Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 10:18:34 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 104
Total: 104

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Ruang Alam Semesta

Dimulai oleh Articvotra, November 13, 2010, 11:39:38 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Articvotra

Ruang diekspresikan dalam bentuk tiga dimensi. Dalam pembicaraan sehari-hari bagi orang awam, ruang mungkin diartikan sebagai sesuatu yang terdapat pada satuan volum. Memiliki tinggi, lebar dan panjang. Kita bisa meletakan dan menentukan posisi suatu materi di dalam ruangan tersebut dengan mengetahui titik tinggi, lebar dan panjang materi tersebut dengan batas acuan ukuran ruang itu. Dan sebenarnya pula, suatu materi yang kita tempatkan dalam ruang tersebut, juga berposisi sebagai ruang bagi materi yang ada di dalamnya. Mungkin bisa kita sebut sebagai sub ruang. Penilaian itu bisa terus berlangsung sampai pada sub ruang yang paling kecil, yaitu atom.

Pemahaman seperti di atas, akan menjawab persoalan tentang ruang karena ada pembatas. Titik acuannya pun jelas dan statis, yaitu batas ruang yang melingkupi sub ruang itu. Padahal kenyataannya, kita berdiam pada sesuatu yang bergerak. Bumi bergerak, matahari bergerak dan alam semesta terus mengembang. Sekarang, bagaimanakah kita bisa menentukan titik suatu materi di dalam ruang alam semesta yang terus mengembang???
Dalam penciptaan langit dan bumi, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah.

semut-ireng

#1
Menentukan titik suatu materi di dalam ruang alam semesta,  misalnya sebuah bintang di langit,   digunakan  penentuan posisi secara astronomis.   Bintang-bintang yang tampak di langit diandaikan berada pada permukaan suatu ruang yang berbentuk bulat,  yang disebut  bulatan angkasa.  Dan kita / pengamat menganggap berada di titik pusat bulatan angkasa tersebut.   Bila kita melihat sebuah titik / bintang,  kita dapat menentukan posisinya pada suatu saat yang tertentu,  diperhitungkan dengan muka / bidang-bidang,  sudut-sudut, dan garis-garis yang ditentukan dari titik pusat bulatan angkasa.   Sudut-sudut dan garis-garis itu disebut  koordinat-koordinat dari benda angkasa tersebut.  Informasi lanjut tentang koordinat angkasa bisa dilihat di Wiki dengan kata kunci Tata Koordinat Angkasa.

Metoda penentuan posisi secara astronomis yang dikenal dalam ilmu perbintangan sampai zaman modern sekarang ini,  tidak dikenal  '  alam semesta yang terus mengembang  '.   Jika benar alam semesta terus mengembang,  mestinya metoda penentuan posisi secara astronomis akan berubah total.   Nyatanya tidak demikian.   Contoh yang sederhana,  sejak berabad-abad yang lalu para pelaut / nelayan menggunakan bintang-bintang sebagai penunjuk arah di tengah laut lepas.    Dengan menggunakan mata telanjang / tanpa alat mereka bisa memastikan arah Utara Sejati  dan arah Selatan Sejati secara tepat.   Arah Utara Sejati didapat dengan menarik garis lurus  "  sabuk beruang besar  "   -  bintang Dubhe dan Merak  -   pada rasi bintang Ursa Mayor / bintang Utara.   Sedangkan arah Selatan Sejati bisa dipastikan dengan menarik garis lurus dari bintang yang paling atas ke bintang paling bawah   -  Gamma Crux ke Alpha Crux  -  dari rasi bintang Crux  /  bintang Salib Selatan  ( Bahasa Jawa :  Gubuk Penceng  ).


*  topik ini sepertinya lebih tepat di Astronomi dan Kosmologi.

Ayzul

Mengembang????
saya lebih stuju anggapan bahwa alam semesta tetap dan tidak berkembang.,,

atau mungkin seluruh alam semesta berkembang secara berbarengan, sehingga kita yang berada di ruang tersebut ( alam semsta ) merasa tidak berkembang, pdhl hal tersebut terjadi.,, :D
Bukankah Sesuatu yang belum ada bukanlah berarti tidak ada,
sainslah yang mampu membuatnya.

semut-ireng

Saya sampaikan tambahan penjelasan  :

Matahari,  bumi,  bintang-bintang dan planet-planet bergerak,  dan fakta yang kita lihat sehari-hari  pada  waktu malam hari,  jarak antara bintang-bintang di langit tidak berobah.   Kelihatannya benda-benda angkasa itu bergerak tiap hari,  tetapi sesungguhnya bumi kita yang bergerak / berputar pada porosnya.   Gerakan benda-benda angkasa adalah gerakan maya,  tiap hari / tiap saat berobah kedudukannya terhadap pengamat di bumi.   Dalam gerakan / peredaran benda-benda angkasa tersebut ada satu titik yang tidak berobah,  dan jarak antara titik tetap tersebut dengan bintang-bintang tidak berobah pula.   Titik pada angkasa yang tidak berobah tempatnya,  dalam Ilmu Astronomi disebut  Kutub  Angkasa.   Garis lurus yang menghubungkan Kutub Angkasa,  Pengamat,  dan titik pusat bumi,  disebut Poros Angkasa.   Sudut yang dibentuk antara Poros Angkasa dengan cakrawala disebut Tinggi Kutub,   besarnya sama dengan lintang Pengamat dihitung dalam besaran derajat busur.   Semua benda-benda angkasa beredar dalam lingkaran peredarannya dengan sumbu / poros yang sama,  Poros Angkasa tadi.   Berdasarkan lintasan peredarannya itu bisa ditentukan soal Waktu,  baik waktu berdasarkan matahari,  bulan,  maupun bintang  (  waktu bintang ).   Dan posisi suatu titik  (  suatu bintang  ) di langit  pada suatu saat,  dapat ditentukan,  otomatis posisi bintang itu sangat tergantung pada posisi pengamat. 

Seandainya ada dua atau lebih pengamat dalam posisi yang berbeda lintang dan bujurnya,  kemudian pada waktu / saat yang sama menentukan posisi sebuah bintang yang sama di langit,  maka posisi bintang yang didapatkan akan berbeda.   Posisi bintang dinyatakan dalam tinggi bintang ( t ),  deklinasi  ( d )  dan azimut  ( az ).   Posisi bintang yang berbeda akan menghasilkan '  lengkungan sinar astronomis  '  /  suatu besaran sudut yang berbeda pula.

Argumentasi yang saya sampaikan di atas bisa digunakan untuk mengkritisi pembuktian teori relativitas umum oleh Sir Arthur Eddington pada tahun 1919.   Bagi yang berminat mempelajari lebih dalam,  silakan googling dengan kata kunci  :  Celestial Navigation.

Articvotra

maaf kalo topiknya salah kamar. Keadaan alam semesta yang mengembang dikemukakan oleh Edwin P.Hubble (inggirs, 1889-1953) dari Observatorium Mount Wilson di California pada tahun 1925. Dia menemukan kenyataan bahwa galaksi-galaksi yang selalu dalam keadaan gerak itu, selain berotasi juga bergerak ke arah semakin menjauhi bumi. Kenyataan lain, bahwa kecepatan dalam melakukan gerakan menjauhi tersebut juga semakin bertambah. Hingga dalam suatu kecepatan yang pernah diukur mencapai 100.000 kilometer per detik atau kira2 mencapai sepertiga kecepatan cahaya. Dalam teorinya "The Expanding Universe", Hubble menyatakan bahwa seluruh ruang alam semesta dengan milyaran galaksi berada dalam keadaan mengembang saling menjauhi satu sama lain dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Dalam penciptaan langit dan bumi, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah.