Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 03:53:59 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 188
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 141
Total: 141

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

The Subtle Art of Not Giving a F*ck - Buku kategori self help yang sangat unik

Dimulai oleh dummy, September 14, 2020, 01:06:11 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

ikraduya

[Disclaimer: saya tidak mengendorse buku ini]

The Subtle Art of Not Giving a F*ck
a book by Mark Manson

Setelah dua minggu akhirnya saya menamatkan buku ini. Buku dengan kategori Pengembangan Diri (Self Development/Self Help) ini adalah buku pertama yang saya tamatkan di tahun ini. Buku ini menawarkan suatu perspektif pengembangan diri yang sangat berbeda dibandingkan dengan buku-buku sejenis. Buku pengembangan diri biasanya (yang saya ketahui) akan membahas tentang pentingnya berpikiran positif, kiat menemukan kebahagiaan, menyelesaikan permasalahan, memotivasi diri kita dengan mengatakan bahwa kita adalah manusia yang spesial, dan berbagai hal-hal positif membangun lainnya.

Ketika membaca sinopsis buku ini, saya begitu tertarik dengan pemikiran yang penulis paparkan. Walapun tetap membahas hal-hal yang disebutkan di atas, penulis seringkali menyangkal ide, menolak suatu konsep, dan "menjauhkan" para pembaca dari perasaan-perasaan menyenangkan.

Sesuai dengan subtitle buku ini "Pendekatan yang Waras Demi Menjalani Hidup yang Lebih Baik", Penulis tetap menginginkan para pembaca dapat menjalani hidup yang lebih baik namun melalui pendekatan yang "waras".

Garis-garis besar (bab-bab) di dalam buku ini diantaranya:
- Jangan Berusaha (jika hanya membaca judulnya, akan sangat berbahaya)
- Kebahagiaan itu Masalah
- Anda Tidak Istimewa
- Nilai Penderitaan (pentingnya mengalami penderitaan)
- Anda Selalu Memilih (ini bagian yang paling saya suka "anda selalu memilih dan bertanggung jawab terhadap apa yang anda rasakan")
- Anda Keliru tentang Semua Hal
- Kegagalan adalah Jalan untuk Maju
- Pentingnya Berkata Tidak
- ...Dan Kemudian Anda Mati

Secara keseluruhan saya sangat menyukai buku ini. Memang, saya akui saya merupakan penggemar buku pengembangan diri sejak dulu. Namun belum ada buku lain (yang saya baca) memberikan ide dengan pendekatan berbeda seperti buku ini. Bagi penggemar buku pengembangan diri, saya sangat sarankan untuk menantang pikiran anda dengan membaca buku ini. Dan bagi pembaca yang tidak terlalu menyukai buku pengembangan diri, saya sarankan juga untuk mencoba.

Dengan judul bab yang aneh-aneh, pembaca akan diajak untuk mengevaluasi pikirannya sendiri, dan penulis akan terus menerus menunjukkan kejanggalan di dalam pikiran pembaca. Selain itu, penulis juga sering menjelaskan suatu konsep dengan menggunakan cerita, baik cerita pengalaman pribadinya sendiri, pengalaman kerabatnya maupun pengalaman orang-orang terkenal di dunia.

Konsep di buku ini yang juga menarik bagi saya adalah Hukum Kebalikan. Dikutip dari buku ini: "Inilah apa yang dulu pernah disebut oleh filsuf Alan Watts sebagai "hukum kebalikan" –intinya adalah: semakin kuat Anda berusaha merasa baik setiap saat, Anda akan merasa semakin tidak puas, karena mengejar sesuatu hanya akan meneguhkan fakta bahwa pertama-tama Anda tidak baik" Kutipan ini terdapat di bab pertama.

Bab terakhir merupakan perjuangan bagi saya untuk membacanya, kenapa? Bayangkan anda memiliki phobia ketinggian, lalu tiba-tiba anda berdiri di atas tebing dengan jurang di bawahnya, kira-kira seperti itu yang saya rasakan ketika membacanya.

Ya, saya mempunyai phobia, atau lebih tepatnya gangguan kecemasan yang berawal dari serangan panik terhadap kematian. Ini sudah berlangsung selama kurang lebih 2 tahun. Di awal masa-masa itu saya mengalami guncangan psikologis yang luar biasa, saya tidak mengerti bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan seringkali menghindar dari permasalahan itu. Saya baru bisa menerima gangguan tersebut di diri saya setelah 1 tahun menjalaninya, ketika saya sudah mulai berkuliah.
Tapi permasalahan ini belum sepenuhnya tuntas, karena ketika saya mendengar atau memikirkan kematian, saya selalu memalingkan perhatian saya terhadap hal-hal lain. Atau dengan kata lain, saya menghindar. Saya tidak ingin merasakan penderitaan, mengingat kejadian buruk dan menghadapi diri saya sendiri. Penghindaran itu hanya berdampak sementara, dan tidak memecahkan masalah utama.

Setelah saya membaca buku ini saya belajar bagaimana cara menerima keadaan, memilih dan bertanggung jawab atas perasaan, menikmati penderitaan dan kegagalan serta tidak takut untuk mengingat kematian sebagai kodrat manusia.