Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

September 14, 2024, 10:16:36 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
  • Total Anggota: 27,813
  • Latest: Brandon
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 73
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 41
Total: 41

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Industri atau Pertanian - Ketahanan Pangan

Dimulai oleh syx, September 26, 2011, 03:56:51 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Farabi

Kata siapa dana ga ada? Pan udah ada tuh tinggal kita doktri para agamawan untuk bayar zakat atau perpuluhan, dana sudah ada. Tinggal orang orangnya mau kita gimana kan?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Kutip dari: topazo pada September 27, 2011, 07:22:06 PM
Memikirkan dan mengonsepkan sih bisa... Mengaplikasikan... Tunggu dulu...
(paling2 keluar alasan klasik... Gak ada dana...)

Kecuali konsep2 ini diaplikasikan oleh lembaga non pemerintah... Swasta, dan masyarakat...

Oiya, sebetulnya otomatisasi juga kayaknya punya dampak negatif...
Ada korelasi gak ya, antara otomatisasi dengan pengangguran... Nanti kalo otomatis semua, ternyata semuanya jadi nganggur... Walah, kacau dunia persilatan...

Tenang, anda perhatikan deh, orang orang yang udah kerja. Kalo anda tawari kerja dobel asal duitnya gede, pasti dijabanin, padahal dia udah kerja. Saya kasih satu kata kunci:

MAnusia tidak pernah puas.

Hayo, dapat ide baru gak? ;D
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Farabi

Coba anda perhatikan dichina, anda setuju dengan otomatisasi atau tidak, otomatisasi tetap jalan terus, dan angka pengangguran tetap naik. Ini kesempatan kita, otomatisasi tapi kita semua kebagian. Kalau 1 orang yang urus dan dana dia sendiri yang kelola, jangan harap bisa gratis atau sosialisme, karena dia ngeluarin dana gede. Tapi kalo diurus rame rame ma kita, pasti bisa. Ambil contoh, linux. Liat kan kayak gimana dia berkembangnya sekarang? Dahsyat. Windows aja butuh waktu 20 tahun, linux cuma 7 tahun udah ngelebihin windows.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

topazo

Saya bilang alasan klasik bukan berarti gak ada dana lo... Tapi "gak ada dana"...

Saya sebenarnya bertanya, apakah ada korelasi antara otomatisasi dan pengangguran...
Saya berbicara tentang pengangguran tak terdidik, bukan pengangguran terdidik... Buruh kasar, petani kasar, peternak kasar... Kalau ada otomatisasi, kerjanya apa donk...
Ada 50 petani mengerjakan lahan 3 hektar... datang mesin, 1 orang petani di latih, maka 1 orang itu cukup mengerjakan lahan 3 hektar... 49 lainnya ke mana... Ini yang masih saya pikirkan sampai saat ini...

Nah, konsep linux itu yang sebetulnya bagus untuk indonesia... Kita punya kata2 ampuh yang sudah mendarah daging untuk ini... "Gotong Royong"...

Mungkin Boss Farabi bisa menjelaskan konsep linux pertanian-industri yang dimaksud...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

semut-ireng

wuih,  konsep linux pertanian-industri  ?  apaan tuh  ?  keren banget kayaknya......

saya yang sekolah di pertanian kok belum tahu ya soal itu ?  lha wong kena kimia tanah saja,  langsung klenger ....................

pengin tahu juga nich ....................................... ::)

Pi-Man

Kutip dari: Dhantez pada September 27, 2011, 10:56:18 AM
Kalimantan atau Sumatera bagus tuh, sekalian transfer SDM & teknologi juga.. :)
Jangan kalimantan deh. Sudah cukup hutan dibabat dan kota-kotanya jadi makin sesak...
oro?

Pi-Man

Kutip dari: Farabi pada September 27, 2011, 07:51:48 PM
Ambil contoh, linux. Liat kan kayak gimana dia berkembangnya sekarang? Dahsyat. Windows aja butuh waktu 20 tahun, linux cuma 7 tahun udah ngelebihin windows.
Linux sendiri pada dasarnya adalah pengembangna dari UNIX. Mana yang lebih tua, UNIX atau Windows? Dan setahuku, pangsa pasar Linux belum melampaui Windows.
oro?

Dhantez

Kutip dari: Pi-Man pada September 27, 2011, 10:11:20 PM
Jangan kalimantan deh. Sudah cukup hutan dibabat dan kota-kotanya jadi makin sesak...

Mending mana hutan dibabat jadiin lahan industri atau jadiin illegal logging?? ;D
Hehe, canda aja sih..

Mungkin emg bener disayangkan jika hutan kalimantan dibabat, mengingat disana adl habitat asli orang utan (dan mungkin ratusan endangered species lain), cm tentu jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalannya dari negara lain, industrialisasi adl hal yg tak terhindarkan. Dan ingat juga sifat environmentalism dimiliki oleh masyarakat yg telah maju.. Jika masyarakat kalimantan tdk dimajukan oleh industri, maka solusinya cm memajukannya dg menjadikannya pusat penelitian/edukasi atau budaya. Dan kedua hal itu hampir tdk mungkin - krn selama ini pembangunan terlalu java-oriented.. :)

Menurut sy, jika memang berniat menjadikan kalimantan jd pusat industri, tdk harus kok mengorbankan lingkungan.. Stop izin pabrik dari perusahaan internasional di jawa, carikan lokasi di kalimantan. Dan paksa perusahaan2 itu utk menjalankan green policy.. Apa mungkin?? sebenarnya, perusahaan spt Unilever, P&G, dsb sudah menjalankan green policy, jd kenapa tdk mungkin??

Tp tentu utk membuat mereka mau berinvestasi disana, pemerintah perlu membangun bandara skala internasional dan memajukan infrastruktur transportasi & komunikasi lokal.

Kutip dari: topazo pada September 27, 2011, 08:28:38 PM
Saya sebenarnya bertanya, apakah ada korelasi antara otomatisasi dan pengangguran...
Saya berbicara tentang pengangguran tak terdidik, bukan pengangguran terdidik... Buruh kasar, petani kasar, peternak kasar... Kalau ada otomatisasi, kerjanya apa donk...
Ada 50 petani mengerjakan lahan 3 hektar... datang mesin, 1 orang petani di latih, maka 1 orang itu cukup mengerjakan lahan 3 hektar... 49 lainnya ke mana... Ini yang masih saya pikirkan sampai saat ini...

Aq sebenernya dr kemarin bingung.. yg dimaksud otomatisasi pertanian itu gmn sih?? ;D

Tomat ditanem trus didiemin tar ada alat yg otomatis ngasih pupuk, mengurangi dahan, mengikat batang ke penahan, dan waktu berbuah - buahnya otomatis gelinding ke keranjang dan keranjangnya otomatis naik ke truk?? Aq binguungg... tlg dijelasin dongg...

Apalagi 3 hektar dikerjain 1 oraangg??? waw.. gmn caranya?? ajarin dong, lumayan hemat HOK nih.. ;D

Selama ini, pengalamanku.. tanam tomat 2000m (1/5 hektar) itu butuh tenaga skt 2-3 HOK sampai umur panen (skt 80 hari).. kemudian selama masa panen bisa sampe 4 HOK tiap hari (selama 30-45 hari).. kalo bisa diirit jadi 1 HOK terus, mau dehh.. cm gimana caranya itu ya?? :D
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

Pi-One

#23
Kutip dari: Dhantez pada September 28, 2011, 09:59:45 AMMenurut sy, jika memang berniat menjadikan kalimantan jd pusat industri, tdk harus kok mengorbankan lingkungan.. Stop izin pabrik dari perusahaan internasional di jawa, carikan lokasi di kalimantan. Dan paksa perusahaan2 itu utk menjalankan green policy.. Apa mungkin?? sebenarnya, perusahaan spt Unilever, P&G, dsb sudah menjalankan green policy, jd kenapa tdk mungkin??

Tp tentu utk membuat mereka mau berinvestasi disana, pemerintah perlu membangun bandara skala internasional dan memajukan infrastruktur transportasi & komunikasi lokal.
Ada satu masalah lain: listrik.
Beberapa daerah di Kalimantan pada dasarnya suplai listriknya pas-pasan, dan sedikit tertolong dengan pembangunan sejumlah PLTU tempo hari - dengan dampak lain yakni emisi karbon akibat pembakaran batu bara. Nah, jika industri dialihkan ke sana, berarti akan perlu lebih banyak listrik lagi, lebih banyak batu bara yang dibakar - lebih banyak emisi karbon. Green policy dari mana kalau begitu?

topazo

Kutip dari: Dhantez pada September 28, 2011, 09:59:45 AM
Aq sebenernya dr kemarin bingung.. yg dimaksud otomatisasi pertanian itu gmn sih?? ;D

Tomat ditanem trus didiemin tar ada alat yg otomatis ngasih pupuk, mengurangi dahan, mengikat batang ke penahan, dan waktu berbuah - buahnya otomatis gelinding ke keranjang dan keranjangnya otomatis naik ke truk?? Aq binguungg... tlg dijelasin dongg...

Apalagi 3 hektar dikerjain 1 oraangg??? waw.. gmn caranya?? ajarin dong, lumayan hemat HOK nih.. ;D

Kalau otomatisasi dalam pandangan saya, yah mesinisasi... Tapi kalo Pandangan Boss Farabi saya gak tau...

3 hektar 1 orang itu cuman kiasan (saya sama sekali belum riset kinerja mesinisasi dibanding jumlah pekerja), bukan di situ inti kalimat saya... Intinya kalimatnya di "49 orang lainnya ke mana?"...

Tuh, Boss Dhantez aja mau kalo tenaga 5 orang jadi 1 orang... Trus kalo memang mesinisasi untuk tomatnya Boss Dhantez berhasil, 4 orang pekerja Boss jadi nganggur kan... Kasian mereka...
Kita punya 200 juta lebih manusia di Indonesia, 8,63 juta nganggur (saya yakin angka ini bohong, karena kalo menurut versi saya, hampir setengah di Indonesia adalah pengangguran), dan kalo mesin memperbesar jumlah pengangguran... Mirislah hati saya...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dhantez

Kutip dari: Pi-One pada September 28, 2011, 10:34:41 AM
Ada satu masalah lain: listrik.
Beberapa daerah di Kalimantan pada dasarnya suplai listriknya pas-pasan, dan sedikit tertolong dengan pembangunan sejumlah PLTU tempo hari - dengan dampak lain yakni emisi karbon akibat pembakaran batu bara. Nah, jika industri dialihkan ke sana, berarti akan perlu lebih banyak listrik lagi, lebih banyak batu bara yang dibakar - lebih banyak emisi karbon. Green policy dari mana kalau begitu?

Hmmm.. tdk terpikirkan emg tadi masalah listrik itu..
Kalo menurutku kelistrikkan juga harus dipegang swasta sekalian. PLN itu kan 'dipaksa' memeratakan listrik di seluruh indonesia tanpa peduli cost & profitnya.. Ada satu pulau dimana penduduknya sedikit bgt tp PLN sudah masuk, saking sedikitnya..gaji pegawai PLN di pulau itu lebih mahal drpd tagihan listriknya :p

Saya srg lihat peneliti energi alternatif diliput di acara innovator metrotv, cm sygnya biasanya perusahaan negara malas mengadopsi hal baru.. Saya yakin jika masalah kelistrikan itu diserahkan ke swasta, pasti prinsip green policy bisa berjalan. Entah dg mengadopsi tenaga surya atau menghire peneliti2 tadi dsb..

Kutip dari: topazo pada September 28, 2011, 11:21:50 AM
3 hektar 1 orang itu cuman kiasan (saya sama sekali belum riset kinerja mesinisasi dibanding jumlah pekerja), bukan di situ inti kalimat saya... Intinya kalimatnya di "49 orang lainnya ke mana?"...

Tuh, Boss Dhantez aja mau kalo tenaga 5 orang jadi 1 orang... Trus kalo memang mesinisasi untuk tomatnya Boss Dhantez berhasil, 4 orang pekerja Boss jadi nganggur kan... Kasian mereka...
Kita punya 200 juta lebih manusia di Indonesia, 8,63 juta nganggur (saya yakin angka ini bohong, karena kalo menurut versi saya, hampir setengah di Indonesia adalah pengangguran), dan kalo mesin memperbesar jumlah pengangguran... Mirislah hati saya...

I knew kok klo itu cm majas hiperbolik, kecuali ada superman ga mungkin 3 hektar 1 org ;D

Mesin mestinya akan membawa dampak baik bagi ekonomi - dalam jangka panjang. Jika cm menilik jangka pendek tentu sangat menjebak. Misalnya, dengan mengadopsi mobil/sepeda motor maka pemberi jasa transportasi "kasar" macam becak, delman (andong, dokar), dsb dsb akan tersingkirkan - tapi tentu sangat tdk bijak jika kita memilih untuk tdk mengadopsi teknologi baru tersebut..

Penggunaan mesin akan meningkatkan produktivitas / efisiensi kerja. Ini berarti meningkatkan pendapatan atau profit. Pada jangka panjang, hasil akumulasi profit itu bisa diinvestasikan pada peluang2 baru, yg artinya akan membuka lapangan pekerjaan baru.

Misal pada industri batik - kita tdk bisa selamanya mengandalkan batik tulis manual, tanpa mengadopsi mesin printing batik. Krn pada akhirnya persaingan tdk terhindarkan, masuknya batik printing dr vietnam atau cina bisa menggerus produk kita (tdk cm di pasar lokal, tp di pasar internasional juga). Justru ketika pengusaha batik kita mengadopsi mesin printing, memperoleh efisiensi dan meningkatkan produksi - lalu bisa menembus skala global, maka lapangan pekerjaan akan kembali terus dan terus terbuka.. ;)
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

topazo

Trus kalo di masalah tomatnya Boss Dhantez, solusi apa yang ditawarkan ke 4 penganggur baru mantan pekerja boss, kalau mesin memang cuman butuh 1 pekerja... Apakah PHK, atau ada cara lain?...

Sudah lama saya nyangkut ke pertanyaan ini...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

MonDay

Kutip dari: topazo pada September 28, 2011, 06:15:57 PM
Trus kalo di masalah tomatnya Boss Dhantez, solusi apa yang ditawarkan ke 4 penganggur baru mantan pekerja boss, kalau mesin memang cuman butuh 1 pekerja... Apakah PHK, atau ada cara lain?...

Sudah lama saya nyangkut ke pertanyaan ini...

mnrt sy, dngn begitu profit perusahaan meningkat shg uang/modal yg berputar di negara ini banyak
dengan banyaknya perputaran uang ekonomi akan hidup terjadi pertumbuhan ekonomi
dengan begitu banyak sektor pekerjaan lain yang akan ada mendukung usaha ini atau perusahaan support
atau mungkin muncul perusahaan sejenis dengan produk yang berbeda cabe misalnya
empat orang ini bisa dialihkan ke sini, step pertama banyak2in uang masuk ke Indonesia :D

topazo

Betul juga sih... Tapi kan ada gap waktu, antara pengangguran, sampai sebuah sektor/perusahaan baru menyerap penganggur tadi... Apa yang harus mereka lakukan pada masa gap waktu tersebut...

Kita juga harus melihat sifat orang Indonesia yang gak sabaran dan kerjanya demo terus... Coba liat pegawai PT.DI... Apakah sudah ada perusahaan yang menyerap mereka... Banyaknya malah nganggur... (Memang sih, ini gak ada hubungannya dengan mesinisasi, tapi keadaannya kan mirip...)

Atau mungkin, kita harus menunggu sektor supporter/perusahaan sejenis lain dulu... Baru Duarr! industri besar2an... Sebelum itu, pake teknik setengah industri setengah tradisional aja...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Farabi

Disini kita memerlukan seorang yang briliant.
Pada saat orang orang awam hanya mampu melihat masalah dari setiap solusi, maka orang brilian mampu melihat solusi disetiap masalah. Kita harus mampu membuat solusi bukan menjadi bagian dari masalah. Gagal dalam merencanakan, maka merencanakan kegagalan.
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.