Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 11:23:34 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 78
Total: 78

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Pendidikan Indonesia... Payah!

Dimulai oleh biobio, Mei 18, 2009, 11:52:19 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

ryoma

Kutip dari: Nabih pada Mei 26, 2009, 07:40:28 PM
Ayo kembali ke jalan yang benar

betul, mari kita luruskan lagi topiknya..  ;)  ;D

sekilas tentang pendidikan indonesia dpt tdi gogling nih.. dari salah satu blog yg saya kira sesuai dgn topiknya..:
KutipMembicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.

Salah satu teman saya, agak berang, bilang "Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.". Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.

Saya coba jadi counter-nya, "Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?".

Dia langsung menyanggah, "Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!"

Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.

Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, "Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia". Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.

Menurut 'mata-adil' saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.

Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.

Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).

"Kaca mata" saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)
Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya - diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45.(www.sunaryohadi.info)
When there is a will there is a way..
قل حو الله الحد

Nabih

Kutip dari: ryoma pada Mei 27, 2009, 07:36:45 PM
betul, mari kita luruskan lagi topiknya..  ;)  ;D

sekilas tentang pendidikan indonesia dpt tdi gogling nih.. dari salah satu blog yg saya kira sesuai dgn topiknya..:

Saya calon guru, kira-kira apa sebaiknya agar saya bisa meningkatkan output anak didik saya, misal kalau dia jadi pejabat berjuang sekuat tenaga n ga mengharapkan pamrih (seenggaknya ga korupsi lah)

nash

saya juga calon pendidik (amin...)
insyaallah saya sudah ada plan mo digmanain anak murid saya nanti
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

ryoma

Kutip dari: Nabih pada Mei 28, 2009, 07:30:25 PM
Saya calon guru, kira-kira apa sebaiknya agar saya bisa meningkatkan output anak didik saya, misal kalau dia jadi pejabat berjuang sekuat tenaga n ga mengharapkan pamrih (seenggaknya ga korupsi lah)

aduh.. Anda seolah-olah brtanya ke saya (krn mengutip kata2 saya). Saya sendiri masih SMA, doakan saja semoga saya lebih rajin lagi belajarnya dan menghadapi ulum ini dmudahkan juga.. (OOT)

balik lagi ke topik de.. mf  ;D bapak harus berusaha dan menanamkan dgn kuat ketidakbaikan koprusi di anak tersebut.. itu pendapat saya..

korupsi dsni tidak pada tmptnya.. tpi ada artikel penanggulangan korup di Indonesia(klik link berikut):
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]  ;D
When there is a will there is a way..
قل حو الله الحد

Nabih

Wah, Ryoma masih SMA, awalnya saya fikir ini isinya anak MIPA semua, hahahaha


bagus tuh sarannya

heru.htl

Ingin meningkatkan mutu pendidikan?
Mungkin dapat dimulai dari hal-hal sbb:
Jauhkan anak-anak dan remaja dari kebiasaan spekulasi.
Biasakan mereka supaya berlogika, meski dalam riset dan studi -- orang boleh ber-hipotesa, tetapi pada akhirnya logika dan akal sehat itulah penentun pengambilan keputusan.
Hilangkan kebiasaan "jam karet" sedini mungkin.
Gembleng mental anak-anak dan remaja supaya realistis, idealis, dan bukan ilusionis -- ini dapat mencegah kebiasaan bohong dan spekulatif.
Tanamkan sifat berani, jauhkan dari sifat pengecut dan putus asa.
Hilangkan kebiasaan "lame & lazy", sebab sifat "lame & lazy" ini berlawanan dengan "rasa ingin tahu" dan merusak semangat belajar.
Latih panca indera anak-anak dan remaja supaya responsif terhadap perubahan situasi sekecil mungkin, ini adalah salah satu kunci berpikir cermat dan logis, yaitu dibutuhkan respon analogika yang cukup tajam.
...
...
[tolong tambahkan jika ada yg kurang, thx...]

biobio

Kutip dari: Nabih pada Mei 30, 2009, 11:00:58 PM
Wah, Ryoma masih SMA, awalnya saya fikir ini isinya anak MIPA semua, hahahaha
bagus tuh sarannya
saya masih SMP loh...^^
"The pen is mightier than the sword"

nash

@atas

tapi bo'ong!

btw, knapa ya koq anak2 jaman skrg jarang da yg cita2nya mo jadi guru?
"Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart"

(John Nash, "A Beautiful Mind")

biobio

Kutip dari: nash pada Juni 24, 2009, 09:29:09 PM
@atas

tapi bo'ong!

btw, knapa ya koq anak2 jaman skrg jarang da yg cita2nya mo jadi guru?
maksudnya kok ga ada yang bercita2 ajdi guru? sederhana saja, guru di indonesia dianggap profesi yang ga keren, kurang banyak duit, dan tidak dihargai. Memang, kualitas guru indonesia masih banyak ayng tidak memadai... ini yang harus dipebaiki... semoga dengan meningkatnya anggaran untuk pendidikan dalam APBN, pendidikan (dan juga nasib serta image guru) bisa ditngkatkan.
"The pen is mightier than the sword"

heru.htl

Bukannya dosen adalah guru? (gurunya para mahasiswa)
Koq pada nggak mau jadi guru?
Kenape nih?

Mat Dillom

Sebenarnya pendidikan Indonesia gak kalah. Hanya pembebanan ke siswa terlalu banyak. Lagi pula setelah lulus, ilmu tidak dihargai karena tenaga kerja banyak. Jadi yang dicari yg bisa walau gak sekolah. Akibatnya, arah dan tujuan pendidikan jadi gak jelas. Coba saja tanya anak sekolah, apa ketika masuk sekolah sudah memiliki tujuan untuk jadi apa? atau bagaimana anak sekolah itu mempersiapkan diri dalam mencapai tujuan hidupnya? pasti jawabannya gak jelas.

raisuien

Kutip dari: Mat Dillom pada September 18, 2009, 09:20:45 AM
Sebenarnya pendidikan Indonesia gak kalah. Hanya pembebanan ke siswa terlalu banyak. Lagi pula setelah lulus, ilmu tidak dihargai karena tenaga kerja banyak. Jadi yang dicari yg bisa walau gak sekolah. Akibatnya, arah dan tujuan pendidikan jadi gak jelas. Coba saja tanya anak sekolah, apa ketika masuk sekolah sudah memiliki tujuan untuk jadi apa? atau bagaimana anak sekolah itu mempersiapkan diri dalam mencapai tujuan hidupnya? pasti jawabannya gak jelas.

bukan gitu jg sih...
klo menurutku....
mank pendidikan Indonesia yg bagus.. tp sayang kurikulumnya diganti2 melulu...
jd murid jd berat tugasnya buat ngejar nilai doank..
dan lg kebanyakan pendidikan di Indonesia cuma suruh murid telan bahan doank..
hapalan mlulu.. logika malah gag terlalu jalan...
akibatnya kreativitas murid malah bisa dibilang gag ada...
padahal klo di dunia pekerjaan adalah yg dicari yg kompeten dan kreativitasnya tinggi..

biobio

Pendidikan Indonesia ini ga efisien, kurikulumnya panjang lebar dan bertele-tele... Kurikulumnya juga terlalu kaku dan menurut saya cenderung mematikan kreativitas peserta didik.
"The pen is mightier than the sword"

Mat Dillom

Kutip dari: biobio pada September 21, 2009, 09:13:46 AM
Pendidikan Indonesia ini ga efisien, kurikulumnya panjang lebar dan bertele-tele... Kurikulumnya juga terlalu kaku dan menurut saya cenderung mematikan kreativitas peserta didik.

yes, malah anak saya kalau ada Pr suruh kerjain beberapa aja. Asal dia ngerti aja pertanyaannya, yang nulis malah saya, kasihan jadi budak nulis siswa di Indo. Nah PRnya banyak banget. Bikin waktu main anak-anak gak ada. Saya sendiri pendidikannya guru.

cronny

Mungkin karena banyak nya materi yg tidak diperlukan di jejalkan kepada siswa siswi.
Pelajaran2 yg menambah kreatifitas mereka juga kurang memadai.
God made me an atheist. Who are you to question his wisdom?