Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 08:21:35 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 205
Total: 205

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Usulan Percobaan Pembuktian bahwa bumi berotasi

Dimulai oleh Dr.F, September 29, 2014, 09:15:29 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Goen

Kutip dari: Pi-One link=topic=14042.msg143309#msg143309 date=1417***99Dan hari gini masih pakai konsep Newton soal pusat sistem?
Konsep "center of mass" masih dipakai hingga kini. Aplikasinya ada dalam kehidupan sehari-hari dan bisa diamati. Coba saja menyeimbangkan sebuah buku di atas jari telunjuk. Titik "center of mass" adalah titik di mana buku bisa seimbang di atas telunjuk tanpa terjatuh.

KutipSedang newton terkenal sebagai ilmuwan yang sering memasukkan pandangan filosofis pribadinya.
Baguslah. Berarti, Newton tidak munafik. Teringat kembali perkataan George Ellis:

What I want to bring into the open is the fact that we are using philosophical criteria in choosing our models. A lot of cosmology tries to hide that." ["Profile: George F. R. Ellis," W. Wayt Gibbs, Scientific American, October 1995, Vol. 273, No. 4, hal. 55.]

KutipTidak ada pusat alam semesta yagn pasti. Kita bisa memakai titik manapun sebagai pusat alam semesta.
Sungguh indah ungkapan Anda ini. Sangat berkesesuaian sekali dengan Copernican Principle yang menyatakan tidak ada tempat spesial di alam semesta, tidak ada pusat.

Kutipbahkan pakai pantat lu sebagai pusatnya juga bisa.
Di pantat saya bisa? ;D

Setelah Anda nyatakan BISA, lantas dengan cara apa Anda akan membantah bahwa ternyata pantat saya-lah pusatnya?

*Sebentar, sebentar. Buka dulu kitab suci heliocentristnya.

Oh, ketemu! Ada di bab yang berjudul, "Copernican Principle." ;D

KutipDan sekarang lu bicara gravitasi newton, sedang sebelum ini lu celoteh relativitas umum Einstein. padahal konsep gravitasi Einstein dan newton itu berbeda!
Oh, tentu saja berbeda. Saya tidak menyangkal itu. Saya cuma mengikuti kemana arah angin heliocentrism bertiup membawa bukti-bukti bantahan untuk geocentrism. Bicara Newtonion, ayuk. Bicara Einsteinian, juga ayuk.

Mau pakai Relativitas Einstein, menurut saya, malah tambah blunder. Karena Relativitas tidak bisa menghalangi bumi sebagai pusat semesta, dengan alasan semua itu relatif.

KutipAether, untuk membedakan dengan eter (diethil ether) yang untuk obat bius.
Tidak ada di sini yang sedang membicarakan ilmu kimia. Kata ether sudah banyak memenuhi buku-buku dan jurnal-jurnal Fisika. Terserah Anda mau pakai Aether atau Ether.

KutipDan justru penggunaan istilah aether oleh Einstein untuk kelengkungan ruang-waktu tadi  gak populer, gak dipakai ilmuwan lain. dan cuma lu yang nyambar, untuk dipakai dalam konsep lelucon lu?
Anda masih belum menjawab pertanyaan saya sebelumnya, "Tidak ada tuh, ungkapan Einstein soal ether untuk kelengkungan ruang-waktu. Einstein merujuk kepada "space." Anda quote mining punya siapa, ya?"

Gak bisa jawab, kan?

Anda cuma bisa ambil dari ilmuwan lain yang menafsirkan perkataan Einstein, kan?

KutipTidak ada?
Dari sumber sesama wiki aja:

KutipEinstein sometimes used the word aether for the gravitational field within general relativity, but this terminology never gained widespread support.
en.wikipedia.org/wiki/Aether_theories#General_relativity
Nope. Masih belum menjawab pertanyaan saya. Malah ada kutipan yang justru kembali lagi ke kutipan saya soal surat Einstein ke Universitas Leyden tahun 1920 itu.

Meskipun saya terima penafsiran Kostro, jelas sekali di situ istilah "gravitational field." Tidak sama dengan kelengkungan ruang-waktu atau gravitasi seperti klaim Anda itu. Field atau medan jelas menyangkut ruang (space). Di mana lagi kalau bukan di situ? Di pantat saya? ;D

KutipJelas-jelas istilah aether yang dipakai Einstein berbeda dengan Aether klasik sebagai elemen yang megnisi ruang kosong alam semesta, atau yang berputar gak keluan di geosentris...
Makanya untuk soal Ether ini saya langsung mengutip perkataan Einstein daripada tafsir Relativists pengikut-pengikutnya. Di berbagai buku dan literatur Ether versi perkataan Einstein ditafsiri macam-macam. Padahal jelas di situ Einstein bilang:

Recapitulating, we may say that according to the general theory of relativity space is endowed with physical qualities; in this sense, therefore, there exists an ether. According to the general theory of relativity space without ether is unthinkable; for in such space there not only would be no propagation of light, but also no possibility of existence for standards of space and time (measuring-rods and clocks), nor therefore any space-time intervals in the physical sense." [en.wikisource.org/wiki/Ether_and_the_Theory_of_Relativity]

Saya amat maklum kalau perkataan ini akan ditafsiri lain oleh Relativists. Sebab, keberadaan ether si substansi pengisi ruang ini otomatis akan membantah Teori Relativitas Khusus itu sendiri. Bagaimana pun juga, dogma suci ini harus terus dipertahankan oleh penganut Relativism. :)

KutipAyo terus, quote mining, karena itu jurus utama kreasionis... :P
Dengan senang hati. ;D

Goen

Kutip dari: nʇǝʌ∀ pada November 28, 2014, 05:17:48 PM
seperti @ytridyrevsielixetuls, saya juga tetap berpegang pada teori heliosentris. massa yang lebih kecil mengitari massa yang lebih besar. tapi saya tidak bisa mengatakan prinsip Copernicus harus dianut semua heliosentris. selama dia percaya bumi yang mengelilingi matahari, maka dia adalah heliocentrist. mungkin saja galaksi bimasakti adalah galaksi paling tengah. dengan demikian saya tidak setuju kalau semua heliocentrist harus mengakui tidak ada body yang paling special di alam semesta (meskipun yang bilang itu ilmuwan).
Berarti, Anda heliocentrism versi 1.0. :)
Tidak apa-apa, saya justru bisa fokus mau membahas apa dengan Anda.

Kutipteori geosentris mempercayai alam semesta berotasi hampir 24 jam untuk satu kala rotasi. itu artinya bintang-bintang ikut bergerak mengikuti pergerakan ether melebihi kecepatan cahaya. massa mereka harusnya imajiner dan tidak bisa dideteksi oleh teleskop maupun pandangan manusia.
lagipula, bisakah objek bermassa diam bergerak melebihi kecepatan cahaya?
Berhubung hari sudah sore, dekat maghrib di tempat saya, saya ringkas saja, ya?
1. Limitasi yang menyatakan tidak ada yang lebih cepat dari cahaya ada di Teori Relativitas Khusus.
2. Limitasi ini hanya untuk segala sesuatu yang berada di dalam ruang (space) termasuk cahaya. Tapi, limitasi ini tidak berlaku untuk ruang itu sendiri.
3. Bintang-bintang itu tidak bergerak secara mandiri, tapi ruang semesta (yang berisi ether) itulah yang membawa semua objek berputar. Ilustrasinya seperti komidi putar. Limitasi hanya untuk orang-orang yang bergerak di dalam komidi putar, tapi bukan untuk wahananya sendiri.

Pi-One

#107
Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:23:51 PM
Konsep "center of mass" masih dipakai hingga kini. Aplikasinya ada dalam kehidupan sehari-hari dan bisa diamati. Coba saja menyeimbangkan sebuah buku di atas jari telunjuk. Titik "center of mass" adalah titik di mana buku bisa seimbang di atas telunjuk tanpa terjatuh.
maksudnya terkait ke alam semesta, bukan ke praktek sehari-hari. Karena alam semesta mengembang tanpa titik pusat pengembangan, maka gak ada bedanya kita menetapkan titik mana sebagai pusat semesta.

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:23:51 PM
Sungguh indah ungkapan Anda ini. Sangat berkesesuaian sekali dengan Copernican Principle yang menyatakan tidak ada tempat spesial di alam semesta, tidak ada pusat.
Di pantat saya bisa? ;D
Yup.
Tinggal kalibrasi hukumnya biar sesuai.

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:23:51 PM
*Sebentar, sebentar. Buka dulu kitab suci heliocentristnya.
Masih bawa lelucon ini?
Yang dari awal bawa copernican principle itu lu.


Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:23:51 PM
Mau pakai Relativitas Einstein, menurut saya, malah tambah blunder. Karena Relativitas tidak bisa menghalangi bumi sebagai pusat semesta, dengan alasan semua itu relatif.
halooo... yang dibahas itu gravitasi dalam relativitas umum.
Sudah tahu beda gravitasi dalam konsep Einstein dan Newton?

Bawa-bawa konsep relativitas umum, tapi dicomot yang disuka doang...

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:23:51 PMTidak ada di sini yang sedang membicarakan ilmu kimia. Kata ether sudah banyak memenuhi buku-buku dan jurnal-jurnal Fisika. Terserah Anda mau pakai Aether atau Ether.
Anda masih belum menjawab pertanyaan saya sebelumnya, "Tidak ada tuh, ungkapan Einstein soal ether untuk kelengkungan ruang-waktu. Einstein merujuk kepada "space." Anda quote mining punya siapa, ya?"
Gak ada bedanya?
Yup, jurus quote mining.
Abaikan kalau pengertian Einstein itu sama sekali gak merujuk ke unsur yang mengisi ruang angkasa dan berperan sebagai penghantar cahaya (luminiferous aether). Abaikan kalau relativitas umum Einstein justru menggantikan konsep luminiferous aether.

Tinggal googling aja soal [Einstein and Aether], ada banyak sumber panjang lebar, dan gak satupun yang mengaitkannya dengan ether dalam konsep lu. Kecuali kalau diquote mining, tentunya. Karena jika Einstein menerima konsep aether versi lu, sama saja dia menyanggah pandangannya sendiri. :P

Dan tahu beda antara space (ruang) dengan kelengkungan ruang?
Oops, quote mining gak bakal peduli perbedaannya. yang bisa dikutip ya kutip, peduli setan maknanya gak nyambung :P

ytridyrevsielixetuls

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:45:48 PM
Memang bukan itu tujuan suatu model dibentuk, bukan? ;D

Menurut saya tujuan model ilmiah dibuat adalah untuk mewakili realita, teori, cerita, anatomi tubuh, hipotesa, dsb. Ya mungkin ada tujuan lain tergantung orangnya.

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:45:48 PM
Nah, itu dia. Berhubung penyebabnya salah satu atau keduanya (pengamat atau yang diamati) yang bergerak, kenapa lantas memvonis PASTI pengamatnya-lah (baca: bumi) yang bergerak, sehingga menjadi bukti heliocentrism? Ingat, dalam sistem Neo-Tychonic, bumi diam dan selainnya bergerak.

Berarti menurut anda bintangnya yang bergerak. Kalau menurut saya buminya yg bergerak karena pengaruh gravitasi matahari. Jadi tidak semua bintang bergerak menjauhi bumi.

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:45:48 PM
Hal ini sudah saya kritisi sebelumnya. Teori alam semesta mengembang (A.K.A Expanding Universe) memegang prinsip yang diberi nama Copernican Principle atau di-saru-kan menjadi Cosmological Principle yang intinya menyatakan, "Tidak ada tempat spesial di alam semesta ini. Tidak ada pusat."

Prinsip ini, katanya, berdasarkan bukti bahwa semua galaksi-galaksi di semesta menjauh sehingga ketika diamati melalui teleskop, cahaya mereka bergeser ke spektrum merah (redshift).

Bila redshift itu adalah interpretasi dari JARAK dan KECEPATAN "distant masses" (galaksi, quasar, dll) maka apakah Anda sudah membaca temuan Yatendra Varshni soal galacto-centric (atau lebih tepatnya geo-centric) sebagaimana sudah saya post di halaman 5 thread ini?



Jika interpretasi redshift berupa jarak dan kecepatan itu tetap dipertahankan, artinya, Copernican Principle harus dilepas. Bukan begitu?

Tapi jika Copernican Principle dilepas, artinya, minimal galaksi kita ada di pusat semesta. Bukan begitu?

Tapi kalau Copernican Principle tetap dipertahankan, lantas apa bukti yang bisa mendukung hal ini? Karena prinsip ini tidak ada bukti lain selain redshift yang dinterpretasikan sebagai jarak dan kecepatan. Seperti kata Hubble:

"On the other hand, if the recession factor is dropped, if redshifts are not primarily velocity-shifts, the picture is simple and plausible. There is no evidence of expansion and no restriction of the time-scale, no trace of spatial curvature, and no limitation of spatial dimensions." ["The Observational Approach to Cosmology," hal. 63.]

Bila tidak ada bukti tapi tetap ingin mempertahankan Copernical Principle maka apakah ini bukan dogma namanya?

Yang lebih fatal lagi, bila redshift tak lagi diinterpretasikan sebagai jarak dan kecepatan, ilmuwan harus mencari metode baru untuk menghitung jarak dan usia galaksi-galaksi termasuk semesta (baca: Hubble Law). Bukan begitu?

Seperti kata nʇǝʌ∀, saya pun berpendapat menjadi heliocentrist tidak harus juga meyakini ada atau tidak ada pusat atau tempat paling spesial di alam semesta. Intinya kan percaya bumi mengelilingi matahari.

Sebagian bintang itu bergerak ke spektrum merah permanen sedangkan sebagian lagi bergerak ke spektrum merah dan biru bergantian. Artinya ada sebagian bintang yang tidak ikut menjauh dari bumi. Kalau anda tanya saya lagi mengapa saya anggap bumi yang bergerak jawabnya karena gravitasi matahari. Saya juga masih membuka kemungkinan kalau galaksi kita itu paling tengah, tapi soal benda langit apa yang ada di tengah alam semesta saya saat ini mengambil sikap netral. yang saya percayai kan bumi mengelilingi matahari.
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

ytridyrevsielixetuls

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:49:15 PM
Heliocentrism yang mana dulu, nih? Ada dua, lho. Heliocentrism jadul yang sudah ditinggalkan yang menyatakan matahari sebagai pusat semesta. Atau, heliocentrism yang menyatakan, "Tidak ada yang spesial di alam semesta ini. Tidak ada pusat?"

Yang percaya bumi mengelilingi matahari.

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:49:15 PM
Coba kita ambil contoh paling mudah. Percobaan Michelson-Morley tahun 1887 yang ditujukan untuk membuktikan pergerakan bumi melewati ether. Tapi percobaan ini gagal, meski percobaan serupa sudah dilakukan berulang-ulang hingga masa kini. Apakah berdasarkan rasionalitas yang Anda miliki, Anda sepakat dengan saya bahwa implikasi dari percobaan ini cuma menyisakan dua opsi, yaitu: (1) bumi tidak bergerak atau (2) ether tidak ada? Atau Anda punya opsi lain? Mari kita diskusikan.

Soal Michelson-Morley experiment... Saya kurang paham. Apakah intinya cahaya selalu bergerak dalam kecepatan sama dimana saja? Lalu mengenai mengapa kecepatan cahaya matahari sama ketika datang dari Utara, Selatan, Timur, Barat... Saya tidak tahu. Mungkin karena matahari berotasi dan berevolusi juga terhadap bintang lain yang lebih besar? hubungannya? Nggak tahu juga sih... mungkin gara-gara pernah denger temuan soal Solar Apex atau semacamnya. bisa saja kan cahaya terdistribusi dengan sempurna ke bumi meski bumi bergerak karena matahari juga berotasi dan berevolusi. cuma mungkin lho..

Kutip dari: Goen pada November 27, 2014, 01:49:15 PM
Yang saya tangkap dari analogi "asap" dan "suara" versi Anda adalah intinya kontribusi "distant masses" sangat kecil hingga bisa diabaikan. Bukan begitu?

Untuk analogi "asap" dan "gelombang suara" itu sebenarnya hanya contoh argumen yang ekuivalent dengan argumen anda ini :

KutipMenurut Anda, se-isolasi apakah tata surya kita dari "universe as a whole?" Apakah massa-massa (bintang, galaksi, quasar) nun jauh di sana tidak punya kontribusi ke tata surya kita?

KutipMengenai pertanyaan, "Massa objek langit apa yang mengimbangi massa matahari?" Maka jawabannya, bukan hanya mengimbangi, bahkan jauh lebih besar dari massa matahari, yaitu, massa semesta secara keseluruhan.

Intinya adalah analogi "asap" dan "gelombang suara" tadi memiliki rasionalitas yang ekuivalent dengan argumen itu :

"yang nun jauh disana tetap bisa punya kontribusi ke sini."

Kalau menurut anda pantaskah kita nihilkan begitu saja kemungkinan asap rokok di New York sampai ke Jakarta dan gelombang suara dari adzan di masjid-masjid Mekkah sampai ke Jakarta? Kalau kemungkinan itu nihil, maka hitungan atau hukum pastinya apa? Gitu maksud saya..
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

ytridyrevsielixetuls

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:31:12 PM
1. Limitasi yang menyatakan tidak ada yang lebih cepat dari cahaya ada di Teori Relativitas Khusus.
2. Limitasi ini hanya untuk segala sesuatu yang berada di dalam ruang (space) termasuk cahaya. Tapi, limitasi ini tidak berlaku untuk ruang itu sendiri.
3. Bintang-bintang itu tidak bergerak secara mandiri, tapi ruang semesta (yang berisi ether) itulah yang membawa semua objek berputar. Ilustrasinya seperti komidi putar. Limitasi hanya untuk orang-orang yang bergerak di dalam komidi putar, tapi bukan untuk wahananya sendiri.

mengapa cuma matahari saja yang mengelilingi pusat massa dalam waktu yang sama dengan ether yaitu hampir 24 jam tapi bintang-bintang lain tidak?

dan ada dimanakah asteroid itu? bagaimana orbit asteroid tidak tabrakan dengan planet atau matahari? orbit asteroid penuh terisi bebatuan. bersinggungan dengan orbit lain berarti siap tabrakan.
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

mhyworld

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:21:18 PM
Intinya, tidak memilih opsi (1)bumi bergerak dan lebih memilih opsi (2)meninggalkan ether, bukan?
...
Tampaknya anda belum benar-benar membaca isi dari link yang saya berikan. Saya bisa maklum karena artikelnya cukup panjang. Intinya artikel itu membahas kemungkinan mengenai partially entrained ether. Percobaan Michelson_Morley sendiri telah diulangi dengan ketelitian yang lebih tinggi, dan hasilnya tidak benar-benar nol, namun lebih kecil dari nilai yang diprediksi oleh teori unentrained ether.
Kutip
...
Aether-based Theories

But what about alternative theories? Are they better? And what of aether-based theories? High school science students are conditioned to ridicule the concept of a nineteenth-century luminiferous aether with eye-rolling and giggling. But is this really a contemptible idea when compared with the "new and improved" terminology of gravitational masses "warping" the fabric of "space-time"? Sounds a little like an über-aether in another guise. Given that the nothingness of a perfect absolute vacuum is bestowed with the physical properties of a permittivity, eo8.854 pF/m, a permeability, mo4p x 10-7 H/m, and a characteristic impedance of 377 ohms, is the concept of an aether really that outlandish?



Unentrained Aether

We will banish the term "aether" in due course, but let's take a closer look at this much maligned substance, given its historical importance to the whole question of the speed of light. To be certain, the 1887 Michelson-Morley (M-M) null-result disproved the concept of an unentrained aether. An unentrained aether would be totally unaffected by a gravitational field. The Earth would glide effortlessly through it without dragging any of it along, by virtue of the Earth's gravitational pull. From a scientist's perspective, an unentrained aether would come blowing through the laboratory like a hurricane with a velocity of the Earth's speed of revolution around the Sun (30 km/sec). And like the passing eye of a hurricane, the aether-wind would reverse direction twice each day as the Earth rotated on its axis. At 0.01% of c the M-M experiment was certainly sensitive enough to detect such an aether-wind, and a small non-null result was found, but not to the level expected for an unentrained aether.



Partially Entrained Aether

You won't find them mentioned in a mainstream physics text, but there are aether theories that are perfectly compatible with the M-M (almost) null-result. Suppose for a moment that the aether is partially entrained. Such a substance would be attracted by the Earth's gravitational pull, and therefore would be denser at the Earth's surface than at higher altitudes. This aether would have a density distribution with altitude that is not unlike that of the Earth's atmospheric density. Under these circumstances, the partially entrained aether would be traveling almost as fast, almost keeping pace with the Earth's tangential speed of revolution around the Sun. So from the perspective of the Earth-bound laboratory, the relative velocity between the Earth and the aether would be arbitrarily small, certainly well below 30 km/sec. And if the speed of light is constant with respect to a medium such as the aether, then in this instance a null-result would be expected, given the limited sensitivity of the M-M experiment.

This partially entrained aether would be dragged along with the Earth like an invisible atmospheric coating, but it would not rotate along with the Earth about its axis (the Earth's rotational velocity being ~0.35 km/sec at mid-latitudes). Put another way, the Earth would revolve within this aether shell. But why would there be no rotation of the aether along with the Earth? It is true that the Earth revolves within its own gravitational and magnetic fields, but these fields do not rotate with the Earth. They are generated and released to propagate outward as a symmetrical Earth rotates away from underneath. If the fields did rotate, imagine the spiraling entanglement that would be encountered at some distance out. (Likewise, the magnetic field of a cylindrical bar magnet does not rotate when the bar magnet is rotated about its (long) z-axis. This is the source of much consternation and amusement to students when demonstrating a Faraday unipolar generator.) The M-M experiment was not sensitive enough to prove or disprove the concept of a partially entrained aether, although it did detect a small fraction of a fringe shift contrary to the history books.

To reveal the Earth's rotation at work, a more sensitive version of the experiment was needed. This quest resulted in the Michelson-Gale (and Pearson) experiment of 1925, a massive interferometer experiment spread over fifty acres outside of Chicago.16 The experiment detected a fringe shift of 0.236 of one fringe due to the Earth's rotation, in agreement with aether theory and within the limits of observational error. This was a successful outcome for an aether-based theory, but it was not considered a failure of Einstein's relativity, because the rotating Earth is not considered to be an inertial frame of reference. Special relativity doesn't apply here. General relativity must come to the rescue, and the analysis is not without controversy. Relativists consider this a Sagnac-type of experiment17 in a rotating (non-inertial) frame of reference. (Also see IE #39, p. 24.)

So far, we have at least two competing theories: a partially entrained aether and Einstein's relativity. Both can explain the results of the Michelson-Morley and Michelson-Gale experiments, the Sagnac effect, (and the Häfele-Keating experiment). But we need a tie-breaking experiment for it is not good enough to merely come up with an alternative theory. We need a decisive blow.
...
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Goen pada November 28, 2014, 05:21:18 PM
...
Akan tetapi:

Pertama, kenapa hal yang sama tidak berlaku untuk Foucault Pendulum, Coriolis Effect dan Newton Bucket Experiment? Ambil Foucault Pendulum, simpangan seharusnya tidak boleh ada karena kerangka acuannya ikut terbawa bersama bumi, bukan?

Kedua, eksperimen Sagnac membuktikan bahwa prinsip Relativitas Khusus di atas ternyata tidak terbukti. Alasannya, ketika eksperimen Sagnac memisahkan dua cahaya kemudian menyatukannya kembali di interferometer yang diputar secara konstan, detektor mendapati nilai "fringe" yang konsisten dengan kecepatan putaran interferometer.

Bagaimana Anda menjawab ini?
Aether yang diusulkan dalam artikel di atas adalah medium perambatan cahaya, bukan kerangka acuan universal.
Eksperimen Sagnac menunjukkan bahwa kecepatan cahaya dipengaruhi oleh percepatan sumbernya. Dalam relativitas umum, percepatan dianggap sama saja dengan medan gravitasi.
once we have eternity, everything else can wait

Pi-One

Di saat sains lagi bahas soal pengembangan alam semesta, gravitasi kuantum, tumbukan antar galaksi, inflasi di awal big bang, dsb, si kreasionis masih memaksakan ide pusat alam semesta dan ether. Untung juga ini sudah bukan zaman yang punya pandnagna non-kreasionis dihukum.

KutipAlthough the singularity theorems of Penrose and myself, predicted that the universe had a beginning, they didn't say how it had begun. The equations of General Relativity would break down at the singularity. Thus Einstein's theory cannot predict how the universe will begin, but only how it will evolve once it has begun. There are two attitudes one can take to the results of Penrose and myself. One is to that God chose how the universe began for reasons we could not understand. This was the view of Pope John Paul. At a conference on cosmology in the Vatican, the Pope told the delegates that it was OK to study the universe after it began, but they should not inquire into the beginning itself, because that was the moment of creation, and the work of God. I was glad he didn't realize I had presented a paper at the conference suggesting how the universe began. I didn't fancy the thought of being handed over to the Inquisition, like Galileo.

mhyworld

Kutip dari: Pi-One pada November 30, 2014, 11:10:56 AM
Di saat sains lagi bahas soal pengembangan alam semesta, gravitasi kuantum, tumbukan antar galaksi, inflasi di awal big bang, dsb, si kreasionis masih memaksakan ide pusat alam semesta dan ether. Untung juga ini sudah bukan zaman yang punya pandnagna non-kreasionis dihukum.

KutipAlthough the singularity theorems of Penrose and myself, predicted that the universe had a beginning, they didn't say how it had begun. The equations of General Relativity would break down at the singularity. Thus Einstein's theory cannot predict how the universe will begin, but only how it will evolve once it has begun. There are two attitudes one can take to the results of Penrose and myself. One is to that God chose how the universe began for reasons we could not understand. This was the view of Pope John Paul. At a conference on cosmology in the Vatican, the Pope told the delegates that it was OK to study the universe after it began, but they should not inquire into the beginning itself, because that was the moment of creation, and the work of God. I was glad he didn't realize I had presented a paper at the conference suggesting how the universe began. I didn't fancy the thought of being handed over to the Inquisition, like Galileo.

Yg diatas kutipan Hawking ya?
once we have eternity, everything else can wait

Goen

Kutip dari: Pi-One pada November 28, 2014, 08:38:01 PMmaksudnya terkait ke alam semesta, bukan ke praktek sehari-hari. Karena alam semesta mengembang tanpa titik pusat pengembangan, maka gak ada bedanya kita menetapkan titik mana sebagai pusat semesta.
Inilah klaim heliocentrism terkini berupa konsep Expanding Universe dimana konsep ini didasarkan atas interpretasi redshift sebagai indikator kecepatan. Prinsip "tidak ada pusat di dalam Expanding Universe" inilah yang dikenal sebagai Copernican Principle.

Sudah lewat postingan saya tentang perkataan Hubble mengenai redshift. Jika redshift adalah efek Doppler atau indikator dari kecepatan, maka semua galaksi yang teramati menjauhi bumi menandakan bumi itu menjadi PUSAT menjauhnya galaksi-galaksi itu.

"...Such a condition would imply that we occupy a unique position in the universe, analogous, in a sense, to the ancient conception of a central Earth." [Edwin Hubble, "The Observational Approach to Cosmology, hal. 50]



Untuk mengatasi hal ini, dibentuklah prinsip yang menjadi standar keyakinan heliocentrist, yaitu, Copernican Principle. Klaimnya, bukan galaksi-galaksi yang diamati saja yang menjauh tapi galaksi tempat kita berada juga ikut menjauh. Prinsip ini menjadi keyakinan (dogma),  karena hal ini hanya asumsi saja tanpa bukti. Tidak ada bukti kalau galaksi kita ikut menjauh.

Itu pun seandainya benar bahwa redshift adalah indikator kecepatan. Padahal, ada alternatif-alternatif lain selain sebagai indikator kecepatan (efek Doppler). Tapi tentunya, heliocentrist lebih memilih untuk mencomot alternatif indikator ini dan menihilkan alternatif-alternatif lain untuk mendukung dogmanya. Kalau tidak, mau pakai dalil apa lagi untuk Copernican Principle? Hubble bilang:

"On the other hand, if the recession factor is dropped, if redshifts are not primarily velocity-shifts, the picture is simple and plausible. There is no evidence of expansion and no restriction of the time-scale, no trace of spatial curvature, and no limitation of spatial dimensions." [Idem, hal. 63]

Ambillah perkataan Hubble bahwa redshift adalah indikator kecepatan, dogma Copernican Principle ternyata tidak berlangsung lama. Ketika Varshni membuat katalog quasar-quasar berdasarkan nilai redshiftnya, didapati bahwa galaksi kita ternyata berada dalam ruang "void" dalam radius tertentu, setelah itu diikuti distribusi quasar-quasar yang makin lama makin rapat. Silahkan lihat postingan saya sebelumnya perihal temuan Varshni, Galacto-Centric.

KutipMasih bawa lelucon ini?
Yang dari awal bawa copernican principle itu lu.
Masih hangat tulisan Anda sendiri di atas. Anda itu cuma tidak sadar sedang membicarakan Copernican Principle.

Kutiphalooo... yang dibahas itu gravitasi dalam relativitas umum.
Sudah tahu beda gravitasi dalam konsep Einstein dan Newton?

Bawa-bawa konsep relativitas umum, tapi dicomot yang disuka doang...
Standar ganda. ;D

Ketika heliocentrist bawa-bawa sains untuk membatalkan geocentrism, mereka juga cuma mencomot sebagian yang bisa menguatkan pendapat mereka. Padahal, mereka seharusnya tahu bahwa ternyata sains-sains yang mereka bawa itu tidak menutup peluang geocentrism sama sekali.

KutipGak ada bedanya?
Yup, jurus quote mining.
Abaikan kalau pengertian Einstein itu sama sekali gak merujuk ke unsur yang mengisi ruang angkasa dan berperan sebagai penghantar cahaya (luminiferous aether). Abaikan kalau relativitas umum Einstein justru menggantikan konsep luminiferous aether.
Tidak baca?

...According to the general theory of relativity space without ether is unthinkable; for in such space there not only would be no propagation of light, but also no possibility of existence for standards of space and time (measuring-rods and clocks), nor therefore any space-time intervals in the physical sense." [[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]]

KutipTinggal googling aja soal [Einstein and Aether], ada banyak sumber panjang lebar, dan gak satupun yang mengaitkannya dengan ether dalam konsep lu. Kecuali kalau diquote mining, tentunya. Karena jika Einstein menerima konsep aether versi lu, sama saja dia menyanggah pandangannya sendiri. :P
Tepat sekali. Surat Einstein ke Universitas Leyden tahun 1920 itu lebih kepada pandangan beliau pribadi. Bukan sikap resmi yang kemudian dituangkan ke dalam teori Relativitas. Jika tidak ditafsiri, pandangan Einstein soal medium ether akan Anda dapati tidak mendapat dukungan, sebagaimana dibuktikan dalam kutipan Anda sendiri sebelumnya. Jadi, sebagian besar Relativist harus membuat penafsiran berbeda. Anda pun akan mendapati berbagai penafsiran ini memenuhi buku-buku Relativitas dan paling banyak muncul ketika Anda meng-googling-nya.

Dalam konteks ether, hal inilah yang membuat saya dari awal tidak mengambil pandangan sebagian besar kaum Relativist, tapi langsung mengutip perkataan Einstein. Kalau pandangan Einstein ini diakui sebagai sikap resmi, tentu akan kontradiktif dengan teori Relativitas itu sendiri yang menyatakan bahwa tidak ada medium yang bertindak sebagai kerangka acuan yang absolut (baca: medium ether).

Einstein itu jenius, lho. Einstein itu tahu ada kelemahan pada teori Relativitas miliknya. Salah satunya, pada konsep ruang-waktu (space-time). Konsep ruang-waktu Relativitas itu abstrak. Cuma digambarkan secara geometri berupa panjang x lebar x tinggi x waktu. Tidak ada: "Physical Mechanisms." Dan medium ether inilah yang dicoba dikonsolidasikan oleh Einstein. Sangat disayangkan memang. Karena dengan demikian, Relativitas Khusus yang dibangga-banggakan bisa menjawab gagalnya eksperimen Michelson-Morley dalam mendeteksi pergerakan Bumi di lautan ether harus di-"recall." Tentunya hal ini akan membangkitkan opsi lama yang sudah ditinggalkan, yaitu, opsi (1)bumi tidak bergerak dan melepas opsi (2)ether tidak ada.

Prof. Robert B. Laughlin berkata:

"It is ironic that Einstein's most creative work, the general theory of relativity, should boil down to conceptualizing space as a medium when his original premise was that no such medium existed... Einstein...utterly rejected the idea of ether and inferred from its nonexistence that the equations of electromagnetism had to be relative. But this same thought process led in the end to the very ether he had first rejected, albeit one with some special properties that ordinary elastic matter does not have. The word 'ether' has extremely negative connotations in theoretical physics because of its past association with opposition to relativity. This is unfortunate because, stripped of these connotations, it rather nicely captures the way most physicists actually think about the vacuum.

In the early days of relativity the conviction that light must be waves of something ran so strong that Einstein was widely dismissed. Even when Michelson and Morley demonstrated that the earth's orbital motion through the ether could not be detected...
["A Different Universe: Reinventing Physics from the Bottom Down," hal. 120]

Masih ingat perkataan Laughlin bahwa membicarakan ether adalah hal yang tabu?

"The modern concept of the vacuum of space, confirmed every day by experiment, is a relativistic ether. But we do not call it this because it is taboo." [Idem, hal. 121]

Hal itu disebabkan karena begitu bencinya Relativist dengan perkataan ini (baca: ether). Sikap Anda di thread ini pun telah membuktikannya. Bisa dijamin dalam dunia nyata, karir keilmuwan seseorang menjadi beresiko ketika dia mulai membicarakan ether. Memang luar biasa doktrin satu ini.

"...the impression of suggesting an ether theory is carefully avoided, because such can still be career suicide. Only physicists who were established beyond reproach could discuss ether-like aspects openly, like George Chapline, Gerd't Hooft, Robert Laughlin, or Frank Wilczek, just to alphabetically list a few who did. Today, we finally witness the dams breaking and ever more people dare to 'come out.'" [Sascha Vongehr, "Supporting Abstract Relational Space-Time as Fundamental without Doctrinism Against Emergence," Nanjing University, China, Des. 2009, hal. 2]

Satu lagi, bukan cuma pandangan pribadi Einstein soal medium ether saja yang tidak didukung. Einstein juga pernah berpandangan untuk mengubah prinsip "constancy of light c in vacuum." But, that is another story. :)

Goen

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada November 29, 2014, 04:56:47 AMMenurut saya tujuan model ilmiah dibuat adalah untuk mewakili realita, teori, cerita, anatomi tubuh, hipotesa, dsb. Ya mungkin ada tujuan lain tergantung orangnya.
Yah, saya cuma menanggapi postingan Anda sebelumnya yang menganggap bahwa Neo-Tychonic itu untuk membatalkan heliocentrism.

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada November 29, 2014, 05:04:00 AMYang percaya bumi mengelilingi matahari.
Oke. Percaya di sini apakah percaya secara keyakinan hati atau memang tahu ilmu sainsnya?

Kalau memang hanya keyakinan hati, yah, saya tidak mau berdebat. Anggap sajalah seperti toleransi beragama. ;D

Tapi kalau memang tahu ilmu sainsnya, setidaknya Anda punya pegangan bukti yang bisa menutup peluang geocentrism. Ini yang benar-benar ingin saya ketahui.

Adapun saya, kedua-duanya.

KutipSoal Michelson-Morley experiment... Saya kurang paham. Apakah intinya cahaya selalu bergerak dalam kecepatan sama dimana saja? Lalu mengenai mengapa kecepatan cahaya matahari sama ketika datang dari Utara, Selatan, Timur, Barat... Saya tidak tahu. Mungkin karena matahari berotasi dan berevolusi juga terhadap bintang lain yang lebih besar? hubungannya? Nggak tahu juga sih... mungkin gara-gara pernah denger temuan soal Solar Apex atau semacamnya. bisa saja kan cahaya terdistribusi dengan sempurna ke bumi meski bumi bergerak karena matahari juga berotasi dan berevolusi. cuma mungkin lho..
Nah, dengan eksperimen Michelson-Morley inilah saya akan gunakan untuk membantah heliocentrism versi Anda itu. Dimana, bumi be-revolusi terhadap matahari. Coba lihat desain interferometer Michelson-Morley di bawah ini.



Cahaya dari satu sumber dibagi dua oleh cermin khusus sehingga arahnya saling tegak lurus. Satu horizontal Barat-Timur bolak-balik, satunya lagi vertikal Utara-Selatan bolak-balik. Pada akhirnya, kedua cahaya ini disatukan kembali oleh cermin khusus yang tadi untuk kemudian diteruskan ke detektor. Di detektor akan tercatat garis-garis inteferensi yang disebut dengan "fringe."

Asumsi Michelson-Morley adalah, cahaya merambat di medium ether yang statis. Jadi, bila bumi bergerak ke arah Barat-Timur seharusnya cahaya yang menuju Timur akan melambat karena melawan ether daripada cahaya yang menuju Barat. Indikasinya pasti terlihat dengan adanya perubahan panjang gelombang cahaya yang merambat horizontal. Sementara cahaya yang merambat vertikal, antara Utara-Selatan atau sebaliknya tidak akan ada perubahan. Itu sebabnya, ketika disatukan kembali, harus muncul fringe yang nilainya setara dengan kecepatan bumi mengelilingi matahari sebesar 30 km/s. Dan nilai yang diinginkan adalah 0,4. Ada perhitungan matematisnya kalau Anda mau.

"The experiments on relative motion of earth and ether have been completed and the result is decidedly negative. The expected deviation of the interference fringes from the zero should have been 0.40 of a fringe – the maximum displacement was 0.02 and the average much less than 0.01 – and then not in the right place. As displacement is proportional to squares of the relative velocities it follows that if the ether does slip past (the Earth -red) the relative velocity is less than one sixth of the Earth's velocity." [Dorothy M. Livingston, "The Master of Light: A Biography of Albert A. Michelson," hal. 130.]

Eksperimen Michelson-Morley bukan tidak mendapati fringe sama sekali, namun, nilai fringe-nya tidak sesuai harapan. Maksimal nilai fringe yang didapat sebesar 0,02. Ini artinya, implikasi atas temuan ini adalah: (1)bumi tidak bergerak [ether tetap ada] atau (2)[bumi bergerak] ether tidak ada. Ada opsi ketiga yang merupakan kombinasi keduanya, yaitu, (3)bumi bergerak membawa ether bersamanya, tapi hakikat opsi ketiga ini  sebenarnya sama dengan opsi kedua. Nanti di bawah saya akan bahas opsi ketiga ini selagi menanggapi postingan sdr. mhyworld.

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada November 29, 2014, 05:11:57 AMmengapa cuma matahari saja yang mengelilingi pusat massa dalam waktu yang sama dengan ether yaitu hampir 24 jam tapi bintang-bintang lain tidak?
Waktu perputaran semesta adalah 23 jam 56 menit (sidereal day). Sementara matahari lebih lambat 4 menit, sebesar 24 jam (solar day). Bulan juga melambat 54 menit sehari, sebesar 24 jam 50 menit (lunar day). Perlambatan ini dikarenakan gaya sentrifugal yang keluar dari bumi melawan arah rotasi semesta. Dalam Newtonian dikenal sebagai "fictitious force." Tapi, sebenarnya gak fiktif.

Jadi, begini. Semesta geocentric itu 'kan digambarkan bola besar yang berputar sehari-semalam (Mach Universe). Perputaran ini menimbulkan gaya sentripetal (ke pusat). Di jurnal Luka Popov yang sempat saya posting sebelumnya, gaya ini disebut sebagai pseudo-potential. Nah, ketika gaya ini sampai ke bumi, gaya ini berbalik arah menghasilkan gaya sentrifugal. Kedua gaya ini jelas akan saling "cancel." Dalam jarak tertentu dari bumi akan terbentuk zona "equilibrium." Pada zona ini satelit menjadi tidak bergerak (geostationer). Gaya sentrifugal inilah yang membuat matahari dan bulan melambat. Tentu semakin jauh, efeknya akan semakin berkurang dan menghilang.



Saya sudah posting sebelumnya bagaimana Eintein menyetujui Mach Principle. Berikut ini kutipan lain yang sedikit lebih jelas.

"According to Einstein, the argument over whether the earth turns around or the heavens revolve around it, is seen to be no more than an argument over the choice of reference frames. There is no frame of reference from which an observer would not see the effects of the flattening of the poles. Thus in frame number 1 (the earth turns round while the sky is at rest), the centrifugal force is a consequence of the earth's motion (uniform acceleration) relative to the heavens. This causes the flattening. In the latter frame, number 2 (the sky rotates and the earth stands still), the centrifugal force should be understood as being an effect of the rotating heavens, which is generating a gravitational field that causes the flattening of the poles. The two explanations are equivalent as there is equivalence between inertial and gravitational mass." [Galina Granek, "Einstein's Ether: D. Rotational Motion of the Earth," Department of Philosophy, Vol. 8, No. 2, hal. 61.]

Kutipdan ada dimanakah asteroid itu? bagaimana orbit asteroid tidak tabrakan dengan planet atau matahari? orbit asteroid penuh terisi bebatuan. bersinggungan dengan orbit lain berarti siap tabrakan.
Sebagian besar asteroid ada di antara orbit Mars dan Jupiter.

Goen

Kutip dari: mhyworld pada November 29, 2014, 11:43:31 PMTampaknya anda belum benar-benar membaca isi dari link yang saya berikan. Saya bisa maklum karena artikelnya cukup panjang. Intinya artikel itu membahas kemungkinan mengenai partially entrained ether. Percobaan Michelson_Morley sendiri telah diulangi dengan ketelitian yang lebih tinggi, dan hasilnya tidak benar-benar nol, namun lebih kecil dari nilai yang diprediksi oleh teori unentrained ether.
Hasil Michelson-Morley memang tidak nol, tapi tidak sesuai dengan prediksi fringe seharusnya sebagaimana postingan saya di atas. Mengenai opsi "partially entrained ether," meski tidak meniadakan ether, sebenarnya opsi ini tercakup dalam opsi 2 yang saya cantumkan sebelumnya:

1. Bumi tidak bergerak (ether tetap ada).
2. (Bumi bergerak) ether tidak ada.
3. Bumi bergerak ether tetap ada (terseret).

Perbedaannya adalah, kerangka acuan untuk cahaya itu space-time geometry untuk opsi 2 dan medium ether untuk opsi 3. Yang satu abstrak, yang satu fisik. Yang satu frame-dragging, yang satu ether-dragging. Kedua hal ini sebenarnya sudah terwakili satu sama lain dalam opsi 2. Dan sama-sama kontradiktif atas 2 pertanyaan saya sebelumnya:

1. Pendulum Foucault, Efek Coriolis dan Eksperimen Newton Bucket.
2. Eksperimen Sagnac.

Okelah, mungkin untuk opsi 3 yang terseret hanya sebagian, seperti judulnya, "partially entrained ether." Ini bisa menjelaskan pertanyaan nomor 1 di atas, tetapi eksperimen Sagnac menunjukkan bahwa fringe yang diperoleh konsisten dengan kecepatan putaran interferometer. Bila yang terseret hanya sebagian, fringe yang tercatat harusnya LEBIH KECIL dari nilai yang diharapkan persis seperti eksperimen Michelson-Morley.

Penjelasan untuk eksperimen Sagnac yang masuk akal adalah, tidak ada kerangka acuan yang terseret baik sebagian atau pun seluruhnya bersama perputaran interferometer. Cahaya dalam eksperimen Sagnac masih mengambil kerangka acuan bumi.

Kutip dari: mhyworld pada November 30, 2014, 12:12:24 AMAether yang diusulkan dalam artikel di atas adalah medium perambatan cahaya, bukan kerangka acuan universal.
Pemisahan ini keliru. Kerangka acuan itu istilah, medium ether itu fisiknya.

Medium ether dalam hal ini adalah substansi yang mengisi seluruh ruang kosong di dalam semesta, bahkan ruang antar atom. Itu sebabnya dia berfungsi menjadi medium perambatan elektromagnetik versi Maxwell (listrik, magnet dan cahaya) dan sekaligus agen gravitasi versi Le Sage.

KutipEksperimen Sagnac menunjukkan bahwa kecepatan cahaya dipengaruhi oleh percepatan sumbernya. Dalam relativitas umum, percepatan dianggap sama saja dengan medan gravitasi.
Interferometer Sagnac berputar secara konstan. Tidak ada percepatan.

Tambahan untuk "[partially] entrained ether." Ide awalnya adalah berasal dari pemikiran Petr Beckmann:

"The Earth's field 'translates' with the Earth, but it does not rotate with its rotation" [Tom Bethell, "Questioning Einstein: Is Relativity Necessary?," hal. 181.]

Pertanyaan yang mengganjal adalah: kecepatan antara translasi dan rotasi bumi masih besar kecepatan translasi, kenapa ether bisa terseret pada kecepatan tinggi daripada kecepatan rendah? Bagaimana mekanisme fisikanya?

mhyworld

Kutip dari: Goen pada Desember 01, 2014, 12:33:03 PM
...Pemisahan ini keliru. Kerangka acuan itu istilah, medium ether itu fisiknya.

Medium ether dalam hal ini adalah substansi yang mengisi seluruh ruang kosong di dalam semesta, bahkan ruang antar atom. Itu sebabnya dia berfungsi menjadi medium perambatan elektromagnetik versi Maxwell (listrik, magnet dan cahaya) dan sekaligus agen gravitasi versi Le Sage.
...
Memang jadi keliru kalau menggunakan teori yang anda ikuti. Apakah kerangka acuan cahaya secara otomatis menjadi kerangka acuan mekanis? Contoh yang dapat dijumpai sehari-hari, cahaya dibelokkan oleh gradasi density udara panas dekat permukaan tanah dalam efek fatamorgana. Namun peluru yang ditembakkan searah dengan cahaya tersebut tidak serta merta mengikuti lintasannya.
once we have eternity, everything else can wait

mhyworld

Kutip dari: Goen pada Desember 01, 2014, 12:33:03 PM
...Interferometer Sagnac berputar secara konstan. Tidak ada percepatan.

...
Tanpa percepatan, interferometer itu akan diam atau bergerak lurus beraturan. Benda bergerak melingkar karena ada percepatan yang arahnya tegak lurus dengan arah gerak liniernya.
once we have eternity, everything else can wait