Saya sudah berhasil membuat alat penyulingan etanol dengan hanya sekali penyulingan. Jurnalnya saya pasang disini ->
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]Yang jadi masalah adalah, bahwa saya masih menggunakan bahan baku yang umum digunakan untuk pembuatan ethanol, yaitu: gula, tebu, pisang, singkong, sagu, dll. Saya ingin meningkat dengan merubah bahan dari selulosa menjadi glukosa sebelum glukosa di fermentasi dan di suling menjadi ethanol.
Adakah temen-temen yang dapat memberikan informasi bagai mana cara mengubah selulosa menjadi glukosa?.
Terima kasih sebelumnya.
Kutip dari: Mat Dillom pada November 24, 2009, 03:31:27 AM
Adakah temen-temen yang dapat memberikan informasi bagai mana cara mengubah selulosa menjadi glukosa?.
Hm.., pertanyaan menarik.., jadi kepinging nyari saya..,
Kutip dari: Idad pada November 24, 2009, 04:53:55 AM
Kutip dari: Mat Dillom pada November 24, 2009, 03:31:27 AM
Adakah temen-temen yang dapat memberikan informasi bagai mana cara mengubah selulosa menjadi glukosa?.
Hm.., pertanyaan menarik.., jadi kepinging nyari saya..,
Kalau dah dapet, bagi-bagi infonya. Khan keren kalo bisa membuat etanol dari dedaunan atau rumput.
Kutip dari: Mat Dillom pada November 24, 2009, 05:13:05 AM
Kalau dah dapet, bagi-bagi infonya. Khan keren kalo bisa membuat etanol dari dedaunan atau rumput.
OK2.., insya Allah kalau ketemu ya..,
Hm.., saya ada ide. Mungkin untuk merubah Selulosa menjadi Glukosa dapat digunakan bakteri yang dapat memecah ikatan Betha 1,4 di dalam Selulosa. Kan glukosa merupakan monomer dari selulosa....
Nah.., ada ide lagi.., gimana kalau dipakai bakteri yang ada di dalam oerutnya hewan pemakan rumput..,
Diambil.., dikembangbiakkandi medium dan diuji..,
Siapa tau bisa.., Kan bakteri yang ada di dalam perutnya hewan perumput dapat mencerna selulosa karena menheluarkan enzim yang dapat menerna (mengurai) seulosa menjadi Glukosa2..,
kan susah harus b'main dgn mahluk2 yg mikro...
weleh2~
tapi keren jg nih..
pengen liat alatnya donk...
^^"
Kutip dari: sisca, chemistry pada November 24, 2009, 05:56:32 AM
kan susah harus b'main dgn mahluk2 yg mikro...
weleh2~
tapi keren jg nih..
pengen liat alatnya donk...
^^"
Alatnya di Indo :d. Ane lagi gak di Indo.
bole minta foto alatnya yg jadi g'mana yach..?
habis bingung bacanya...
dari dulu sisca pengen buat...
tapi alatnya yg pusing mau gimana..
T.T
Pertama sediakan panci, dengan tutup rapat, di mur baut melingkar. Di tutup panci di pasang pipa diameter 4 inchi sepanjang 2 meter. dihubungkan ditengah tutup panci juga di mur baut. Lalu diatas pipia dihubungkan dengan pipa lain diameter 3 inchi dengan penghubung 4 inchi ke 3 inchi sepanjang. Tapi sebelumnya didalam pipa diameter 4 inchi itu dimasukkan batu kolar taman yang warnaputih (beli di tukang tanaman hias). Bagian bawahnya agar batu tidak masuk ke dalam panci, beri sarang nyamuk.
Pada bagian atas pipa 3 inchi di beri sambungan ke pipa kecil yang terhubung dengan kondenser (pendingin) dan out putnya ke botol.
Jadi deh.
Mo upload sket gambarnya kesini, belum bisa. Nanti deh ane pelajari dulu cara uploadnya.
ah...
itu batu kolar utk apa..?
truz kondensernya gimana..?
pendinginnya pake apa..?
hehehehehe~
Kondensernya yah pake panci juga berisi air yang bersirkulasi agar tetap dingin airnya. Nah pipa kecil keluaran dari pipa 3 inchi itu melingkar-lingkar dalam panci pendingin sebelum ujungnya masuk ke botol.
Koralnya untuk menahan uap air agar tidak ikut masuk ke pipa kecil tapi ketahan koral lalu masuk ke panci penyulingan lagi. Koral itulah penemuan ane yang membuat alat ini mampu bekerja dalam sekali penyulingan dan hasilnya langsung bisa dibakar.
Yang lebih hebat, operator tak perlu menjaga suhu panci di titik didih etanol (sekitar 78,8 derajat). Boleh mencapai 100 derajat pada panci penyulingan, dan etanol tetap dihasilkan.
Waktu menemukan cara itu sampe 2 tahun. udah di daftarkan patennya.
pipanya pake pipa apa yach..?
wah,, wah,,
sampe 2 tahun...
kckckckkckkcc~
hebatx... ^^
Pipa besi. Pancinya kalau di Jakarta, pesan aja di cawang. seukuran panci pangsit, juga ada siripnya kayak tukang pangsit. Tinggal tutupnya selebar diameter panci + sirip. Di sirip itu yang dipasang mur baud. Bagian tengah tutup panci dilubangi dengan diameter lebih kecil dari lubang pipa 4 inchi.
Pipanya juga diberi sirip buat pasang mur baud ke tutup panci. Tapi jangan lupa kasih karet ketika di mur baud, agar uap tidak lolos.
ahaa...
woke2...
tutup pancinya uda dibaut,, gimana mau masukin itunya..
pusang gula dan lain2...?
Kutip dari: sisca, chemistry pada November 24, 2009, 06:27:26 AM
ahaa...
woke2...
tutup pancinya uda dibaut,, gimana mau masukin itunya..
pusang gula dan lain2...?
Ya sebelumnya dibuat lobang donk dengan tutupnya
lobangnya yg ditengah itu yach..?
panci..
aku ga di jakarta..
hehehhee~
tapi di sini jg byk panci...
^^
Kutip dari: sisca, chemistry pada November 24, 2009, 06:30:36 AM
lobangnya yg ditengah itu yach..?
panci..
aku ga di jakarta..
hehehhee~
tapi di sini jg byk panci...
^^
Di coba aja, kali aja bisa ikut lomba karya ilmiah. Terus tulis, aku jadi pembimbingmu :D.
iyah,,,
sisca tunggu yach gbr alatnya...
heheheh~
agak bingung soal pipanya..
tapi sisca mau coba2 cari panci yg uda ga kepake dulu dech...
^^"
Sket gambarnya seperti dibawah ini:
mikroba mana yang lebih efektif: bakteri kolon herbivora atau rayap?
Kutip dari: syx pada November 24, 2009, 07:52:14 AM
mikroba mana yang lebih efektif: bakteri kolon herbivora atau rayap?
Caranya gimana?
isolasi mikroba dari keduanya... dan dibuat kulturnya.
Kutip dari: syx pada November 24, 2009, 09:27:51 AM
isolasi mikroba dari keduanya... dan dibuat kulturnya.
Jadinya bio gas donk bukan etanol?. Herbifora dan rayap gak mengubah selulosa menjadi glukosa khan? kecuali dalam perutnya. Sedang kotorannya bisa diubah jadi biogas.
pastinya mikroba dalam perut rayap dan herbivora membantu memotong selulosa menjadi gula yang lebih sederhana. gas adalah produk sampingnya. mereka kan ga bisa langsung menggunakan selulosa sebagai nutrisi karena ga bakal bisa diserap tubuh. gula rantai pendek hasil peruraian yang dibantu mikroba ini yang merupakan nutrisi sumber tenaga mereka.
Kutip dari: syx pada November 24, 2009, 11:26:06 AM
pastinya mikroba dalam perut rayap dan herbivora membantu memotong selulosa menjadi gula yang lebih sederhana. gas adalah produk sampingnya. mereka kan ga bisa langsung menggunakan selulosa sebagai nutrisi karena ga bakal bisa diserap tubuh. gula rantai pendek hasil peruraian yang dibantu mikroba ini yang merupakan nutrisi sumber tenaga mereka.
Iyah itu masalahnya, kita gak bisa mengeluarkan mikrobanya dari dalam perut untuk mengurai selulosa di luar perut. Ada dosen syx cara?.
kan keluar sendiri...
dari wikipedia:
Termites may produce up to two litres of hydrogen from digesting a single sheet of paper, making them one of the planet's most efficient bioreactors. Termites achieve this high degree of efficiency by exploiting the metabolic capabilities of about 200 different species of microbes that inhabit their hindguts. The microbial community in the termite gut efficiently manufactures large quantities of hydrogen; the complex lignocellulose polymers within wood are broken down into simple sugars by fermenting bacteria in the termite's gut, using enzymes that produce hydrogen as a byproduct. A second wave of bacteria uses the simple sugars and hydrogen to make the acetate the termite requires for energy.
Dari kotoran rayap kayaknya gula sederhana itu lebih mungkin deh. kalo dari kotoran herbivora, ane gak tahan baunya :D.
Tinggal kotoran rayap dicambur enzim alfa amilase dan gluko amilase kayaknya memungkinkan untuk dijadikan pati. Selanjutnya tingga difermentasi dengan bakteri sacharomises serevisiae. Thanx infonya, tinggal pengujiannya.
kotoran rayap juga bukan gula... mikroba rayap emang bisa mengubah selulosa menjadi karbohidrat rantai pendek, mungkin juga hingga glukosa (plus dengan enzim dalam tubuh rayap sendiri), tapi gula tidak dikeluarkan jadi kotoran melainkan diserap rayap untuk jadi sumber tenaga mereka. sama halnya dengan sapi. hasil pencernaan, salah satunya karbohidrat rantai pendek, juga mereka serap. yang dibuang itu sisa-sisa yg ga bisa dicerna lagi ato butuh waktu lama untuk dicerna dan ga mungkin diendapkan di perut tanpa ada efek samping (tau sendiri kan gimana rasanya sembelit?).
Ya bukannya katanya dikeluarin?. Susah donk kalau kayak gitu.
kotoran itu kan selain sisa makanan yang tidak tercerna juga mengandung mikroba usus. sama seperti punya kita. untuk membuat kultur bakterinya ga perlu membedah perut rayap ato binatang lain, tapi cukup dari fesesnya aja.
Bisa bantu gak sys, mikroba jenis apa yang bisa mengurai selulosa menjadi glukosa?. Kemudian bisa tidak mikroba tersebut hidup dalam wadah aerobic/unerobic (bukan dalam perut)?. Tolong donk syx. Apalagi kalau ada yang jual jenis mikroba tersebut, tolong kasih tahu belinya dimana.
kalo rinci gitu ya mending microbiologist aja yang jawab...
@om mat dillom..
makasi sketnya...
^^
Sami-sami, semoga bermanfaat.
@Mat Dillom,
Silahkan dicoba kata kunci "lignocellylolytic microorganisms" untuk mencari literatur tentang hal yang anda tanyakan. Degradasi dari selulosa dapat dilakukan oleh mikroorganisme tersebut. Saya memiliki beberapa jurnal tentang hal tsb, apabila anda ingin saya bisa beri soft copynya. Tolong kirimkan alamat email anda ke email saya di
[email protected].
wah ide bagus
boleh ikutan
oooo.....
hebat ya boleh di coba oleh saya??????
minta ijin penelitiannya .....
saya tertarik dan saya ingin mengembangkan nya......
Kutip dari: cenn pada Desember 02, 2009, 10:25:27 AM
oooo.....
hebat ya boleh di coba oleh saya??????
minta ijin penelitiannya .....
saya tertarik dan saya ingin mengembangkan nya......
Boleh, tapi kirim email ke
[email protected] Nanti saya kasih surat izinnya. Kalau saya sibuk terusin aja prakteknya, pasti saya izinin.
Buktikan deh, tanpa perlu kontrol suhu. Padahal alat lain harus menguapkan etanol pada suhu 78,8 C. Kalau alat saya, hasiul Fermentasi boleh diuapkan sampe 100 C. Karena uap air akan ketahan sama batu koral itu, sementara uap etanolnya diloloskan.
Kalau mau kembangkan, coba diupayakan etanolnya berkadar diatas 90%. Yang saya buat sekitar 70%, karena targetnya buat sumber energi memasak aja. Tapi waktu saya coba ke motor, bisa dipake dan sangat irit. 1/2 liter sampe tangerang pake motor Tiger. Padahal pake bensin butuh 3 liter sekali jalan.
Kutip dari: Mat Dillom pada Desember 02, 2009, 10:28:02 AMBuktikan deh, tanpa perlu kontrol suhu. Padahal alat lain harus menguapkan etanol pada suhu 78,8 C. Kalau alat saya, hasiul Fermentasi boleh diuapkan sampe 100 C. Karena uap air akan ketahan sama batu koral itu, sementara uap etanolnya diloloskan.
bukannya lebih irit kalo pake suhu yang lebih rendah?
di lab ada alat untuk memisahkan pelarut organik dari air pada suhu rendah, yang sederhana menggunakan sarana vakum untuk menurunkan titik didih.
Kutip dari: syx pada Desember 02, 2009, 03:39:50 PM
Kutip dari: Mat Dillom pada Desember 02, 2009, 10:28:02 AMBuktikan deh, tanpa perlu kontrol suhu. Padahal alat lain harus menguapkan etanol pada suhu 78,8 C. Kalau alat saya, hasiul Fermentasi boleh diuapkan sampe 100 C. Karena uap air akan ketahan sama batu koral itu, sementara uap etanolnya diloloskan.
bukannya lebih irit kalo pake suhu yang lebih rendah?
di lab ada alat untuk memisahkan pelarut organik dari air pada suhu rendah, yang sederhana menggunakan sarana vakum untuk menurunkan titik didih.
Iyah bagi masyarakat terdidik. Tapi bagi awam?. Harus disediakan alat yg praktis, mudah, murah, tepat guna dan berhasil guna.