Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 01:33:25 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 102
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 105
Total: 105

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Energy is the properties of time

Dimulai oleh qarrobin, Oktober 13, 2010, 10:24:07 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

qarrobin

Pertama-tama, ketika diperpanjang ke dalam ruang, titik menjadi sebuah garis dari dimensi pertama. Perpanjangan yang berpotongan tegak lurus dari garis ini menjadi ruang menciptakan bentuk dari sebuah permukaan bidang, yakni dimensi ke-dua. Demikian juga, sebuah permukaan diperpanjang secara tegak lurus menjadi sebuah bentuk dari tiga dimensi, sebuah solid.

Sebuah bintang di langit malam dapat kita umpamakan titik dan permukaan. Ketidaksamaan antara setiap dimensi yang lebih tinggi atau lebih rendah adalah masalah sudut pandang. Sebuah bidang dapat terlihat seperti sebuah garis, dan sebuah garis dapat terlihat seperti sebuah titik.

Titik adalah sebuah potongan melintang dari sebuah garis, garis adalah potongan melintang dari sebuah permukaan, dan sebuah permukaan eksis sebagai potongan melintang dari sebuah solid.

Sebuah titik dari ruang tiga dimensi eksis sebagai sebuah moment di dalam waktu, meskipun kita sediakala tak menyadari moment static tersendiri sebagaimana kita tidak menyadari setiap titik spasial tunggal. Malahan kita mengalami objek-objek (perpanjangan-perpanjangan) yang saling terhubung dalam gerakan. Gerak adalah titik-titik yang berlainan dari waktu dan dapat ditampilkan secara geometri sebagai sebuah ruas pada sebuah garis waktu yang lebih besar. Kita mengalami ruas-ruas pada garis waktu sebagai durasi, dan bagi setiap mengalami object tiga dimensi, kita mengetahui keberadaanya melalui perpanjangannya sepanjang garis waktu.

Garis waktu sebanding dengan garis ruang

x = r

Garis ruang merupakan akar penjumlahan vector kuadrat dari perpotongan 3 dimensi

x = √ (x^2 + y^2 + z^2)

x^2 = x^2 + y^2 + z^2

Waktu merupakan sumber gerak. Pada kerangka acuan yang diam, waktu melaju dengan kecepatan cahaya.

c^2 t^2 = x^2 + y^2 + z^2

Kita juga dapat memandang waktu sebagai dimensi titik, dan ruas waktu memiliki angka kompleks

0 = x^2 + y^2 + z^2 – c^2 t^2

0 = x^2 + y^2 + z^2 + (√–1)^2 (ct)^2

0 = x^2 + y^2 + z^2 + i^2 x^2

Pada kerangka acuan yang bergerak, kelajuan waktu melambat. Perubahan kelajuan waktu membuat perubahan frekuensi, jadi energi merupakan property dari waktu.

Farabi

Time is not exist, it was just our measure for something for some reason.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

qarrobin

well, so you are also do not exist!!!
sorry, you can not approve your words
you boundary your mind in the vague perceptions

ngajakmikir

setelah nulis tentang geometri dengan rumus yang itu-itu saja, tiba2 di akhir kesimpulannya: jadi energi merupakan property dari waktu.
bingung saya... ???
Aku adalah sesuatu yang tersembunyi. Aku berkehendak untuk dikenal, maka Aku ciptakan makhluk agar mereka mengenalKu

qarrobin

Apa yang saya tulis merupakan interpretasi dari teori medan kuantum, maaf jika saya sulit menjelaskan dengan kata-kata yang simple
btw, senang berdiskusi dengan @ngajakmikir

Rebοrn


The Houw Liong

Energi kekal jika sistem mempunyai simetri terhadap waktu (time invariance).

Noether's theorem

The conservation of energy is a common feature in many physical theories. From a mathematical point of view it is understood as a consequence of Noether's theorem, which states every continuous symmetry of a physical theory has an associated conserved quantity; if the theory's symmetry is time invariance then the conserved quantity is called "energy". The energy conservation law is a consequence of the shift symmetry of time; energy conservation is implied by the empirical fact that the laws of physics do not change with time itself. Philosophically this can be stated as "nothing depends on time per se". In other words, if the theory is invariant under the continuous symmetry of time translation then its energy (which is canonical conjugate quantity to time) is conserved. Conversely, theories which are not invariant under shifts in time (for example, systems with time dependent potential energy) do not exhibit conservation of energy – unless we consider them to exchange energy with another, external system so that the theory of the enlarged system becomes time invariant again. Since any time-varying theory can be embedded within a time-invariant meta-theory energy, conservation can always be recovered by a suitable re-definition of what energy is. Thus conservation of energy for finite systems is valid in such modern physical theories as special relativity and quantum theory (including QED) in the flat space-time.

HouwLiong

qarrobin

@Prof. DR. The Houw Liong
Gimana kalo kita terapkan teori pada studi kasus dengan gambar dibawah

Posisi pengamat B,D,C danE berada dalam kerangka acuan diam. Pengamat B melihat foton yang dipancarkan D ke B menempuh jarak 500.000 km dalam 1+2/3 detik. Pengamat B melihat foton yang dipancarkan C ke E menempuh jarak 500.000 km dalam 1+2/3 detik.

Pengamat A berada dalam kerangka acuan bergerak dari posisi D ke posisi C sembari memancarkan foton. Dalam satu detik (kerangka acuan A yang bergerak dan berubah posisi), foton yang dipancarkan A tiba di B.

Setelah foton tiba di B, maka B melihat pengamat A berada di posisi C. Jika A merupakan pengamat yang diam pada posisi C, seharusnya B melihat foton tiba di E. Karena A mengalami perubahan posisi, maka B melihat posisi awal foton dipancarkan dari posisi C. Berarti B melihat foton yang dipancarkan A dari posisi C menempuh jarak 100.000 km dalam 1+2/3 detik (menurut kerangka acuan B yang diam).

Jadi B melihat foton menempuh jarak 60.000 km dalam 1 detik. Berubahnya kelajuan foton ini karena perbedaan waktu pada kerangka acuan diam dan kerangka acuan yang bergerak.

Jika B menghitung frekuensi foton berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan energi pada foton.

Kalo demikian, hal yang sama dapat kita terapkan pada massa dari A pada kerangka acuan yang bergerak dan mengalami perubahan posisi.

Jika B menghitung massa A berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan massa pada A.

Konsekuensinya, karena tidak ada pertambahan massa pada A, maka B dapat membuat A melaju pada kecepatan cahaya dengan menambah energi pada A. Gimana prof?

Jika kelajuan cahaya tidak dipengaruhi oleh gerak A (berarti A dapat memandang kerangka acuannya sebagai diam), dan A dapat memandang B bergerak mendekati A.

Dalam satu detik, A berada pada posisi C. Jika A merasa tidak ada perubahan kelajuan waktu (berarti kelajuan foton tidak berubah), maka foton yang dipancarkan A akan tiba di E dalam satu detik.

Kenyataannya dalam satu detik, A melihat foton seperti berada di dalam medan gravitasi (berarti ruang menyusut dan kelajuan waktu melambat), A melihat kelajuan foton seperti melambat, dan dalam satu detik foton tiba di B.

Sebaliknya, B dapat menganalogikan A yang bergerak mendekatinya, seperti A berada di dalam medan gravitasi (superposisi dari dua posisi awal foton), dimana ruang menyusut (dari posisi akhir foton di E ke posisi akhir foton di B), dan kelajuan waktu melambat sehingga B melihat kelajuan foton melambat. Karena ketika foton tiba di B, maka B melihat posisi awal foton yang dipancarkan A berada pada posisi C, dan B benar-benar melihat pergeseran biru, memendeknya panjang gelombang foton.

Jika kelajuan waktu tidak melambat, maka B seharusnya tidak mendapati pergeseran biru.

Mohon bimbingannya.

The Houw Liong

#8
"Pengamat A berada dalam kerangka acuan bergerak dari posisi D ke posisi C sembari memancarkan foton. Dalam satu detik (kerangka acuan A yang bergerak dan berubah posisi), foton yang dipancarkan A tiba di B.

Setelah foton tiba di B, maka B melihat pengamat A berada di posisi C. Jika A merupakan pengamat yang diam pada posisi C, seharusnya B melihat foton tiba di E. Karena A mengalami perubahan posisi, maka B melihat posisi awal foton dipancarkan dari posisi C. Berarti B melihat foton yang dipancarkan A dari posisi C menempuh jarak 100.000 km dalam 1+2/3 detik (menurut kerangka acuan B yang diam).

Jadi B melihat foton menempuh jarak 60.000 km dalam 1 detik. Berubahnya kelajuan foton ini karena perbedaan waktu pada kerangka acuan diam dan kerangka acuan yang bergerak."

Menurut teori relativitas :
Dari pengamat B akan terlihat pengerutan jarak BA karena A bergerak dengan kecepatan tinggi, sehingga jarak yang ditempuh bukan 60.000 km, melainkan 300.000 km dan kecepatan foton tetap c=300.000 km/s.

Pergeseran biru atau merah diperoleh dari hukum efek Doppler relativitas.
HouwLiong



MoHaha

 ??? ahhh ... berat nih ...  :P
aku yg masih awam ini masih sulit mengerti ... ( yg aku 'tangkap cuma bagian awalnya ) ...

Baiklah ! aku coba ulang baca deh !!!

The Houw Liong

Kutip dari: qarrobin pada Oktober 14, 2010, 11:30:12 PM
@Prof. DR. The Houw Liong
Gimana kalo kita terapkan teori pada studi kasus dengan gambar dibawah

Posisi pengamat B,D,C danE berada dalam kerangka acuan diam. Pengamat B melihat foton yang dipancarkan D ke B menempuh jarak 500.000 km dalam 1+2/3 detik. Pengamat B melihat foton yang dipancarkan C ke E menempuh jarak 500.000 km dalam 1+2/3 detik.

Pengamat A berada dalam kerangka acuan bergerak dari posisi D ke posisi C sembari memancarkan foton. Dalam satu detik (kerangka acuan A yang bergerak dan berubah posisi), foton yang dipancarkan A tiba di B.

Setelah foton tiba di B, maka B melihat pengamat A berada di posisi C. Jika A merupakan pengamat yang diam pada posisi C, seharusnya B melihat foton tiba di E. Karena A mengalami perubahan posisi, maka B melihat posisi awal foton dipancarkan dari posisi C. Berarti B melihat foton yang dipancarkan A dari posisi C menempuh jarak 100.000 km dalam 1+2/3 detik (menurut kerangka acuan B yang diam).

Jadi B melihat foton menempuh jarak 60.000 km dalam 1 detik. Berubahnya kelajuan foton ini karena perbedaan waktu pada kerangka acuan diam dan kerangka acuan yang bergerak.

Jika B menghitung frekuensi foton berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan energi pada foton.

Kalo demikian, hal yang sama dapat kita terapkan pada massa dari A pada kerangka acuan yang bergerak dan mengalami perubahan posisi.

Jika B menghitung massa A berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan massa pada A.

Konsekuensinya, karena tidak ada pertambahan massa pada A, maka B dapat membuat A melaju pada kecepatan cahaya dengan menambah energi pada A. Gimana prof?

Jika kelajuan cahaya tidak dipengaruhi oleh gerak A (berarti A dapat memandang kerangka acuannya sebagai diam), dan A dapat memandang B bergerak mendekati A.

Dalam satu detik, A berada pada posisi C. Jika A merasa tidak ada perubahan kelajuan waktu (berarti kelajuan foton tidak berubah), maka foton yang dipancarkan A akan tiba di E dalam satu detik.

Kenyataannya dalam satu detik, A melihat foton seperti berada di dalam medan gravitasi (berarti ruang menyusut dan kelajuan waktu melambat), A melihat kelajuan foton seperti melambat, dan dalam satu detik foton tiba di B.

Sebaliknya, B dapat menganalogikan A yang bergerak mendekatinya, seperti A berada di dalam medan gravitasi (superposisi dari dua posisi awal foton), dimana ruang menyusut (dari posisi akhir foton di E ke posisi akhir foton di B), dan kelajuan waktu melambat sehingga B melihat kelajuan foton melambat. Karena ketika foton tiba di B, maka B melihat posisi awal foton yang dipancarkan A berada pada posisi C, dan B benar-benar melihat pergeseran biru, memendeknya panjang gelombang foton.

Jika kelajuan waktu tidak melambat, maka B seharusnya tidak mendapati pergeseran biru.

Mohon bimbingannya.
Kecepatan cahaya selalu sama dengan c=300.000 km/jam dari kerangka koordinat manapun juga. Hukum kekekalan energi-momentum terjamin jika A dan B bermassa sehingga terlihat efek medan gravitasi.
HouwLiong

qarrobin

Terimakasih prof, bagian berikut ini belum di jawab

Jika B menghitung frekuensi foton berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam ( mengambil posisi awal foton di D ), maka B tidak mendapatkan pertambahan energi pada foton.

Kalo demikian, hal yang sama dapat kita terapkan pada massa dari A pada kerangka acuan yang bergerak dan mengalami perubahan posisi.

Jika B menghitung massa A berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan massa pada A.

Konsekuensinya, karena tidak ada pertambahan massa pada A, maka A dapat membuat pesawatnya melaju pada kecepatan cahaya dengan menambah energi pada pesawat, tanpa harus terbebani oleh pertambahan massa.

The Houw Liong

Kutip dari: qarrobin pada Oktober 17, 2010, 08:02:17 AM
Terimakasih prof, bagian berikut ini belum di jawab

Jika B menghitung frekuensi foton berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam ( mengambil posisi awal foton di D ), maka B tidak mendapatkan pertambahan energi pada foton.

Kalo demikian, hal yang sama dapat kita terapkan pada massa dari A pada kerangka acuan yang bergerak dan mengalami perubahan posisi.

Jika B menghitung massa A berdasarkan waktu yang melaju pada kerangka acuan B yang diam, maka B tidak mendapatkan pertambahan massa pada A.

Konsekuensinya, karena tidak ada pertambahan massa pada A, maka A dapat membuat pesawatnya melaju pada kecepatan cahaya dengan menambah energi pada pesawat, tanpa harus terbebani oleh pertambahan massa.
Kecepatan cahaya tetap c diukur dari pengamat manapun juga (postulat Einstein). Dalam dunia nyata A harus bermassa dan massanya akan bertambah jika kecepatannya bertambah. Dalam medan gravitasi kelajuan foton tetap, namun energinya/massanya/frekuensinya bisa berubah. 
HouwLiong