Samman NAD, dll. Lain halnya dengan budaya Tumben yang di dalamnya terdapat upacara jual muka. Budaya yang satu ini tidak jelas daerah mana yang memulai, tetapi satu yang pasti, seluruh daerah di nusantara (dari tingkat paling bawah sampai tingkat paling atas) melakukannya. Biasanya, upacara ini dilaksanakan setiap lima tahun. Cukup lama tapi pasti.<br /> <br /> <span style="font-weight: bold;"> Budaya Tumben</span> sudah cukup dikenal, tetapi belum tentu semua menyadari bahwa kita juga terlibat (melakukannya). Lihat saja perilaku para calon kepala daerah. Setiap akan ada pemilihan, ramai-ramai sang calon keliling kampung, blusukan ke pasar-pasar, bahkan ke tempat yang sebelumnya dianggap tidak layak dikunjungi. Mereka menjual muka dengan berbagai cara agar mukanya dicoblos pada saat pemilihan. Ada yang menyumbang panti asuhan, ada pula yang berpura-pura prihatin terhadap nasib rakyat kecil. Upacara jual muka ini hanya dilakukan sekali dalam lima tahun, dan akan berulang lima tahun berikutnya.<br /> <br /> Sayangnya, terlalu banyak rakyat yang ikut larut di dalamnya tanpa memahami bahwa dirinya diperalat. Bahkan, ada yang rela diadu domba dengan saudaranya sendiri demi memenuhi kepentingan sang calon. Perlu saya yakinkan bahwa rakyat tersebut tidak akan mendapatkan apa pun selain kerugian yang besar. Mereka akan segera dilupakan begitu sang calon naik tahta. <br /> Selama lima tahun ke depan tidak akan ada calon-calon yang dulu dielu-elukan menanyakan nasib rakyat, apalagi memperbaikinya. Rakyat tinggal menunggu janji-janji yang tidak akan pernah terpenuhi. Sang raja pasti merasa tidak pernah berjanji apapun terhadap rakyat. Mereka sibuk menata kursi dan mempertahankan posisi.<br /> <br /> Namun demikian, kita tidak perlu khawatir. Minimal lima tahun lagi kita akan dipertemukan lagi dengan <span style="font-weight: bold;">Upacara Jual Muka</span> dalam <span style="font-weight: bold;">Budaya Tumben</span> tadi. Yaitu, tumben baik hati, tumben peduli, tumben bagi-bagi, dan tumben-tumben lain yang tujuannya hanya untuk jual muka. Sebagai rakyat Indonesia, mari kita menyikapi perpolitikan kita secara dewasa. Mari kita berpolitik juga secara dewasa.</div>

Share on Facebook!Share on Twitter!Reddit

Comments: 5 *

1) Re: Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben
Comment by reborn pada Juli 31, 2008, 08:58:15 AM

Haha... gw langsung ngakak pas baca nih ;D tapi ya hanya sebatas ngakak, toh sulit ngelawan para "pemuka adat" itu.
2) Re: Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben
Comment by mars_acad pada September 07, 2008, 09:35:42 AM

yaps

kita harus berusaha menjadi bangsa yang maju
3) Re: Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben
Comment by Sutan Sinaro Yunior pada September 08, 2008, 11:50:01 PM

Hehehe..., kasian banget rakyat yang dijadikan sasaran para penjual muka.
Itulah anehnya., rakyat juga suka membeli dagangan mereka dalam bakul bual-bualan.
4) Re: Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben
Comment by yubus pada Februari 15, 2009, 02:42:35 PM

Mudah-mudahan manusia pelaku budaya tumben itu punah. Amin.
5) Re: Upacara Jual Muka dalam Budaya Tumben
Comment by kojek pada Februari 18, 2009, 07:40:47 PM

tumben x tumben = sering. Kalau lima tahun bisa digeser menjadi setahun, atau sebulan.... mungkinn rakyat pasti akan menikmati kesejahteraan dari para calon wakil rakyat. karena rajin turun ke masyarakat.
You don't have permission to comment, or comments have been turned off for this article.

Articles dalam « SosPol »