Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 03:12:53 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 102
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 137
Total: 137

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

asking : epicurus vs theis

Dimulai oleh faiqhr, Januari 29, 2011, 11:48:56 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

imaginary_number

Kutip dari: Pi-One pada Februari 02, 2011, 07:42:05 PM
Jika anda tanyakan ini pada semut-asbun, dia akan menyodorkan konsep dari 'aliran perjuangan' versi dia. Jadi biar aku yang jawab:
Buddha tidak mengenal konsep Tuhan personal, sosok yang mengatur takdir manusia, yang disembah dan dimintai permohonan duniawi. Buddhisme juga tidak mengenal konsep penciptaan, dalam Buddhisme proses itu merupakan siklus, kehancuran berarti pembentukan berikut.
kalau tidak salah ada beberapa aliran di buddha yg mengakui adanya semacam konsep "deity". yang sy tau terutama terjadi di china (yg tau cerita sun gokong ngertilah). hanya saja deity di sini masih terjebak oleh hukum absolut, jadi sama seperti manusia, mereka memiliki emosi, karma, bisa mati dan mengalami reinkarnasi.

menurut sy pribadi buddhisme mirip2 pantheisme, dimana kepercayaan tersebut menempatkan alam semesta beserta hukum2nya merupakan sesuatu yang absolut, dimana semua entitas terikat olehnya.

reborn

#46
Epicurus tokok pemikir yang luar biasa. Dia juga berperan banyak hingga manusia kenal metode ilmiah. Menurut Epicurus : Jangan percaya apa pun sebelum dapat dibuktikan melalui observasi dan logika deduksi.

Problem of Evil pada posting awal ini juga termasuk argumen dia yang sangat populer.

Kutip
Problem of Evil

What one has here, however, is not just a puzzle, since the question can, of course, be recast as an argument for the non-existence of God. Thus if, for simplicity, we focus on a conception of God as all-powerful, all-knowing, and perfectly good, one very concise way of formulating such an argument is as follows:

1. If God exists, then God is omnipotent, omniscient, and morally perfect.
2. If God is omnipotent, then God has the power to eliminate all evil.
3. If God is omniscient, then God knows when evil exists.
4. If God is morally perfect, then God has the desire to eliminate all evil.
5. Evil exists.
6. If evil exists and God exists, then either God doesn't have the power to eliminate all evil, or doesn't know when evil exists, or doesn't have the desire to eliminate all evil.
7. Therefore, God doesn't exist.

Buat yang mau baca-baca, liat [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Argumen di atas bisa kita buat lebih sederhana. Dalam logika, kita kenal modus Tolles :

Premis 1 : Jika P maka Q
Premis 2 : ~Q
Kesimpulan : ~P

Argumen Epicurus bisa ditulis menjadi :

Premis 1 : Jika Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna ada, kejahatan tidak ada.
Premis 2 : Kejahatan terjadi di dunia.
Kesimpulan : Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna tidak ada.

Waktu itu, Epicurus gak bilang bahwa tuhan/dewa tidak ada, dia hanya bilang bahwa dari argumen di atas bahwa kalau pun dia ada, dia tidak ikut campur dalam kehidupan manusia.

Pernyataan Epicurus rasanya sering kali menggelitik kita, setidaknya saya pernah bertanya serupa dan pernah mendengar hal serupa dari orang lain. Dan teki-teki ini masih jadi topik yang hangat. Apa jawaban yang paling tepat untuk mendukung bahwa Tuhan yang seperti itu ada, misalnya.

rizqi_fs

Kutip
Premis 1 : Jika Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna ada, kejahatan tidak ada.
Premis 2 : Kejahatan terjadi di dunia.
Kesimpulan : Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna tidak ada.
Yang jadi masalah adalah apakah kejahatan itu tidak termasuk dalam kesempurnaan?
Seperti halnya klo ada gelap ya harus ada terang
klo ada terang ya bagusnya ada gelap juga
Klo gelap terus pasti ada yang dirugikan dan pasti ada yang diuntungkan
klo terang terus pasti demikian juga
:)

familycode

Kutip dari: reborn pada Februari 04, 2011, 10:05:44 PM
Epicurus tokok pemikir yang luar biasa. Dia juga berperan banyak hingga manusia kenal metode ilmiah. Menurut Epicurus : Jangan percaya apa pun sebelum dapat dibuktikan melalui observasi dan logika deduksi.

Problem of Evil pada posting awal ini juga termasuk argumen dia yang sangat populer.

Buat yang mau baca-baca, liat [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Argumen di atas bisa kita buat lebih sederhana. Dalam logika, kita kenal modus Tolles :

Premis 1 : Jika P maka Q
Premis 2 : ~Q
Kesimpulan : ~P

Argumen Epicurus bisa ditulis menjadi :

Premis 1 : Jika Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna ada, kejahatan tidak ada.
Premis 2 : Kejahatan terjadi di dunia.
Kesimpulan : Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna tidak ada.

Waktu itu, Epicurus gak bilang bahwa tuhan/dewa tidak ada, dia hanya bilang bahwa dari argumen di atas bahwa kalau pun dia ada, dia tidak ikut campur dalam kehidupan manusia.

Pernyataan Epicurus rasanya sering kali menggelitik kita, setidaknya saya pernah bertanya serupa dan pernah mendengar hal serupa dari orang lain. Dan teki-teki ini masih jadi topik yang hangat. Apa jawaban yang paling tepat untuk mendukung bahwa Tuhan yang seperti itu ada, misalnya.

Logika diatas di landaskan pada persepsi tanpa substansi lebih jauh yang artinya tidak di dasarkan pada logika agama, contoh logika agama kristen.

Silahkan di coba dengan logika induksi :

Tuhan adalah suci maka dosa tidak dapat menjadi bagian dari diriNya, manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga banyak kejahatan yang ada di dunia ini adalah akibat dari dosa manusia.

Untuk mengacu kebenaran pernyataan diatas maka tolok ukurnya adalah Alkitab, karena masuk di ranah logika kristen, jika ingin di bawa ranah pembuktian, maka jelas ada perdebatan.

Seharusnya untuk melihat manakah ajaran yang benar maka seharusnya dilihat dengan akal budi, manusia punya akal budi, itu yang seharusnya menjadi bentuk tolok ukur.

Hal seperti ini perlu dipahami, sehingga tidak semata dari logika tanpa hakekat.

familycode

Kutip dari: rizqi_fs pada Februari 04, 2011, 11:10:44 PM
Yang jadi masalah adalah apakah kejahatan itu tidak termasuk dalam kesempurnaan?
Seperti halnya klo ada gelap ya harus ada terang
klo ada terang ya bagusnya ada gelap juga
Klo gelap terus pasti ada yang dirugikan dan pasti ada yang diuntungkan
klo terang terus pasti demikian juga
:)

Dalam konteks agama, Kejahatan diakibatkan oleh dosa manusia, terang dan gelap tidak dapat bersatu.

reborn

Kutip dari: rizqi_fs pada Februari 04, 2011, 11:10:44 PM
Yang jadi masalah adalah apakah kejahatan itu tidak termasuk dalam kesempurnaan?
Seperti halnya klo ada gelap ya harus ada terang
klo ada terang ya bagusnya ada gelap juga
Klo gelap terus pasti ada yang dirugikan dan pasti ada yang diuntungkan
klo terang terus pasti demikian juga
:)

??? ngomong apa sih? Coba dijabarkan dengan lebih jelas, biar ada bedanya forsa dan forum2 sebelah.

@familycode

Dalam Kristen ada beberapa ayat yang bisa berarti kebaikan dan juga kejahatan berasal dari Tuhan. Contohnya kisah  menakjubkan Ayub di mana setan dengan persetujuan Allah diperkenankan mencobai Ayub. Setan menantang Tuhan, bahwa Ayub hanya setia karena semua anugerah dan kebaikan yang dia terima, seandainya dia dikenai malapetaka dia akan membangkang. Kisah selanjutnya kita semua tahu.

Selain itu juga ada

Yesaya 45:7 "yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini."
Versi KJV "I form the light, and create darkness: I make peace, and create evil: I the LORD do all these things."

Nampaknya ada beberapa orang Kristen yang ingin membantah argumen Epicurus dengan mengatakan bahwa kebaikan dan kejahatan berasal dari Tuhan. Kejahatan dibuat dengan alasan yang (sengaja) tidak dijelaskan (contoh kisah Ayub). Tidak salah juga sebenernya, walau masih ada yg janggal.

Catatan :
saya tidak ingin menyerang agama atau pandangan apa pun, hanya ingin kita dapat mendalami lebih lagi. Menurut saya, argumen Epicurus ini patut dipahami dengan benar, baik agama apa pun dan keyakinan apa pun yang kita masing-masing percaya.

semut-ireng

#51
Kutip dari: reborn pada Februari 04, 2011, 10:05:44 PM
Epicurus tokok pemikir yang luar biasa. Dia juga berperan banyak hingga manusia kenal metode ilmiah. Menurut Epicurus : Jangan percaya apa pun sebelum dapat dibuktikan melalui observasi dan logika deduksi.

Problem of Evil pada posting awal ini juga termasuk argumen dia yang sangat populer.

Buat yang mau baca-baca, liat [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Argumen di atas bisa kita buat lebih sederhana. Dalam logika, kita kenal modus Tolles :

Premis 1 : Jika P maka Q
Premis 2 : ~Q
Kesimpulan : ~P

Argumen Epicurus bisa ditulis menjadi :

Premis 1 : Jika Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna ada, kejahatan tidak ada.
Premis 2 : Kejahatan terjadi di dunia.
Kesimpulan : Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna tidak ada.

Waktu itu, Epicurus gak bilang bahwa tuhan/dewa tidak ada, dia hanya bilang bahwa dari argumen di atas bahwa kalau pun dia ada, dia tidak ikut campur dalam kehidupan manusia.

Pernyataan Epicurus rasanya sering kali menggelitik kita, setidaknya saya pernah bertanya serupa dan pernah mendengar hal serupa dari orang lain. Dan teki-teki ini masih jadi topik yang hangat. Apa jawaban yang paling tepat untuk mendukung bahwa Tuhan yang seperti itu ada, misalnya.



Premis 1 dan 2 di atas melanggar asas-asas pemikiran sesuai yang dikemukakan Aristoteles  :

-   Melanggar Asas Persamaan  (  Principium Identitatis  ).

Premis 1  : Jika Tuhan Yang Maha Baik, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna ada, kejahatan tidak ada.

Kejahatan tidak ada ( di dunia ),  melanggar Asas Persamaan.     Menurut asas ini,  haruslah diakui oleh semua orang bahwa setiap barang atau sesuatu itu hanyalah mengandung arti kesamaan pada dirinya sendiri.    A adalah A,  sedangkan B adalah B.   Tidak dapat A diartikan sebagai B.

A  :  Kejahatan ( selalu ) terjadi di dunia ...  Premis 2,  sesuai dengan pendapat umum. 

B  :  Kejahatan tidak ada  ( di dunia ) ....Premis 1,  tidak sesuai dengan pendapat umum.


-  Melanggar Asas Pertentangan  (  Principium Contradictoris  ).  Menurut asas ini,  pengertian yang satu dan lainnya yang saling bertentangan tidak dapat disamakan.

Premis 1 :  ............Kejahatan tidak ada ( di dunia ).

Premis 2 :  Kejahatan ( selalu ) terjadi di dunia.

Tidak mungkin keduanya dianggap benar sekaligus,  salah satu haruslah salah.

Suatu kesimpulan yang diambil dari premis-premis yang mengandung pelanggaran terhadap asas-asas pemikiran pastilah salah.



familycode

Kutip dari: reborn pada Februari 05, 2011, 12:05:12 AM
Dalam Kristen ada beberapa ayat yang bisa berarti kebaikan dan juga kejahatan berasal dari Tuhan. Contohnya kisah  menakjubkan Ayub di mana setan dengan persetujuan Allah diperkenankan mencobai Ayub. Setan menantang Tuhan, bahwa Ayub hanya setia karena semua anugerah dan kebaikan yang dia terima, seandainya dia dikenai malapetaka dia akan membangkang. Kisah selanjutnya kita semua tahu.

Selain itu juga ada

Yesaya 45:7 "yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini."
Versi KJV "I form the light, and create darkness: I make peace, and create evil: I the LORD do all these things."

Nampaknya ada beberapa orang Kristen yang ingin membantah argumen Epicurus dengan mengatakan bahwa kebaikan dan kejahatan berasal dari Tuhan. Kejahatan dibuat dengan alasan yang (sengaja) tidak dijelaskan (contoh kisah Ayub). Tidak salah juga sebenernya, walau masih ada yg janggal.

Catatan :
saya tidak ingin menyerang agama atau pandangan apa pun, hanya ingin kita dapat mendalami lebih lagi. Menurut saya, argumen Epicurus ini patut dipahami dengan benar, baik agama apa pun dan keyakinan apa pun yang kita masing-masing percaya.

Memang semua tergantung substansinya, dalam substansi argumen epicurus adalah bentuk substansi tersendiri yang berbeda dengan logika agama. Mencoba lebih tenggelam untuk mengetahui lebih dalam untuk pengetahuan yang benar tentang argumen Epicurus itu bukan suatu masalah, tapi saat di versuskan (sesuai topiknya) maka timbul suatu pertanyaan, bagaimana metode melakukan perbandingan kalau tolok ukurnya saja berbeda. Jika ingin menggunakan akal budi, bentuk "budi" apa yang di bawa dari argumen Epicurus? Karena kita sebagai manusia tidak lepas dengan yang namanya akal budi dalam mencari suatu kebenaran.

semut-ireng

Kutip dari: reborn pada Februari 04, 2011, 10:05:44 PM
Epicurus tokok pemikir yang luar biasa. Dia juga berperan banyak hingga manusia kenal metode ilmiah. Menurut Epicurus : Jangan percaya apa pun sebelum dapat dibuktikan melalui observasi dan logika deduksi. 

Bung Reborn benar,   Epicurus tokoh pemikir Yunani kuno yang dikenal meletakkan landasan pondasi ilmiah.   

Jika mau mencoba agak mendalami filsafatnya Epicurus,  kita akan menemukan banyak kesamaan dengan ajaran Buddhisme.   Filsafat Epicurus juga mengajarkan cara mencapai kebahagiaan,  dan dia juga hidup seperti bikku,  tidak menikah.   Apakah di zamannya sudah ada pengaruh ajaran Hindu dan Buddha sampai ke Yunani  ?   Hal ini bagi saya belum jelas.   Namun ada beberapa fakta sejarah yang bisa dihubungkan  :

-  Agama Buddha timbul pada abad-6 SM,  agama Hindu jauh lebih tua lagi.

-  Masa hidupnya Epicurus  341 - 270 SM,  sekitar 2 abad setelah Pithagoras (582 SM – 496 SM }.   Pithagoras dianggap oleh kaumnya sebagai Nabi,  dan ia juga mengajarkan konsep kelahiran kembali.

-  Berdasarkan Piagam Asoka,  diketahui bahwa Maharaja Asoka pada abad-3 melaksanakan dakwah agama Buddha sampai ke Yunani.

-  Dari sejarah agama Buddha kita ketahui pula,  bahwa ada interaksi antara kebudayaan Yunani kuno dengan ajaran Buddha,  sehingga hal itu mengakibatkan adanya beberapa aliran / sekte dalam Buddha.

Selain mengajarkan cara mencapai kebahagiaan,   Epicurus juga bicara tentang atom.  Menurut Epicurus,  semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia tidak lain adalah hasil dari gerakan-gerakan atom dalam ruang kosong.   Sama pendapatnya dengan peletak dasar materialisme klasik,  Demokritos yang hidup 460 - 360 SM.

Mungkin apa yang saya sampaikan ada yang salah,  silakan dikoreksi ..................