Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 01:58:31 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 102
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 1
Guests: 101
Total: 102

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Obat Pereda Sakit dan Penurun Panas

Dimulai oleh syx, Maret 24, 2009, 08:46:51 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

syx

Obat pereda nyeri aman dan efektif jika digunakan secara benar. Jutaan orang menggunakan obat ini setiap hari. Pemakaian tidak sesuai anjuran yang tertera pada label bisa menyebabkan akibat yang serius.
Satu hal yang perlu diperhatikan selama pemakaian obat over-the-counter (OTC) adalah label yang memuat daftar isi bahan aktif. Banyak obat OTC yang dijual untuk pemakaian berbeda namun memiliki bahan aktif yang sama. Bukan itu saja, bahan aktif dalam OTC juga bisa ditemui dalam obat resep. Misalnya, obat batuk dan flu bisa mengandung bahan aktif yang sama dengan obat sakit kepala atau obat resep untuk penghilang rasa sakit.
Pada dasarnya ada dua jenis obat OTC pereda nyeri, yaitu yang mengandung acetaminophen atau paracetamol dan yang mengandung non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Obat ini digunakan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri minor yang berkaitan dengan sakit kepala, demam, flu, artritis, sakit gigi, kram menstruasi, dan migren.
Acetaminophen adalah pereda nyeri dan penurun panas yang paling umum digunakan. Pemakaian bahan ini dalam jumlah berlebih bisa menyebabkan kerusakan hati. Resiko kerusakan hati bisa meningkat karena konsumsi alkohol selama pemakaian obat yang mengandung acetaminophen. Tanda-tanda atau gejala gangguan hati antara lain warna mata dan kulit berubah menjadi kuning, urin berwarna lebih gelap, feses berwarna lebih terang, mual, muntah dan kehilangan nafsu makan. Tanda yang terjadi bisa mirip dengan gejala flu hingga tidak diketahui selama beberapa hari karena pasien beranggapan itu adalah gejala penyakit awal yang ingin diobati. Gangguan yang lebih serius bisa berupa gangguan mental, koma, dan bahkan kematian.
NSAID juga sering digunakan sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Contoh obat dari golongan ini antara lain aspirin, ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko pendarahan lambung selama pemakaian obat ini, antara lain usia di atas 60 tahun, penggunaan obat pengencer darah, sebelumnya telah memiliki tukak lambung atau masalah pendarahan yang lain. Jika ada faktor resiko tersebut sebaiknya pasien memberitahukan kepada dokter sebelum pemakaian NSAID. NSAID juga bisa menyebabkan gangguan ginjal, yang faktor resikonya bisa meningkat pada pasien yang berusia di atas 60 tahun, pasien dengan tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau sebelumnya mengidap gangguan ginjal, dan/atau pasien yang menggunakan obat diuretik.
Jadi kenali obat yang akan anda gunakan dan jangan gunakan melebihi dosis yang dianjurkan. Sebaiknya tidak menggunakan obat melebihi waktu yang ditentukan atau menggunakan beberapa produk obat yang mengandung bahan yang sama pada saat bersamaan.

Sumber:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

h4ry

klo Db ?

pa jga sama kalau disaat lagi panas dikasih obat itu , , ,  ;D ;D
_Don't Be Affraid_

syx

demam berdarah? dalam penyakit ini acetaminophen yang jadi pilihan utama. pemakaian NSAID dihindari karena resiko pendarahan lambung dan beberapa bisa mengganggu proses pembekuan darah. akibatnya NSAID bisa memperparah pendarahan yang ada pada dbd akibat penurunan trombosit.

biobio

Apa yang terjadi ketika kita mengkonsumsi analgesik (misal:asam mefenamat) dalam jumlah berlebih?
"The pen is mightier than the sword"

syx

ini yang dimaksud adalah pemakaian obat NSAID (non steroidal antiinflammatory drugs) secara berlebih? efek samping tentu saja berkaitan dengan mekanismenya dalam menghambat pembentukan (biosintesa) prostaglandin (PG). selain itu karena kebanyakan obat golongan ini bersifat asam (asam salisilat, asam mefenamat, asam diklofenak, dll), maka lebih sering ngumpulnya pada sel yang bersifat asam, misalnya di lambung, ginjal dan jaringan yang meradang. karena itu efek sampingnya lebih banyak pada tempat ngumpulnya itu karena kadarnya yang cenderung tinggi di area situ.
secara umum efek samping cenderung terjadi pada tiga sistem organ, yaitu saluran cerna, ginjal dan hati. jadi pemakaian berlebih bisa merusak hati, terutama pada pasien lansia. apesnya lagi emang pasien lansia yang banyak pake obat ini karena udah mulai sering ngilu karena encok ato penyakit masa tua lainnya.
efek lain yang sering nongol adalah tukak lambung ato yang biasa disebut sakit maag. kadang bisa parah banget sampe pendarahan lambung yang diikuti anemia sekunder. beratnya efek samping ini tergantung obatnya. ada dua mekanisme yang bisa terjadi, yaitu efek lokal dan efek sistemik. efek lokal terjadi kalo obat kontak langsung pada permukaan mukosa lambung dalam jumlah yang tinggi, misalnya obat tidak pecah dengan cepat di lambung sehingga bentukan tablet menempel pada mukosa. efek lokal ini paling banyak ditemui kalo kita menggunakan asam salisilat. makanya sekarang sediaan asam salisilat ada dalam bentuk esternya, aspirin dan dibuat dalam sediaan tablet salut enterik, artinya obat dilepaskan di usus.
efek sistemik terjadi setelah obat diserap dan menghambat biosintesa PGE2 dan PGI2. kedua macam prostaglandin ini banyak terdapat di mukosa lambung dan berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus yang bersifat sitoprotektif.
efek samping lan adalah gangguan fungsi trombosit akibat hambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2). efek samping ini dipake juga dalam terapi dan pencegahan tromboemboli, misalnya aspirin dalam dosis 80 mg.

nandaz

Kutipkedua macam prostaglandin ini banyak terdapat di mukosa lambung dan berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus yang bersifat sitoprotektif.
...hmm, baru tau sekresi mukus juga ada dilambung(sebelumnya kupikir cuman dihidung) :)

oh ya ada yang tidak dimengerti disini istilahnya maksudnya apa?
1.
Kutippencegahan tromboemboli
2.
Kutippasien lansia
3.
Kutipanemia sekunder
starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

syx

di lambung ada lapisan mukus untuk mencegah kontak langsung antara enzim pencerna protein dan asam lambung terhadap sel permukaan dinding lambung. tau sendiri kan akibatnya kalo enzim pencerna ini mengenai sel yang juga terdiri dari protein?

tromboemboli adalah penyumbatan pembuluh darah yang disebabkan aktifitas abnormal dari trombosit.

lansia adalah singkatan dari lanjut usia.

anemia adalah penyakit kekurangan darah, terutama sel darah merah (atau hemoglobinnya) sebagai pengangkut makanan dan oksigen. penyebabnya bisa karena ketidakmampuan membentuk sel darah merah, misalnya karena gangguan sumsum tulang pembentuk sel darah merah, kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12; kehilangan darah karena pendarahan; atau karena perusakan sel darah merah dalam waktu singkat. anemia sekunder adalah yang disebabkan oleh pendarahan.

nandaz

starting by doing what is necessary, then what is possible and suddenly you are doing the impossible...
\dia\cal{ANONYMOUS}\cl

ade_sugi

mohon saran syx (global moderator frofesor)

bagaimana klo kt udah mengkomsumsi untuk menetralkannya?
adakah obat pengganti analgesik ?

mohon sarannya....?

syx

gw bukan profesor...
pengganti analgesik? maksudnya?
obat ini cuma menghilangkan gejala aja, tidak menghilangkan penyebab. tapi gejala itu seringkali terasa mengganggu, misalnya sakit kepala, demam disertai panas tinggi, dan kadang peradangan. kalo tahan menderita ya ga usah pake obat itu. tapi untuk panas tinggi musti tetep pake biar panasnya ga kebablasan.
sementara ini yang dianggap paling aman sebagai obat analgesik antipiretik adalah parasetamol. cuma pemakaiannya jangan overdosis karena metabolitnya yang bisa menyerang hati (hepatotoxic). kalo ada bengkak, parasetamol ga mampu mengatasinya.

dark_nekron

Klo gak salah..
Klo mucus d gaster n d intestinum tenue nya hilang dapat terjadi gastric ato duodenal ulcer..

@masta syx
kan seorang fever itu karena inflamasi khususnya karena infeksi. Gmn klo infeksinya d hepar? Denger2 NSAIDs adverse effect nya ngerusak hepar.
[move]......i'am still stupid..... and always stupid......[/move]
----ORANG GENDENG----

adinnda

analgesik yg dianggap paling aman parasetamol, tapi dalam pemakaian jangka panjang merusak hati

@dark nekron : maksudnya demam karena inflamasi khususnya karena infeksi??? salah satu gejala inflamasi adalah panas (color)

syx

... bukan cuma jangka panjang, tapi pemakaian melebihi dosis yang dianjurkan bisa merusak hati (>4 gram sehari).

syx

Recommendations for Prescribing NSAIDs in the Primary Care Setting
Laurie Barclay, MD

December 28, 2009 — A review article published in the December 15 issue of the American Family Physician offers recommendations for prescribing nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) in the primary care setting.

"...NSAIDs are commonly used to treat inflammation, pain, and fever by decreasing prostaglandin synthesis through blockage of the cyclooxygenase (COX) enzyme," write Amanda Risser, MD, MPH, from Oregon Health and Science University in Portland, and colleagues. "The two major isoforms of COX (COX-1 and COX-2) are inhibited by nonselective NSAIDs. COX-2 is also inhibited by selective NSAIDs. All nonselective NSAIDs inhibit platelet aggregation through inhibition of COX-1 and the thromboxane A2 (TXA2) pathway."

Although NSAIDs are in widespread use, there are accompanying risks, including significant upper gastrointestinal (GI) tract bleeding (particularly in older persons), risks in those receiving anticoagulant therapy, and risks in patients with a history of upper GI tract bleeding associated with NSAID use. Dyspepsia, abdominal pain, GI discomfort, and GI bleeding may be reduced by combining the NSAID with a proton pump inhibitor (PPI) or histamine H2 blocker.

Despite the cardioprotective qualities of aspirin, other NSAIDs may have adverse cardiac effects, including worsening of congestive heart failure, increase in blood pressure, myocardial infarction, and ischemia. The risk for myocardial infarction is increased with COX-2 inhibitors, although celecoxib, which is the only COX-2 inhibitor still available in the United States, is somewhat safer regarding cardiovascular effects.

NSAIDs should not be used in patients with cirrhotic liver diseases because such patients are at greater risk of bleeding and for kidney failure. However, NSAIDs rarely cause hepatic damage, and any hepatic effects are usually reversible. NSAIDs with more potential for hepatic problems include sulindac and diclofenac.

Caution is advised when NSAIDs are prescribed in the setting of anticoagulant therapy, platelet dysfunction, or immediately before surgery.

Central nervous system adverse effects of NSAIDs may include aseptic meningitis, psychosis, and tinnitus. NSAIDs may also trigger or exacerbate asthma. In patients with asthma, especially those with nasal polyps or recurrent sinusitis, NSAIDs and aspirin should be avoided.

During the last 6 to 8 weeks of pregnancy, NSAIDs should be avoided to prevent prolonged gestation from inhibition of prostaglandin synthesis, premature closure of the ductus arteriosus, and antiplatelet activity causing maternal and fetal complications. However, most NSAIDs are likely safe in pregnancy. In breast-feeding women, ibuprofen, indomethacin, and naproxen can be safely used. Parents should be educated regarding correct NSAID dosing and storage in childproof containers to prevent accidental NSAID overdose in children.

Key Recommendations

Specific key clinical recommendations for practice, and their accompanying level of evidence rating, are as follows:

    * Physicians should consider prescribing PPIs, double-dose histamine H2 blockers, or misoprostol with NSAIDs for persons who must take NSAIDs, although they have had an NSAID-associated ulcer. Celecoxib may also be used alone in these patients, but this drug should be avoided in patients at increased risk for myocardial infarction. Women who might become pregnant should not take misoprostol (level of evidence, C). Two systematic reviews describe the use of NSAIDs in this setting for the prevention of endoscopic ulcers.
    * For prevention of acute renal failure, NSAIDs should be avoided whenever possible in patients with preexisting kidney disease, congestive heart failure, or cirrhosis (level of evidence, C, based on a literature review and a summary of consensus guidelines).
    * For patients at risk for renal failure, and in those taking angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin receptor blockers, physicians should consider monitoring serum creatinine levels after prescribing treatment with NSAIDs (level of evidence, C, based on a summary of consensus guidelines).
    * In patients taking anticoagulants, NSAIDs and aspirin should be avoided if possible. An increase in international normalized ratio (INR) should be expected if concurrent use of NSAIDs and anticoagulants is required. These patients should have appropriate INR monitoring, dosage adjustments of warfarin, and GI prophylaxis (level of evidence, C, based on a systematic review).
    * In breast-feeding women, ibuprofen, indomethacin, and naproxen can be safely used (level of evidence, C, based on a consensus guideline).

Editorial: Increased Cardiovascular Concerns

In an accompanying editorial, Gunnar H. Gislason, MD, PhD, from Copenhagen University Hospital Gentofte in Copenhagen, Denmark, describes increased concerns regarding the cardiovascular safety profile of NSAIDs, which have come to light during the last decade. Although these concerns were first recognized for COX-2 inhibitors, increased cardiovascular risk associated with nonselective NSAIDs has recently been identified.

Because there will always be groups of patients with pain conditions who must take NSAIDs, there is a need to focus on the balance between risk and benefit before NSAID therapy is started.

"This is especially important in persons with established cardiovascular disease in whom alternative pain treatment with lower cardiac risk (e.g., acetaminophen, weak opiates) should always be the first choice," Dr. Gislason writes. "In persons needing NSAID treatment, NSAIDs with the highest COX-1 selectivity (e.g., naproxen, ibuprofen, aspirin) should be preferred and used in the lowest dosages and for the shortest durations possible. For stronger analgesic effect, a combination with other types of analgesics should be considered."

As supplements to analgesic therapy, Dr. Gislason also recommends considering nonpharmacologic treatment, such as physiotherapy and physical exercise.

"Epidemiologic studies have demonstrated extensive use of prescription NSAIDs in the general population, as well as in persons with established cardiac disease," Dr. Gislason concludes. "Also, in many countries, NSAIDs are sold without a prescription, expert advice, limits on their use, or information on potential adverse effects. This indicates the need for reevaluation of current treatment strategies regarding NSAID use and the misconception that NSAIDs are harmless for everyone."

The review authors and editorialist have disclosed no relevant financial relationships.

Am Fam Physician. 2009;80:1371-1378.

Idad

Oia, mau tanya juga,
Yang parasetamol bisa merusak hati itu kan karena sifatnya yang mengganggu metabolisme Billirubin karena paresetamol itu bersaing dengan UDP-Glukoronil Transferase ya? Jadinya UDP tidak bisa mengikat Billirubin di Hati. Karena itu terjadi penimbunan billirubin di Hati sehingga hatinya menjadi rusak. Benarkah demikian?