Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Oktober 15, 2024, 03:52:52 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 43
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 32
Total: 32

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Ini nih kisah awalnya kalender Jawa

Dimulai oleh tahunlunar, Februari 23, 2019, 08:55:52 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

tahunlunar

Kalender Jawa atau biasa disebut dengan Penanggalan Jawa merupakan sistem penanggalan yang dipakai oleh Kesultanan Mataram dan beragam kerajaan pecahan nya beserta yang di bawah pengaruhnya. Sistem Penanggalan ini memiliki ciri khas khusus karena memadukan sistem penanggalan Islam, sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang mewujudkan bagian dari budaya Barat.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari, yakni Ahad sampai Sabtu dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi atau(1547 Saka), Maharaja Agung dari Mataram berusaha keras menanamkan agama Islam di pulau Jawa. Salah satu upaya nya yaitu mengganti penanggalan Saka yang berbasis pada pergeseran matahari dengan sistem kalender kamariah atau lunar yang mengusung pergeseran bulan. Uniknya, angka pada tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan, tidak menggunakan perhitungan dari tahun Hijriyah( saat itu1035 H). Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan, sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa.

Ketentuan Sultan Agung berlaku di seluruh & wilayah Kesultanan Mataram: seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (= Balambangan). Ketiga daerah terakhir ini tidak terhitung wilayah wewenang Sultan Agung. Tanah Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh adat istiadat Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karya Sultan Agung ini.

Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa versi Islam. Sebagian nama bulan diambil dari Kalender Hijriyah, dengan menggunakan nama-nama Arab, namun beberapa di antaranya menggunakan nama dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Sela dan nampaknya juga Sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini ialah nama bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan sebagian ada kaitannya dengan hari-hari besar yang ada dalam bulan hijriah, seperti bulan Pasa ada hubungannya dengan ibadah puasa Ramadhan, Mulud ada hubungannya dengan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal, dan Ruwah ada hubungannya dengan Nisfu Syaban di mana dianggap sebagai catatan amal selama satu tahun yang telah usai.