Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 05:40:04 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 111
Total: 111

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Kesurupan

Dimulai oleh Huriah M Putra, Januari 25, 2010, 04:15:20 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Huriah M Putra

 Oleh Reza Indragiri Amriel *

Wabah kerasukan menggejala lagi. Sejumlah sekolah di Jawa Timur sudah mengalaminya. Lazimnya, pihak sekolah langsung melibatkan alim ulama guna mengusir para makhluk halus yang diyakini sebagai biang keladi kesurupan anak-anak didik itu.

Pendekatan spiritual-religius untuk mengatasi kesurupan pantas dihargai. Namun, agar lebih paripurna, pendekatan semacam itu akan sangat baik bila dilengkapi pula dengan pendekatan-pendekatan lain.

Asumsinya, penanganan gangguan yang dilakukan lewat pendekatan holistik akan berpengaruh lebih konstruktif bagi daya tahan individu, termasuk dalam hal ini para siswa.

Dari kacamata psikologi, pandangan tentang fenomena kesurupan (possession) terbelah dua. Pandangan pertama meyakini kesurupan adalah realita supranatural. Unsur budaya menjadi sesuatu yang sentral dalam perspektif itu. Dengan demikian, keterlibatan para ahli supranatural menjadi keharusan saat menangani individu-individu yang bermasalah dengan elemen supranatural tersebut.

Pandangan kedua sangat diwarnai tilikan ala psikologi belajar. Kesurupan selintas memiliki kemiripan gejala dengan gangguan identitas disosiatif (GID, dissociative identity disorder, dulu dikenal dengan istilah gangguan kepribadian ganda).

Tetapi, dalam perspektif tersebut, penjelasan atas kesurupan maupun GID sama sekali tidak menyertakan kepribadian lain (alters) maupun faktor-faktor tak kasatmata lain.

Kesurupan, sesuai prinsip psikologi belajar, ialah bentuk perilaku terencana yang ditampilkan individu untuk mendapatkan insentif tertentu. Anggaplah, kesurupan adalah reaksi terhadap stres. Kesurupan merupakan teknik untuk mengatasi stres. Kesurupan ialah bentuk katarsis, yakni pembersihan diri dari sampah-sampah psikis.

Berdasar pandangan tersebut, kesurupan sesungguhnya menjadi strategi penyesuaian diri terlepas bahwa strategi itu bersifat infantil atau kekanak-kanakan (immature).

Ditarik ke fenomena kesurupan di sekolah, pandangan psikologi belajar memunculkan bahan retrospeksi bagi kalangan pendidik dan orang tua.

Sangat mungkin, kesurupan bertitik awal dari terlalu tingginya beban akademis siswa. Jam pelajaran yang begitu panjang, muatan pelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi, masa ujian yang menegangkan, gaya mengajar guru, substansi kurikulum yang lebih dominan pada pengolahan daya pikir serta mengesampingkan pentingnya olah rasa, ekspektasi orang tua, serta penambahan jam belajar lewat kursus, dan sejenisnya bisa mempersempit makna aktivitas belajar sebagai sebuah totalitas pengalaman hidup.

Apalagi jika stres di rumah dan lingkungan pergaulan siswa juga dimasukkan, akan semakin dahsyat tekanan psikologis yang harus diatasi para siswa.

Belajar (baca: bersekolah) telah kehilangan sukmanya. Unsur kesenangan yang sejatinya mutlak dalam setiap kegiatan pendidikan pun menguap. Pengaruhnya kontraproduktif bagi anak didik. Motivasi atau antusiasme belajar menurun. Atau, kognisi anak didik makin tajam, namun mereka tak memiliki kekayaan empati. Wujudnya, klasik: tekun tapi angkuh, ''ensiklopedi berjalan'' tapi kaku dalam tindakan, kritis tapi egois, dan pintar tapi korup.

Faktor usia juga tidak bisa dikesampingkan. Karena rata-rata siswa sekolah menengah berada pada tahap usia remaja yang kerap diidentikkan sebagai masa penuh badai dan tekanan (storm and stress), sesungguhnya para siswa sekolah menengah secara psikologis memang tengah berada dalam kondisi rawan.

Kerasukan di sekolah menjadi peristiwa yang semakin menarik untuk ditelaah lebih jauh karena berlangsung secara masal. Dari berita-berita di media massa diketahui bahwa kebanyakan pelajar yang mengalami kesurupan berjenis perempuan. Dugaan itu didukung kenyataan serupa, berdasar penelitian Gaw, Ding, Levine, dan Gaw (1998) di Tiongkok.

Dominannya perempuan pada fenomena kesurupan, kiranya, bisa dijelaskan lewat suggestibility atau kepekaan individu terhadap sugesti. Dengan asumsi perempuan memiliki suggestibility lebih tinggi, mereka pun menjadi lebih mudah tertular kesurupan setelah menyaksikan rekan-rekan mereka yang juga mengalami kesurupan.

Agenda ke Depan

Tiga poin penting yang perlu digarisbawahi dari uraian di atas adalah beban akademik, usia anak didik (remaja), dan suggestibility. Ketiganya patut menjadi perhatian para guru, orang tua, serta otoritas penentu kebijakan pendidikan saat mencoba mengatasi epidemi kesurupan di sekolah-sekolah.

Membangun langgam komunikasi yang asertif dan warna interaksi solutif, ditambah dengan upaya membangun karakter anak didik sebagai insan yang bersikap laku positif, adalah agenda ke depan yang perlu disisipkan ke dalam kurikulum pendidikan.

Tanpa menafikan peran agamawan dan penjelasan-penjelasan agamis tentang fenomena kesurupan, perspektif psikologi menghadirkan sebuah pemahaman lebih rasional sekaligus lebih kompleks bahwa penyebab kesurupan anak-anak didik ternyata tidak harus dicari ke alam gaib.

Biang kerok fenomena kesurupan masal di sekolah ternyata kita-kita juga. Wallahu a'lam.

* Reza Indragiri Amriel, ketua Jurusan Psikologi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Sumber: [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

syx

bagi yang ingin menanggapi di sini, mohon dibahas dari sisi medis. jika ingin membahas dari sisi hantu silakan ke topic serupa di bagian pseudoscience. terima kasih.

Huriah M Putra

Jelas dari sisi medis lah om momod.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

raisuien

Sudut Pandang Psikologi (Fenomena disasosiasi)

Menurut psikolog Dadang Hawari, fenomena yang terjadi sekarang bukanlah kesurupan massal. Ia menyebut peristiwa ini sebagai fenomena disosiasi atau sebuah reaksi yang mengakibatkan hilangnya kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya. Akibatnya secara tidak disadari kepribadian si korban berubah. Jadi, menurutnya ini merupakan fenomena kejiwaan dan bukannya karena kemasukan jin atau setan karena kepercayaan di masyarakat kita yang menghubung-hubungkan dengan mistik dan dianggap sebagai kesurupan massal.

Jadi, karena bukan aksi kerasukan setan, maka pengobatannya pun bukan dengan cara memanggil orang "pintar". Obat sangat gampang, tinggal dibawa ke puskesmas, disuntik atau dikasih obat yang bisa membuat mereka tidur, nanti mereka akan sadar dan sehat lagi setelah bangun.

Peristiwa ini bisa menjadi aksi massal hanya karena faktor sugesti. Seperti kita ketika mendengar pidato, lalu ada yang tepuk tangan, tanpa disadari kita juga ikut tepuk tangan.

Reaksi disosiasi menimpa mereka yang jiwanya labil ditambah dalam kondisi yang membuatnya tertekan. Stres yang bertumpuk ditambah pemicu memungkinkan reaksi yang dikendalikan alam bawah sadar ini muncul ke permukaan.

Yang paling penting dalam menghadapi persoalan ini adalah jangan sampai semua orang panik, harus tenang, bawa korban ke puskesmas, diobati, disuruh tidur, sudah sembuh.

Kesurupan, seperti disebut dalam situs [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.], disebut sebagai "kelainan sesaat" pada otak. Fenomena ini bisa terjadi pada orang dengan Tourette Syndrome, schizophrenia, epilepsi, dan kelainan psikiatrik lainya.

Huriah M Putra

Pengobatannya seperti pada epilepsi: Beri ruang bernafas, singkirkan benda berbahaya yang berpotensi mencederai si sakit, renggangkan tali pinggang dan kancing bajunya, lihat dan senyum2, dan foto si sakit. Masuk fb besok.
Kalau dibiarkan saja, sembuh sendiri juga kan?
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

raisuien

yg kutahu sih dibiarin ja jg sembuh ndiri....

http://prasuke.co.cc/

waduh klo dari sisi medis gw angkat tangan dah....

kingkongseju

saya pernah menghadapi siswa seperti itu. matanya terpejam. saya cubit (tekan) ujung jarinya dengan kencang. dia seperti tidak merasakannya (padahal menurut saya sudah membuat dia kesakitan). sambil saya cubit ujung jarinya, sambil saya bacakan ayat kursi. eh, dia mulai membuka mata. tidak tahu juga sih apa dia membuka mata karena tindakan saya ataukah bukan.
setelah membuka matapun dia masih memandang dengan tatapan yang tajam. akhirnya ya... saya diemin aja :)

Farabi

Kingkong:
Wah menarik juga tuh, bisa cerita lebih lengkap ga?
Raffaaaaael, raffaaaaael, fiiii dunya la tadzikro. Rafaael. Fi dunya latadzikro bil hikmah, wa bil qiyad

Maa lahi bi robbi. Taaqi ilaa robbi. La taaqwa, in anfusakum minallaaahi.

Im

Kesurupan Akibat Double Extra Under Preasure "DEUP" (Istilah Temuan Sendiri Bro .. He..He..) yang Menggangu Sistem Saraf Otak dan Emosi Seseorang, Iya kale Ya !?

danzJr

kesurupan sama aja kaya seseorang yang mempunyai dua kepribadian. nothing special  :P
[move]sesuatu itu dimulai dari mimpi, diusahakan dan menjadi kenyataan[/move]

Monox D. I-Fly

Kutip dari: danzJr pada September 30, 2011, 05:31:19 PM
kesurupan sama aja kaya seseorang yang mempunyai dua kepribadian. nothing special  :P

Begitukah?
Jujur, waktu masih kecil dulu (SD) aq orangnya gampang tersinggung & sekalinya sakit hati langsung nangis & ngamuk2, semuanya diserang... Udah bener2 kayak orang kesurupan... Tapi waktu itu pikiranQ masih sadar tuh...
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.