Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 01:39:51 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 207
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 215
Total: 215

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

krisis ekonomi amerika eropa

Dimulai oleh MonDay, Agustus 22, 2011, 08:38:58 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

MonDay

sy tdk sepenuhnya paham
bagaimana negara2 yang notabene merupakan negara imperialis
negara yang banyak punya negara bagian bisa mengalami krisis ekonomi?
bukankah mereka punya emas? punya banyak barang2 berharga?
mereka punya banyak utang? utang sama siapa?
ekonominya tdk tumbuh? koq bisa? kita kan sering juga pake produk amerika eropa mahal2 lg (walupun skrg banyakan cina)
siapa yang mengatur perdagangan dunia ini ya? apa bandul keuangan sekarang menuju ke asia? hmm
sy cukup khawatir apakah ini akan berimbas ke negara kita?
bagaimana jdnya perekonomian Indonesia kelak?

maaf banyak tanya, sy khawatir

ksatriabajuhitam

#1
nggak ngerti juga.

video ini sedikit memberi gambaran, tapi tidak menjelaskan asal mula mengapa ngutang ke negara lain (foreign debt).

http://www.youtube.com/watch?v=Jjv-MtGpj2U

video ini memberi gambaran bagaimana kalau China ingin menagih semua piutang nya dari Amerika

http://www.youtube.com/watch?v=T1dDIrOCbUo&feature=related

Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.

begitu kali awal mulanya.


oh, di samping itu, katanya juga, bank boleh mengeluarkan uang lebih besar dari jumlah emas yang dijaminkan oleh uang tersebut. rasio-nya diatur undang-undang, disebut reserve ratio.
not all the problems could be solved by the sword, but sword holder take control of problems.
ForSa versi mobile: http://www.forumsains.com/forum?wap2

ksatriabajuhitam

ada penjelasan menarik mengenai krisis di eropa, oleh Michael Cembalest, the Chief Investment Officer of JPMorgan's private bank.

silakan dinikmati link2nya:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

not all the problems could be solved by the sword, but sword holder take control of problems.
ForSa versi mobile: http://www.forumsains.com/forum?wap2

eel_boy

Saya coba jawab pakai logika bisnis ya, seperti yg ditulis kk ksatriabajuhitam, yg namanya bisnis akan dianggap tidak liquid kalo tidak punya hutang. liquiditas ini penting untuk mempertahankan neraca pada posisi seimbang. kalau neraca tidak seimbang, maka yg terjadi adalah akan adanya masalah2 di kemudian hari.

Sudah jadi hukum alam bahwa manusia adalah sifatnya sosial dan maka dari itu dia harus bekerja sama dengan manusia yg lain. Kalau di dalam suatu perusahaan, pemilik tidak bekerja sama dengan orang lain, siapa yg akan mengerjakan bisnisnya? siapa yg akan mensuplai bisnisnya? nah, dengan analogi spt ini, pemilik tentu akan mencari cara bagaimana mengikat partnernya tsb, entah dengan cara dia berhutang atau membuat partner tsb berhutang. tetapi akan lebih umum kalau pemilik bisnis yg berhutang kan? dan hal ini jg berlaku kepada supplier tsb, utk bisa mendapatkan brg, dia juga akan berhutang kpd pabriknya kan? akhirnya terciptalah rantai bisnis yg saling terkait.

Berdasarkan analogi di atas, kita bisa melihat negara adalah sebagai sebuah perusahaan besar yg juga butuh adanya supplier dan rekan bisnis yg lainnya. sebagai media bisnis, tentu beserta dengan segala hutang2nya. Kondisi ekonomi suatu negara bergantung juga dengan masyarakatnya, hal ini akan dihitung dengan GDP (Gross Domestic Product). Semakin tinggi GDP per kapita, semakin sejahtera rakyatnya, teorinya begitu. GDP per kapita ini berkaitan dengan jumlah uang yg beredar di masyarakat. dengan instrumen ini, negara akan menghitung berapa banyak negara bisa mencetak uang. jika terlalu banyak, maka yg terjadi adalah nilai uang akan merosot. Dan ini akan berdampak buruk ke stabilitas ekonomi negara tsb jika kebijakan moneter ini dilakukan dengan tidak tepat.

Lalu, negara juga punya cadangan emas, minyak dan sebagainya. kalau diuangkan kan jadi besar? memang logikanya begitu. tetapi kembali lagi ke perhitungan GDP. jika uang beredar semakin besar, sedangkan konsumsi rakyatnya tidak besar, maka akan terjadi deflasi, dan ini akan merubah nilai mata uang juga. jadi memang harus hati2. kita berkaca pada diri sendiri, apa kita akan mengeluarkan semua kekayaan kita pada satu waktu sekaligus dan besok kita tidak tahu mau makan apa? mau tidak mau, akhirnya kita harus mempunyai tabungan kan? ini juga yg dikerjakan oleh negara.

sedangkan pernyataan ekonomi tidak tumbuh, dalam kamus negara adalah ketika GDP tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya adalah sama. pada kondisi spt ini dapat diartikan bahwa ekonomi negara tsb tidak tumbuh. bahkan bisa minus jika pertumbuhan GDP dibanding tahun sebelumnya lbh sedikit.

eel_boy

Dampak krisis jg mempengaruhi stabilitas ekonomi negara. krisis ekonomi amerika dan eropa bermula dari krisis subprime mortgage. utk lebih jelasnya bisa search video ttg credit crisis explained. nah, dimulai dari sini, akhirnya pemerintah amerika harus mengeluarkan cadangan/tabungannya ini tadi dengan jumlah yg cukup besar utk menutup kerugian negaranya pada saat itu. sesuai dengan hukum neraca ekonomi, hal ini menyebabkan US memiliki hasil defisit yg cukup besar, belum lagi ditambah utang2 yg lain spt yg saya ilustrasikan di atas. Segala bisnis yg berkaitan dengan krisis di amerika akan terkena getahnya. dan sebuah perusahaan spt PT di Indonesia, jika mengeluarkan status bangkrut, maka dia tidak lagi dapat diminta untuk melunasi hutang2nya. bayangkan jika satu perusahaan mensuplai perusahaan lain dengan nilai yg besar dan untuk itu dia harus berhutang dengan jumlah yg besar pula dan demikian seterusnya sesuai dengan rantai bisnis tsb, apa yg terjadi? bangkrut ramai2 yg terjadi. inilah cerita di balik hancurnya Lehman brothers dan Merryl Lynch, dan bbrp investor dari Eropa yg ikut menginvestasikan uangnya di sini dengan jumlah yg cukup besar. Pada saat itu, sebagian besar masyarakat US akhirnya tidak dapat lagi meminta hutang dari bank dengan mudah. kenapa? jawabnya, karena banknya sendiri kesulitan uang.

Begitu pemberian hutang menjadi macet, ekonomi juga macet. karena hal ini saling terkait. Jika mereka menggunakan semua cadangannya, maka besok dia tidak akan mempunyai cukup uang utk membayar karyawan dan operasionalnya. Asia tidak terkena dampak yg sebegitu parah, karena uang yg diinvestasikan ke perusahaan amerika tsb tidak banyak. Karena mungkin mrk sudah mencium hal yg sama yg terjadi pada krisis Asia di tahun 1997 yg lalu. secara garis besar, kejadian dan penyebabnya mirip.

segini dulu yak... moga bisa membantu.

MonDay

thx bang penjelasannya sangat membantu
jika negara2 'maju' mengalami kebangkrutan, bagaimana dengan negara2 'berkembang', yang notabene merupakan anak buahnya negara 'maju'?
credit crisis itu krisis kartu kredit itu ya?

eel_boy

untuk lebih jelasnya saya sarankan kk MonDay melihat video penjelasan ttg credit crisis ini. kmrn saya coba posting linknya tapi tdk berhasil. never mind lah. secara singkat, credit crisis ini adalah kemacetan kredit yg terjadi di sistem perbankan di US. ceritanya, ini saya ambil dari penjelasan CEO koran di Surabaya yg sekarang menjabat dirut perusahaan pemerintahan ditambah bbrp bacaan dan video dari internet. awal mulanya, seorang bisnisman akan selalu menuntut karyawan mrk utk mencari keuntungan yg bertambah setiap tahunnya. nah, bisnisman ini boleh dibilang pemilik usaha yg mempunyai karyawan yg bekerja utk dirinya. di posisi puncak perusahaan, pemilik usaha seringkali tdk turun langsung utk memanage usahanya. yg bekerja adalah CEO atau di Indonesia seringkali disebut sebagai dirut.

Pada saat itu di amerika, para investor sedang mencari cara utk bagaimana caranya melipatgandakan uang mrk. investasi apa yg bagus dsb. Nah, ketika mrk datang ke federal reserve, semacam BI utk membeli bonds, istilahnya surat hutang pemerintah di US, oleh the Fed hanya diberi bunga 1%/tahun. menurut para investor, dengan bunga segitu sangat kecil sekali. akhinya mereka mencari instrumen investasi yg lain. nah, mrk melihat sektor properti sangat cerah, karena sebagian besar dari kita pasti akan berpikir bahwa harga properti tdk akan turun kan? akhirnya mrk mencari cara gimana dapat investasi di perusahaan properti tanpa harus terjun langsung ke industrynya. Investor kan tdk mau susah bangun bisnis, mrk hanya mau tanam modal, dapet untung selesai.

sistem jual beli rumah di amerika jg sedikit berbeda dgn di Indonesia. untuk bisa beli rumah di amrik, calon pembeli harus mendatangi agen properti. nah, setelah dari agen properti, mrk akan meminjam uang dari bank. karena jarang orang yg bisa beli rumah dengan tunai kan? calon pembeli ini akan dianalisa oleh bank, kemampuan bayar mrk, pekerjaan mrk, dan sejarah kredit mrk di bank. ketika bank menganggap bahwa calon nasabah ini layak diberi kredit, nasabah ini akan disebut sebagai prime customer, jika kurang layak karena misal ada catatan sejarah buruk ttg kreditnya atau pekerjaan mrk dinilai kurang bagus oleh bank, maka calon nasabah ini disebut sebagai subprime customer.

prime customer ini tadi, ketika disetujui permohonan kreditnya, maka dia akan diberi pinjaman untuk mengkredit rumah, istilahnya di amrik sebagai mortgage loan. nah, ternyata di amrik 'hutang' dari nasabah ini jg diperjual belikan lagi untuk mendapatkan fresh money utk operasionalnya. yg membeli surat hutang ini adalah investment bank atau perusahaan sekuritas di Indonesia, seperti meryl lynch dan lehman brothers di amrik. tau kasusnya atau pernah dengar nama ini? Nah, oleh investment bank ini surat hutang yg dibeli tadi dikumpulin lalu dikelompokkan menjadi 3 bagian. bagian pertama diberi rating AAA, instrumen investasi yg paling aman dan bunganya paling rendah. lalu BBB, dan terakhir unrated atau tanpa rating. investasi yg terakhir diberi bunga paling tinggi oleh bank karena resikonya paling besar. high risk high gain kan? setelah dikelompokkan, oleh investment bank dijual lagi ke para investor spt yg pertama tadi. nah, karena uang para investor jg krg utk menutup operasional dari investment bank, investment bank ini jg mengambil kredit dari the fed spt di atas dengan bunga yg rendah. dan mereka memutar aset hutang di sini. tapi, karena mereka memiliki prime customer, yang sanggup membayar hutang mrk, skema hutang yg ini aman dan berjalan dengan lancar.

karena merasa menguntungkan, para investor tadi akhirnya mengusahakan dana lagi untuk membeli surat hutang yg lain spt di atas. nah, mereka mengontak bank investasi untuk minta lagi. dan investment bank ini menelepon bank retail untuk membeli lagi aset hutang mrk di properti, tapi ternyata mrk sudah tdk punya lagi. akhirnya mrk mengontak para agen/broker property utk mencari calon nasabah lagi. tapi di lapangan, kenyataannya, semua org yg layak utk diberi hutang, sudah punya rumah semua. akhirnya agen dan bank retail berembug lagi utk mencoba di segmen subprime customer ini. akhirnya mrk sampai pada kesepakatan kalau mau mencoba segmen ini. andaikata mrk gak sanggup bayar, kan rumahnya bisa kita sita utk dijual lagi, dan hutangnya akan diterusin sama nasabah berikutnya, dan surat hutang ini kan juga akan dibeli invesment bank dan akhirnya ke investor, jadi baik agen/broker dan bank retail gak akan rugi. jadi mrk mencoba skema ini.

singkat kata, terulanglah skema di atas utk para nasabah subprime ini. di sinilah turning pointnya. setelah bbrp bulan, satu nasabah subprime ini gak sanggup bayar propertynya. akhirnya disita rumahnya, dijual lagi. belum laku, nasabah lainnya jg gak sanggup bayar lagi, dan yg lainnya juga. akhirnya karena banyak yg disita rumahnya dan dijual, menyebabkan harga rumah turun drastis. hal ini juga mempengaruhi nasabah prime. ketika harga rumah turun drastis dari yg seharusnya 300jt menjadi 90jt, nasabah prime inipun akhirnya gak mau bayar cicilannya meskipun sebenarnya mrk masih mampu bayar. dan invesment bank yg pegang banyak aset ini pun akhirnya bingung, karena mrk juga punya banyak hutang yg hrs dibayar tiap bulan kan? kalau gak ada pemasukan, siapa yg bisa bayar? akhirnya investment bank inipun panik dan menawarkan aset2 ini kemana2. tapi gak ada yg mau, termasuk para investor, mrk menganggap bahwa aset ini adalah aset mati, ingat, mrk juga sudah beli banyak aset ini. dibalikin ke bank retail, bank retail juga gak mau dan mrk jg masih pegang banyak aset mati baru yg lain. akhirnya kredit macet terjadi. ini yg disebut credit crisis.

akhirnya bangkrutlah meryl lynch dan lehman brothers. dan ketika perusahaan dinyatakan bangkrut, dia dibebaskan dari kewajiban hutangnya. para investorpun akhirnya kehilangan banyak uang mrk. dan para investor ini berasal dari banyak negara, yg sebagian besar dari kawasan eropa. akhirnya eropa pun ikut merasakan dampaknya.

dampak dari kredit krisis ini, pemerintah US harus mengeluarkan dana yg cukup besar. kalo gak salah sampe 700 juta dolar utk membeli aset2 ini dan membantu memutar kreditnya. dan ada bbrp spekulan yg ikut mensukseskan kedit krisis ini jg. salah satunya yg terkenal adalah Bernard L. Maddoff.

Jika negara maju mengalami kebangkrutan, belum tentu negara berkembang akan ikut hancur. Cina juga masih masuk kategori negara berkembang menurut saya. tapi rasa2nya, cina gak terlalu terkena dampak yg besar dari krisis asia sampai krisis kredit ini. mrk fine2 aja. analogi pikiran saya sih, ketika kita melakukan bisnis, andaikata bisnis properti hancur, dan bisnis kita gak ada hubungannya dengan properti, apa kita akan terseret arus di lingkaran properti? belum tentu. apalagi jika saya melakukan bisnis di jawa timur, dan pada saat ini yg hancur terkena krisis misalkan adalah di daerah papua dan saya tidak melakukan banyak bisnis di papua, apa bisnis saya akan ikut hancur? jika anda jawab tidak atau belum tentu, maka analoginya demikian. jika anda jawab mungkin iya atau iya, maka saya yg harus bertanya pada anda, bagaimana bisa?

saat ini, peta ekspor Indonesia tidak lagi mayoritas ke negara amerika atau eropa sepengetahuan saya. meskipun ada bbrp yg besar ke negara tsb. mungkin ini yg bisa saya share.

mohon maaf kalau ada yg salah. ini merupakan opini dan pengetahuan yg saya baca2 juga dari internet.

ciaooo...

MonDay

kalo sy katakan ini akbiat dari 'tamak'nya para investor ya? (--)a
ya sy dengar perusahaan itu, di lingkungan sy bisnis properti mjd hal yg dinilai plg bagus
ya seperti yang abang katakan, paradigmanya harga tanah dan rumah tidak akan turun
tidak ada yang mencetak tanah, begitu kira2 pendapat yg sy dapatkan
tapi ada sebuah perusahaan yg ga nyambung, ford, minta bail out, itu apa penyebabnya ya?
mudah2an abang tidak bosan bagi2 ilmu thx

eel_boy

ya basically ya kak, sifat manusia emang 'tamak'. tergantung seberapa 'tamak' kita ini jadinya, kita sendiri yg mengukur kadarnya. tapi kalau ada kesempatan, baik sayapun, akan berusaha mengejar kak. :) saya kira, para investor inipun melihat ada kesempatan, akhirnya mereka kejar lah. mereka punya modal, dan kerjanya begitu, mau bilang apa? hehehe.. susah lah dibilang.

nah ini yg sayapun seide dgn anda kak. harga tanah dan rumah memang tidak akan pernah turun karena tidak ada yg produksi. tapi tetap ada hukum ekonomi di sini juga. contohnya jika kk tinggal di kawasan segitiga emas jakarta spt sudirman, gatot subroto dan daerah senayan, harga tanah di sini gak akan pernah turun kak, karena kawasan ini mempunyai high demand but limited supply. nah, coba kalau bangunan yg sama kita bangun di daerah pedalaman sulawesi atau sumatra, apa harganya akan sama? 100% saya jawab, tidak. kenapa? siapa yg mau beli ya di pedalaman? bahkan mgk akan merugi karena nilai investasi utk membangun bangunan tsb tidak tertutupi. karena gak ada yg mau beli, daripada uang berhenti, dijual murah. ini yg terjadi jg di credit crisis ini kak. high supply, limited demand. nah yg beli harga normal, karena akhirnya banyak yg ngejual rumahnya, akhirnya harga rumahnya turun. akhirnya, ya buat apa tetap bayar cicilan tsb dengan harga rumah yg sama dengan harga cicilannya? worthless deh.

kalo masalah perusahaan yg gak nyambung ini, analisa saya begini kak, krisis di amrik kan berlaku global, terutama di satu negara amrik itu sendiri. karena bisa sampai membangkrutkan perusahaan sekuritas raksasa dan menggoncang perusahaan finansial lain spt bank2. karena credit crisis ini, akhirnya pemerintah amrik bilang kepada bank utk hati2 beri kredit lagi. mrk dapat pelajaran berharga dari sini kan kak? nah, kenapa GM juga sampai bangkrut dan dijual? ya karena mrk juga menjual barang dg nominal besar yg kebanyakan juga harus kredit kan belinya kak? dan industri mobil lainnya jg terkena dampaknya. dari krisis ini, akhirnya banyak perusahaan yg bangkrut dan tutup, atau PHK banyak karyawannya, ujung2nya, karena banyak pengangguran, siapa yg jadi konsumen? Saya baru baca tadi di thread sebelah, perusahaan yg gak punya utang akan dijauhi investor karena tanpa utang berarti perusahaan tsb akan hanya mengandalkan modalnya sendiri dan akhirnya akan tertinggal oleh kompetitornya karena pertumbuhannya akan lebih lambat dibanding yg punya modal 10 kali lipat lebih banyak meskipun dari utang. Dari analogi ini, Ford, GM, dan perusahaan lainnya pun punya utang kan kak? siapa yg bisa bayar kalau gak ada pemasukan? minta bail out deh.

CMIIW yahhh....

ciaooo

MonDay

konon akibat krisis ini nilai uang lama2 tdk berguna
nanti belanjanya pake emas, hehehe
kasus ini mirip dengan krisis moneter
tp saat itu bukan nilai properti yg jatuh tp nilai mata uang rupiah
hampir menembus 20,000, rekan saya merugi akibat hal ini,
tabungan yang ditimbun bertahun2 tidak cukup menlunasi utangnya

ksatriabajuhitam

pembahasan menarik nih, bang eel_boy
mencerahkan.

tapi saya ada sedikit pertanyaan, dengan adanya bail out dari pemerintah, kira2 ada ga perusahaan yang malah diuntungkan? contoh, sebuah perusahaan banyak utang tetapi memiliki banyak aset (baik yang bisa disita atau yang "sulit disita" [contohnya apa ya?]), dengan menyatakan dirinya bankrupt, bebas dong dia dari hutang? biarin aja perusahaannya bankrupt, tapi untung.
not all the problems could be solved by the sword, but sword holder take control of problems.
ForSa versi mobile: http://www.forumsains.com/forum?wap2

Dhantez

Penjelasan yg komplet... :D

Saya mau memberi analisa tambahan, yaitu efek dr penggunaan kartu kredit / pemberian kredit konsumtif (KPR, dsb) => menimbulkan fatamorgana jumlah permintaan.

Salah satu efek dr penggunaan kredit adl memajukan konsumsi. Misal jika sy ingin beli Blackberry seharga 2juta, mestinya sy harus menabung selama 4 bulan dulu.. tapi dg kartu kredit, saya bs membelinya saat ini juga. Artinya: permintaan yg seharusnya berlaku 4 bulan ke dpn, terjadi pd hari ini.. Hal inilah yg menimbulkan fatamorgana jumlah permintaan.

Masih untung HP yg harganya cm satu digit jutaan, bagaimana dg motor, mobil, atau rumah?? Kebutuhan yg baru terbeli 5 hingga belasan tahun ke depan, terjadi pada hari ini!

Apa akibatnya?
Produsen/investor melihat sebuah fatamorgana pertumbuhan permintaan barang. Ini tidak berlangsung selama 1 atau 2 tahun, tapi berpuluh2 tahun. Produsen pun meningkatkan produksinya, berinvestasi pd alat produksi yg lebih mahal yg mengharuskan skala produksi yg lebih tinggi utk mencapai economies of scale (misal awalnya cm ngirim pake pickup kecil, tp krn adanya permintaan lebih, perusahaan hrs mengirim dg truk besar - tp dg catatan: truk besar menghabiskan waktu tempuh & BBM lebih mahal; artinya perusahaan harus SELALU memenuhi truk dg muatan).

Ada satu titik dimana pada akhirnya terjadi hal2 tak terduga - misal entah krn suatu sebab scr beruntun banyak konsumen tdk mampu lagi membeli scr kredit. Akhirnya angka permintaan pun terkoreksi jd lebih rendah. Perusahaan yg sudah berinvestasi pada mesin, alat transportasi, dsb tidak mampu lagi menjual sesuai target - dan akhirnya merugi. Jika cuma satu atau dua perusahaan saja yg tertipu oleh fatamorgana jumlah permintaan - mungkin efeknya bisa diabaikan. Tapi bagaimana jika 90% perusahaan di dunia terlena oleh halusinasi itu??

Analogi yg sama jg bisa dilakukan pada kasus KPR dan perusahaan developer property. Keberadaan KPR bisa membuat developer menyangka permintaan utk rumah/ruko meningkat pesat. Mereka membangun banyak dan lebih banyak rumah. Pemain baru pun bermunculan, scr agregat (bersamaan), mereka juga membangun banyak dan lebih banyak lagi. Tapi ketika terjadi satu titik, dimana angka permintaan pd produk property ini terkoreksi.. Disitulah, developer tdk mampu menjual rumahnya, lalu developer tdk bisa membayar pinjaman dananya ke bank, dst dst

Dari sinilah krisis bs terjadi. So, IMO, Be wise with your credit.. :D
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko

12

menurut saya bangsa semacam eropa barat dan amerika memiliki kondisi fundamental yang kuat. jadi ya walaupun banyak utang mereka juga punya banyak 'aset' yg gak keliatan yg bisa digunakan buat bayar utang;
#12

MonDay

hmm pernah dengar sebuah ungkapan begini
"sebangkrut2nya orang kaya masih punya aset dimana2"

Dhantez

#14
Hmm, jadi keinget juga.. dlm teori finance ada rasio2 yg dipakai sbg indikator kesehatan suatu perusahaan spt D/E Ratio (Debt to Equity) atau D/A Ratio (Debt to Total Asset)..

Nah, krn mengukur Equity sebuah negara susah (atau tdk mungkin ;D) maka muncullah konsep Debt to GDP Ratio utk menilai kesehatan ekonomi suatu negara.

Misal GDP - External Debt dari 10 negara dg GDP terbesar (termasuk di dalamnya Amerika, Jepang, dan negara2 Eropa Barat) dari data th 2008, kenyataannya negara2 Eropa Barat memiliki hasil yang sangat buruk.

Meskipun kita bisa berargumen bahwa mereka memiliki aset2 yg bisa menutup utang mereka, jangan lupa, aset itu ada aset tetap dan lancar. Menjual aset tetap (spt bangunan, mesin besar, kendaraan, dsb) tdklah mudah. Krisis ekonomi Amerika kemarin jg dipicu dari macetnya kredit perumahan (<== aset tetap).. Dalam kondisi spt itu nilai2 'aset tetap' anjlok tidak karuan, dan belum tentu ada yg mau beli. Ketika rasio Debt/GDP suatu negara buruk, itu artinya pertumbuhan ekonominya banyak dibiayai oleh utang. Ekonomi macam ini biasanya sangat rapuh. ;)
Oba-chan ga itte ita: Ore wa ten no michi wo iki, subete wo tsukasadoru otoko