Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 07:16:53 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 193
Total: 193

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

fisika di indonesia

Dimulai oleh maglev, Maret 07, 2009, 06:58:37 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

maglev

Potret Pendidikan Fisika
Fisika. Satu kata itu tampaknya sangat memuakkan bagi sebagian besar siswa di Indonesia, terutama di tingkat sekolah menengah atas (SMA) yang berjurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) − hal ini tidak berbeda dengan di tingkat SMP dan bahkan untuk mahasiswa Fisika itu sendiri. Memang, ada juga yang menyukainya, tetapi hanya segelintir siswa yang mengaku suka dengan Fisika – terlalu sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak suka. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal, untuk pelajaran lainnya, dalam bidang sains – Matematika, Biologi dan Kimia – banyak siswa yang mengaku senang mempelajarinya. Sungguh ironis memang. Fisika dianggap pelajaran yang sangat memeras otak. Apakah hal tersebut memang benar? Tampaknya, perlu ditinjau lebih dalam lagi dan juga harus ditinjau dari berbagai sudut pandang dalam mencari penyebab masalah ini.

Passing grade untuk masuk program studi Fisika pada perguruan tinggi, khususnya universitas negeri jauh lebih kecil dibanding kedokteran umum dan teknik. Soal-soal yang diujikan adalah sama. Adilkah ini? Apakah mata kuliah untuk kedokteran dan teknik adalah sama dengan mata kuliah untuk program studi Fisika? Kedokteran umum sedikit sekali mempelajari Fisika, tetapi soal-soal ujian masuknya sama dengan soal-soal ujian masuk untuk Fisika. Fisika sangat jarang peminatnya, sehingga nilai yang dibutuhkan untuk masuk Fisika tergolong kecil. Fisika menjadi pilihan kedua atau ketiga dalam ujian masuk perguruan tinggi, artinya Fisika hanyalah program studi "cadangan" jika program studi yang lain tidak memenuhi nilainya untuk masuk. Sedikit sekali calon mahasiswa yang memilih Fisika sebagai pilihan pertama dalam ujian masuk perguruan tinggi.
Dalam kehidupan sehari-hari, semua kerja yang dilakukan sebenarnya berhubungan dengan Fisika – walaupun pada dasarnya kita tidak harus mengerti Fisika untuk bisa melakukan kerja. Benda-benda yang diciptakan manusia pun tidak lepas dari hukum-hukum Fisika. Fiber glass sebagai contohnya, tidak lepas dari hukum Fisika (Fisika material), konstruksi bangunan juga menggunakan hukum Fisika (Statika). Mesin-mesin dalam bidang kedokteran, industri makanan, elektronika (komputer, handphone, radio, TV, dan lain-lain), assembling, transpotasi, alat-alat berat dan masih banyak lagi juga menggunakan teori Fisika. Teknologi berasal dari Fisika. Hal ini seharusnya membuat para pelajar gemar mempelajari Fisika. Fisika seharusnya sangat menarik untuk dipelajari karena Fisika terdapat di semua aspek kehidupan. Tetapi, pada kenyataannya sangat kontradiktif. Fisika tetaplah pelajaran yang paling dibenci di tanah air kita ini.

Fisika harusnya menjadi dasar kemajuan teknologi bagi suatu negara, karena teknologi "lahir dan dibesarkan" oleh Fisika. Sebagai contoh, di negara-negara yang memiliki teknologi yang maju − seperti Jepang, AS dan Jerman – pendidikan sains, khususnya Fisika lebih dihargai dan dipelajari lebih "serius". Pemerintah negara –negara maju memberikan dana riset yang besar bagi penelitian Fisika, tidak seperti negara kita. Apakah ini yang menyebabkan Fisika dibenci oleh sebagian besar pelajar di Indonesia? Apakah anggaran yang terlalu kecil, para pelajar menjadi malas dan membenci Fisika? Benarkah Fisika tidak memiliki prospek yang cerah? Apakah para pelajar Indonesia sekarang materialistis? Semua diukur dengan uang? Padahal sewaktu zaman perjuangan, anggaran sangat jauh lebih kecil dari sekarang. Sebagai contoh, almarhum Prof. Herman Yohanes yang merupakan alumni Universitas Gadjah Mada dan pernah menjabat sebagai rektor di Universitas besar tersebut adalah salah tokoh Fisika yang berjuang untuk menjaga keutuhan Republik Indonesia. Beliau membuat persenjataan dan alutsista (alat utama sistem pertahanan) melalui Fisika menggunakan anggaran yang teramat kecil. Beliau akan menangis jika mendengar para pelajar Indonesia membenci Fisika.
Fisika terkesan "susah" untuk dipelajari. Itu mungkin alasan yang sering dilontarkan siswa, bahkan hal itu juga ada yang dilontarkan mahasiswa Fisika sendiri. Fisika menggunakan Matematika yang rumit dan juga dibutuhkan abstraksi yang mendalam untuk mempelajarinya. Pernyataan ini benar, tetapi rasanya kurang relevan jika para pelajar mengatakan untuk mempelajari Fisika, harus menghafal rumus yang sangat banyak. Hal inilah yang merupakan kesalahpahaman dalam mempelajari Fisika. Dengan menghafal rumus, Dapatkah mengerjakan soal-soal Fisika? Kita tidak akan bisa mengerjakan soal-soal Fisika dengan menghafal rumus. Yang benar dalam hal ini adalah harus mengerti konsep agar bisa memecahkan persoalan Fisika. Pemahaman konsep ini didapat dari banyak berlatih. Seharusnya, kita introspeksi diri dulu, apakah Fisika itu memang benar-benar susah untuk dimengerti, ataukah kita yang terlalu banyak main-main dalam belajar, sehingga jarang dan malas untuk berlatih.

Ada baiknya jika masalah ini dilihat dari para pengajar juga, yaitu para guru/dosen, khususnya pengajar mata pelajaran/kuliah Fisika ini. Apakah para pengajar sudah mengajar Fisika dengan baik? Rasanya tidak. Banyak guru/dosen yang dianggap killer (galak) adalah para guru/dosen Fisika – tetapi untuk dosen Fisika citranya sudah jauh lebih baik. Para guru Fisika kebanyakan mengajar dengan tangan besi – walaupun tidak semua guru/dosen seperti itu. Inilah juga yang tampaknya menyebabkan para pelajar membenci Fisika.

Seandainya saja semua hal di atas bisa diubah, mungkin Indonesia menjadi negara yang memiliki teknologi terhebat di dunia. Tetapi tampaknya sulit jika tidak ada kemauan dari semua pihak untuk menjadi lebih dewasa dan tidak saling menyalahkan. Inilah carut-marut pendidikan Fisika di Indonesia yang sulit untuk diselesaikan.


Ini cuma pendapat saya lho....... mohon kritiknya yaa...

utusan langit

Fisika sebenarnya jika disampaikan secara lebih menyenangkan akan banyak orang yang menyukai dan mempelajari,..

banyak kesalahan dalam penyampaian minat yang baik terhadap Fisika,..

misalnya dalam praktikum SMA, pada bab pengukuran, siswa mesti mengukur tinggi, lebar dan sebagainya. apa yang menarik?  seharusnya pada demo awal siswa diberitahu tentang "keajaiban-keajaiban" yang bisa Fisika lakukan,..
kesan terhadap sesuatu yang membosankan dan tebalnya rumus, membuat pelajar sulit tertarik kepada Fisika, tanpa adanya sebab yang bisa menjadikan motivasi yang kuat terhadap ketertarikan pelajar bangsa pada Fisika,...

maglev

bukan cuma itu kok.... saya sebagai mahasiswa fisika juga merasa agak risih yaa..... hampir semua orang, bahkan dosen saya sendiri tidak bisa meyakinkan mahasiswanya kalau sarjana fisika itu bisa bekerja(menghasilkan uang). ada yang mau kasih komentar atau bukti tentang sarjana fisika yang bekerja di industri g??? sepertinya orang banyak yang meragukan sarjana fisika.... saudara2 saya (yang tidak mengerti pendidikan) selalu bertanya: "nanti lulus, kerjanya jadi apa?"

superstring39

banyak koq rekan-rekan saya yang lulusan jurusan fisika terjun di berbagai bidang dari bidang yang sesuai dengan jurusannya maupun tidak. misalnya ada yang bekerja sebagai tenaga pendidik misalnya guru dan dosen, ada juga yang bekerja dibidang penelitian baik dalam negri maupun mupun luar negri, ada juga yang bekerja di bagian penambangan minyak (geofisika), ada juga yang loncat bekerja dibidang ekonomi dan bisnis, farmasi, dan retail.

Orang-orang lulusan fisika memiliki pola pikir yang lebih fleksibel, logika berfikirnya sudah terbentuk dan berpandangan lebih komprehensif. sarjana fisika jauh lebih fleksibel dibandingkan lulusan sarjana teknik misalnya, sehingga sarjana fisika memiliki jangkauan bidang yang lebih luas. masalahnya sarjana fisika di Indonesia adalah sumberdaya siap latih dan bukan siap pakai. seorang sarjana fisika lebih mudah dilatih ke berbagai bidang karena ya pola pikir yang fleksibel tadi dlsb.

maglev

Kutip dari: superstring39 pada Maret 10, 2009, 07:40:16 AM
banyak koq rekan-rekan saya yang lulusan jurusan fisika terjun di berbagai bidang dari bidang yang sesuai dengan jurusannya maupun tidak. misalnya ada yang bekerja sebagai tenaga pendidik misalnya guru dan dosen, ada juga yang bekerja dibidang penelitian baik dalam negri maupun mupun luar negri, ada juga yang bekerja di bagian penambangan minyak (geofisika), ada juga yang loncat bekerja dibidang ekonomi dan bisnis, farmasi, dan retail.

Orang-orang lulusan fisika memiliki pola pikir yang lebih fleksibel, logika berfikirnya sudah terbentuk dan berpandangan lebih komprehensif. sarjana fisika jauh lebih fleksibel dibandingkan lulusan sarjana teknik misalnya, sehingga sarjana fisika memiliki jangkauan bidang yang lebih luas. masalahnya sarjana fisika di Indonesia adalah sumberdaya siap latih dan bukan siap pakai. seorang sarjana fisika lebih mudah dilatih ke berbagai bidang karena ya pola pikir yang fleksibel tadi dlsb.









iyaph, saya jg dgr gt sch, cm pandangan d luar bkin saya mual. btw superstring39 alumni mana ne? saya mahasiswa baru ne, dr UGM.

Siapa_saya

Kutip dari: maglev pada Maret 08, 2009, 02:25:37 PM
bukan cuma itu kok.... saya sebagai mahasiswa fisika juga merasa agak risih yaa..... hampir semua orang, bahkan dosen saya sendiri tidak bisa meyakinkan mahasiswanya kalau sarjana fisika itu bisa bekerja(menghasilkan uang). ada yang mau kasih komentar atau bukti tentang sarjana fisika yang bekerja di industri g??? sepertinya orang banyak yang meragukan sarjana fisika.... saudara2 saya (yang tidak mengerti pendidikan) selalu bertanya: "nanti lulus, kerjanya jadi apa?"
Memangnya tujuan kuliah buat kerja?

ksatriabajuhitam

karena judulnya "Potret Pendidikan Fisika", tentu agak berbeda dengan "Potret Fisika"
kalo 'Pendidikan Fisika' memang didisain untuk menjadi staff pengajar
kalo 'Fisika' itu sendiri baru melebar ke mana-mana

kalo masalah pekerjaan sih, tergantung orangnya maunya jadi gimana, karena rejeki bukan ditunggu, tapi harus dijemput. karena nasib tidak akan berubah kalau bukan kita yg mengubahnya

sebagai contoh, saya ambil pembagian di fisika di tempat saya kuliah dulu,

Theoretical Physics
cabang yang paling fundamental, membahas fisika fundamental
sehingga orang2nya berdedikasi pada riset dan pendidikan, maka banyak yang melanjutkan S2 baik di dalam maupun "kabur" ke luar negeri

Material Physics
sesuai namanya, membahas fisika material, umumnya yg dibahas ialah material elektronik dan fotonik
walaupun sudah "agak" berbau industri, tetapi umumnya berdedikasi pada riset, sehingga banyak yang melanjutkan S2 baik di dalam dan di luar negeri
(material science lagi trend loh, banyak yg nyediakan beasiswa)

Computational Physics
fisika melalui pendekatan komputasi, simulasi. karena sering berinteraksi dengan coding, banyak yg "kabur" jadi programmer

Nuclear Physics
membahas reaksi dan reaktor nuklir. juga berdedikasi pada riset, sehingga banyak yg melanjutkan S2 baik di dalam maupun di luar negeri
tetapi karena banyak komputasi (simulasi) juga, tidak sedikit yg "nyeleweng" jd programmer

Earth Physics
tidak geophysics karena sudah ada jurusan yg memakai nama tersebut. yah sesuai namanya, jadi banyak yg jd surveyor d.l.l. karena berurusan dgn eksplorasi kebumian

Electronics and Instrumentation Physics
sesuai namanya, ngurusin elektronika instrumentasi. jd banyak yg bekerja d industri elektronik, EPC, embedded software.

tentu itu semua kondisi kalau mau konsisten dengan apa yang dipelajari selama kuliah
banyak yg malah "pindah jurusan" jadi ekonom atau analis keuangan

tetapi itulah masalahnya, fisika-nya ga tertampung, sehingga riset fisika-nya kurang karena banyak yg lebih tertarik untuk 'loncat'
not all the problems could be solved by the sword, but sword holder take control of problems.
ForSa versi mobile: http://www.forumsains.com/forum?wap2