Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 06:48:46 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 112
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 124
Total: 124

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Jangan Minum Susu Sapi!

Dimulai oleh biobio, Mei 16, 2009, 12:27:27 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

biobio

kemarin baca tulisannya dahlan iskan di koran...minta pendapat anak FK ato ahli farmasi ato apalah...
ini beritanya:

Jumat, 2009 Mei 15
Dahlan Iskan: Susu Sapi Bukan untuk Manusia
Tidak ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu -kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?

"Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya," ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.

Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama karirnya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.

Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.

Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang "jelek": benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.

Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.

Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.

Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.

Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak "lomba lari" oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.

Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.

Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.

Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi "modal" oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam "lumbung enzim-induk". Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari "lumbung"-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.

Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.

Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.

Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.

Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan "jelek" itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.

Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan "pengobatan" seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan "pengobatan" alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.

Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.

Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah. Nah..... gan pei!

sumber : [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
"The pen is mightier than the sword"

paladin-x

Komen nga....
Susu Sapi Bukan untuk Manusia, saya setuju!!!
Susu Sapi ya untuk anak sapi, Air Susu Ibu ya untuk anak Ibu

Aghie

Ehemmmm
KAlau yang udah dewasa gimana prof? minum susu apa baiknya ni????  :-*

marshall

trus gimana dengan 4 sehat 5 sempurna dunk??
(abis judulnya ngancem..;D)

juga pernah denger tentang susu kambing. katanya sih banyak manfaatnya juga.

kalo susu ibu...
ngeri ah..takut udah kadaluarsa..:D
".............

syx

gw kasi komentarnya dikit-dikit ya...

Kutip dari: biobio pada Mei 16, 2009, 12:27:27 PM
Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita. Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat. Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan "enzim induk" yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.

enzim tidak bekerja universal, demikian juga dengan enzim pencernaan. ada enzim yang bekerja memecah ikatan pada karbohidrat, ada yang bekerja pada protein, ada yang bekerj pada lemak. di mulut, ptialin ato liur hanya memiliki amilase yang berperan memecah karbohidrat. susu utamanya mengandung protein dan lemak, jadi ya maaf aja kalo emang ga ada interaksi antara susu dan enzim di mulut. protease ada di gastric yang cara kerjanya harus diaktivasi oleh asam. jadi enzim ini tidak boleh aktif dalam sel karena bisa merusak sel sendiri. setelah di luar sel barulah enzim ini diaktifkan. di sini protein susu dipecah menjadi peptida dan asam amino yang selanjutnya diserap di usus.
susu dan daging adalah sumber protein. silakan aja dimakan. pembatasan daging mungkin emang perlu karena biasanya daging juga mengandung lemak yang bisa membahayakan kesehatan. yang patut diperhatikan adalah asupan serat yang mencukupi hingga memudahkan buang air besar. kalo kurang serat emang rasanya pas bab ga nyaman...

biobio

susu punya laktosa kan, bisa dihidrolisis sama beta-galaktosidase yang namanya laktase...
"The pen is mightier than the sword"

F.K.

 Wah klo Susu berbahaya karena merupakan benda cair shingga g' sempat berinteraksi dg enzim yg ada di mulut sehingga untuk mencernanya jd susah..
Gmana dg minuman yg laen..
Seperti jus misalnya..
Klo masalahnya cma biar bisa berinteraksi ma enzim yg ada d mulut...
Y klo mminum susu di mut dulu d mulut yg lama, n g' langsung ditelan..


Trz gmana dengan bayi yang kebetulan g' dapet asi dari ibunya...
Gmana nasib mereka?

syx

laktase ini ada dalam ptialin? ato apa laktose bisa dipecah oleh enzim dalam ptialin?

biobio

Kutip dari: syx pada Mei 18, 2009, 10:59:55 AM
laktase ini ada dalam ptialin? ato apa laktose bisa dipecah oleh enzim dalam ptialin?
di hati, ginjal, dan usus kecil kalo ga salah...
Kutip dari: F.K. pada Mei 18, 2009, 10:58:25 AM
Trz gmana dengan bayi yang kebetulan g' dapet asi dari ibunya...
Gmana nasib mereka?
biasanya bayi (kalo ga salah) punya laktase dlm jumlah lbh besar...FK? fakultas kedokteran?
"The pen is mightier than the sword"

F.K.

Bkn, ak bukan dr fakultas kedoktern....
Ak bahkan g' pingen jd dokter..
Kbetulan inisial nama ku F.K.

nandaz

Kutip dari: syx pada Mei 18, 2009, 10:59:55 AM
laktase ini ada dalam ptialin? ato apa laktose bisa dipecah oleh enzim dalam ptialin?
berarti cuman terjadi dalam mulut? soalnya kalo sudah sampe kedalam lambung enzim ptialin ngga effect, karena dipengaruhi oleh PH asam lambung, kalo ngga salah seharusnya di gantikan oleh enzim yang lebih kuat, disakarase untuk memecah polisakarida menjadi disakarida....kalo yang dalam lambung,
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

Muztank

enzim renin kan yg mengubah kaseinogen...

Nabih

Kutip dari: biobio pada Mei 18, 2009, 10:23:40 AM
susu punya laktosa kan, bisa dihidrolisis sama beta-galaktosidase yang namanya laktase...
??? ??? ??? ??? ???

nandaz

...kurasa hal ini terlalu naif dipercaya, bagaimanapun juga banyak manusia dimuka bumi ini yang mengonsumsi susu dari sapi sejak kecil bahkan hingga sekarang...tapi, saya yakin 99% mereka menganggap itu tidak berdampak terlalu besar pada kesehatan, justru sangat menyehatkan, saya sendiri buktinya, saya takpernah bermasalah akan sistem pencernaan yang disebabkan oleh susu...kalo boleh tau, ada yang beda pendapat ngasih, pengalaman yang buruk nya, apa itu sungguh2? kalo sejak kecil sudah terbiasamengonsumsi susu, justru tubuh akan beradaptasi akan pengaruh enzim yang taksempat melumat emulsi itu...contoh yang benar tentu ada, ada pada anak kucing...pernah ngasih susu instant dari sapi pada anak kucing?, sebagian anak kucing akan meminumnya sedikit, dan lalu mereka bisa saja berhenti minum karena perutnya sakit,hal ini disebabkan oleh kareba kucing tidak mempunyai enzim untuk mencerna selulosa pada susu...sebagian kucing akan terbiasa, ada juga yang engga...tapi, pantasnya susunya dari induknya sendiri....
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

syx

saya uda beli (tapi blom selesai baca) buku Dr Hiromo Shinya. teorinya berkaitan dengan susu masih masuk akal. ntar kita bahas aja bareng. masi banyak hal baru lain di dalamnya.