Ketika masih bergabung dengan militer, Hugo Rafael Chávez Frías (28 Juli 1954 – 5 Maret 2013) memang pernah ditempatkan di beberapa unit untuk mengatasi pengaruh kelompok Marxist yang berusaha untuk menjatuhkan kekuasaan Carlos Andres Perez. Tetapi ia tidak terlalu melakukan banyak aksi, alih-alih ia sibuk menghabiskan waktunya untuk membaca literatur kiri.
Ketika ia ditugaskan untuk mengajar di akademi militer pada tahun 1981, tempat dimana ia pernah belajar, ia mendapatkan posisi untuk melakukan indoktrinasi generasi militer berikutnya dengan ide-ide politiknya. Karena pengaruhnya cukup kuat, Chavez kemudian dikeluarkan akademi militer dan ditempatkan di wilayah terisolir Apute, yang diyakini ia hanya akan memiliki sedikit pengaruh.
Chavez menyibukkan dirinya membuat hubungan dengan suku-suku lokal, suatu hal yang akan menguntungkannya pada masa ia memimpin, sebagaimana diberitakan BBC.
Hugo Chavez lalu membentuk sebuah gerakan bersama kelompok perwira militer bernama Simon Bolivar (Bapak Kemerdekaan Amerika Latin). Kebijakan Presiden Carlos Andres Perez menaikkan harga bensin dan pengetatan pinggang yang menuai protes dari massa rakyat sepertinya tepat kalau kudeta segera dilakukan. Terlebih, setelah memperhatikan kerusuhan selama tiga hari (27 Februari 1989). Ratusan orang tewas. Banyak jenazah tetap tak teridentifikasi dalam sebuah makam.
Seperti tak bisa ditunda lagi, Letkol Hugo Chavez memimpin sekitar 5.000 tentara untuk melakukan kudeta berdarah pada 4 Februari 1992 meskipun menuai kegagalan. Revolusi bulan Februari oleh Gerakan Revolusioner Bolivarian menelan korban jiwa 18 tewas serta 60 orang lainnya cedera. Chavez kemudian menyerahkan diri. Ia kemudian mendekam di penjara militer saat para koleganya berupaya kembali merebut kekuasaan sembilan bulan kemudian.
Percobaan kudeta kedua pada bulan September 1992 juga gagal. Hugo Chavez dikurung dua bulan penjara. Sewaktu di dalam penjara, ia membentuk partai bernama Gerakan Republik Ke-5 (Movement of the Fifth Republic) dan melakukan transisi dari militer ke politikus. Setelah para pembangkang sempat menguasai sebuah stasiun televisi serta sempat menyiarkan rekaman Chavez yang mengumumkan kejatuhan pemerintah berkuasa, ia dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun. Chavez kemudian mendapatkan pengampunan.
Untuk mendapatkan opini yang luas, Chavez menghabiskan waktunya mengunjungi beberapa pemimpin politik di Amerika Latin dan menemukan dukungan kuat dan persahabatan dari presiden revolusioner Kuba, Fidel Castro. Chavez meyakini benar bahwa untuk menggulingkan pemerintahan harus dengan kekuatan, tetapi kemudian beralih pikiran dengan mencalonkan diri sebagai kandidat pada Pemilu Presiden tahun 1998.
Venezuela tidak seperti kebanyakan negara tetangganya di Amerika Latin, negeri itu menikmati periode yang tidak terputus dari pemerintahan demokratik sejak 1958. Tetapi dua partai utama yang merupakan alternatif pilihan masyarakat, berada pada tuduhan terlibat dalam sistem yang korup dan menyia-nyiakan kekayaan minyak besar di Venezuela. Hugo Chavez menjanjikan perubahan revolusi dalam kebijakan sosial yang selama ini secara terus menerus disalahgunakan oleh kelompok oligarki yang merupakan pelayan masyarakat yang korup yang menghamba kepada pemodal internasional.
Chavez secara cepat mendapatkan dukungan luas, tidak hanya dari kalangan masyarakat miskin di masyarakat Venezuela. Tetapi juga dari kalangan kelas menengah yang melihat bahwa standar hidup telah digerus oleh kegagalan mengarahkan ekonomi. Pilihan kalangan kelas menengah Venezuela menjadi alat untuk mendongkrak Chavez menuju ke kekuasaan dengan 56 persen suara.
Tidak hanya melakukan retorika revolusi, di masa kepemimpinan pertamanya ia menunjuk figur-figur konservatif di posisi politik. Chavez menjalankan ekonomi mengacu kepada garis besar yang ditentukan oleh Dana Moneter Internasional, dan membuat usaha positif untuk mendorong investasi dari perusahaan global. Chavez juga memulai program reformasi sosial, dengan melakukan investasi di infrastuktur negara yang mulai hancur, dan mendirikan pelayanan kesehatan gratis serta memberikan subsidi makanan untuk orang miskin.
Karena langkah revolusinya, Chavez menghadapi musuh politik baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri Venezuela. Hubungan luar negerinya dengan Washington sangat rendah ketika ia menuduh pemerintahan Amerika Serikat melakukan perlawanan terhadap teror dengan teror juga (fighting terror with terror) selama periode perang di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001.
Presiden Hugo Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela pada pagi-pagi di hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, Pedro Carmona diangkat sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela (Isaias Rodriguez) menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Dekrit juga menetapkan, presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Dekrit tersebut mengundang banyak kritikan. Presiden Meksiko Vicente Fox secara tegas menyatakan tidak mengakui pemerintahan baru Venezuela sampai dilaksanakan pemilu baru. Demikian juga dengan pemimpin-pemimpin Argentina dan Paraguay menyatakan, pemerintahan baru Venezuela tidak sah.
Sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona atas inisiatif sebagian perwira militer, Chavez kembali dikukuhkan menjadi Presiden Venezuela (14 April 2002). Pedro Carmona yang hanya menduduki sebagai presiden interim selama sehari dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah Jaksa Agung menyatakan bahwa kudeta tidak sah.
Berhasilnya Chavez kembali ke tampuk pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden. Dalam aksi yang diwarnai penjarahan tersebut, belasan orang tewas.

Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan “revolusi bagi kaum miskin-“nya. Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.

Pada tanggal 5 Maret 2013, Wakil Presiden Nicolás Maduro mengumumkan di televisi nasional bahwa Chávez telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25 waktu setempat. Wapres menyatakan Chávez meninggal setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama hampir dua tahun. Wapres Maduro dan para pendukung Chávez mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya. Maduro berspekulasi Chávez telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan plot terhadap pemerintah Venezuela.
Jenazah Hugo Chavez akan dibalsem, diabadikan, di dalam peti kaca di museum militer, untuk selamanya. Selain sebagai bentuk penghormatan, tindakan ini dianggap bisa terus mengobarkan semangat revolusi sosialis yang selama ini dikumandangkan Chavez. Meski demikian, museum tempat Chavez belumlah dibangun. Jika sudah, maka bangunan itu akan dinamai Museum Revolusi.
Perjuangan Chavez menentang Amerika Serikat dan memerangi era oligarki membuatnya dicintai rakyat. Wajar jika kemudian masyarakat dunia melihat hujan tangisan murni dari batin rakyat yang merasa kehilangan. Chavez juga disetarakan dengan pahlawan kemerdekaan Amerika Latin, Simon Bolivar. Pada tahun 1805, Bolivar mengucapkan sumpah untuk melepaskan Venezuela dari jajahan Spanyol.
dikutip dari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hugo_Ch%C3%A1vezhttp://www.antaranews.com/berita/362041/hugo-chavez-di-antara-dua-kudetahttp://nationalgeographic.co.id/berita/2013/03/venezuela-abadikan-jenazah-hugo-chavez