Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 12:53:22 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 114
Total: 114

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

The Ten Biggest Lies about Vaccines

Dimulai oleh semut-ireng, Juli 07, 2010, 03:28:26 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

semut-ireng

Extract from: 'The Ten Biggest Lies about Vaccines' by Sylvie Simon


...........................................................................

Between 1869 and 1872, Pasteur expounded three erroneous basic postulates that are still used today as the foundation of vaccination. The first put forward that asepsis reigns amongst our cells: the cell is clean, all microbes are exogenous (they come from outside) and attack it, and these germs have an existence that is independent from living organisms. The second is that each illness corresponds to a specific agent, microbial or viral, against which one can protect oneself, thanks to vaccines; the illness has one cause alone, therefore one remedy alone. Finally, immunity is aquired by the production of antibodies in response to the introduction of antigens via the vaccine and these antibodies give protection.

It has been well known for some time that these postulates are false, the latest discoveries in immunology contradict them totally. However, the vaccinators feign ignorance of these studies. If each germ provoked an illness, life on Earth would be long gone. Pasteur was wrong, but in this case he is forgiven, it was a simple case of human error.

What was less forgivable was his animosity towards Béchamp, the founder of enzymology, who was able to identify minute corpuscles smaller than cells, microzymas. These microzymas are the elements that are truly responsible for life, whether human, animal or vegetable. Microzymas can span centuries but are also able to evolve throughout time. In humans, their form varies according to the general state of the biological terrain they inhabit and from which they feed. They are as constructive as they are destructive, capable as they are of transforming, mutating and evolving. Had this theory of polymorphism been recognised it would have shaken to its foundation our perception of health and disease. When an imbalance disrupts the normal functioning of microzymas – malnutrition, poisoning, physical or emotional stress – the microzyma transforms into a pathogenic germ, in other words a microbe, and illness follows. From this perspective, all that is necessary is to reinforce the health of the person in order for the internal pathogenic germs to regain their original form and their protective function.

Thanks to his theory, Béchamp was able to take census of bacteria that were several million years old. The polymorphism of microzymas can therefore transform themselves into viruses, bacteria, mycelium, prions or other, as yet unknown, organisms. But they can also set off the opposite process and transform back into basic microzymas. This research prompted Béchamp to judge vaccination as an outrage, because "It neglects the microzymas' own independent vitality within the organism."

In brief, for Pasteur the microbe is the origin of disease, for Béchamp it is the disease that permits the microbe to express itself. This duality of standpoints has lasted officially for more than 100 years. On his deathbed, Pasteur was said to have affirmed that it was Claude Bernard who was right, that the microbe was nothing and the biological terrain was everything. Indeed, if the microbe were the only agent responsible, how could it be explained that nurses treating tuberculosis were not contaminated whilst other people who were far less exposed to the bacillus rapidly fell ill? Claude Bernard, in pondering this question, came to develop the idea of receptivity to disease, admitting that there must be an innate or acquired tendency to develop certain pathologies.

And Prof. Jean Bernard is not far from adhering to this theory when he asks the question: "If, in the fight against cancer, we have not advanced as fast as in other domains, it is probably because we have been too attached to the theories of Pasteur. . . These viruses, are they really outside ourselves? Might they not in fact come from our own damaged organisms?"


[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Mana yang benar  ?

-  Jangan-jangan yang dinamakan " HIV "  itu juga berasal dari tubuh penderita sendiri ???
    (  Hipotesa Etienne de Harven  ).
   
-  Jangan-jangan yang bener ngga perlu nyegah HIV pake kondom segala ???

-  Jangan-jangan asal-usul semua jenis virus itu ngga jauh-jauh amat ???

-  Jangan-jangan ilmu virus / virology harus ditulis ulang  ???  ???
   ( Virus bukan makhluk hidup ! ).

-  Jangan-jangan vaksinasi tidak  diperlukan lagi  ??? ???


Silakan dikomen .......... :D

shafura ren

wow... kalo teori itu bener, bakalan menjungkirbalikan teknik pengobatan yang ada sekarang. ::)

Kutip
1. Jangan-jangan yang dinamakan " HIV "  itu juga berasal dari tubuh penderita sendiri huh
    (  Hipotesa Etienne de Harven  ).
   
2. Jangan-jangan yang bener ngga perlu nyegah HIV pake kondom segala huh

3. Jangan-jangan asal-usul semua jenis virus itu ngga jauh-jauh amat huh

4. Jangan-jangan ilmu virus / virology harus ditulis ulang  huh  huh
   ( Virus bukan makhluk hidup ! ).

5. Jangan-jangan vaksinasi tidak  diperlukan lagi  huh huh

1. kalo emang HIV asalnya dari tubuh pasien sendiri, kenapa cuma orang2 dikalangan tertentu saja yang bisa terserang HIV, kenapa ada pola penyebarannya.... ???

2. lebih baik mencegah daripada nyesel belakangan..... :)

3. hmmmm.....kalo memang semua penyakit asalnya dari microzymas...( ???, baru pertama denger), berarti kita cukup buat satu macam obat yang bisa mengembalikan microzymas yang tadinya berubah "ganas" jadi kalem dan mengembalikannya kefungsi normalnya... gak perlu susah2 buat obat yang berbeda2 buat berbagai macam penyakit... hmmmm.... jadi obat segala penyakit ya... (perasaan sekarang banyak deh obat herbal untuk segala penyakit...mungkin tu kerjanya di microzymas kali yak.... LOL)

4. wahwah... yang ada sekarang aja gak habis2 kebaca.... hehehehe.... ;D

5. terlepas dari teori itu bener ato salah, rasanya teori ini masih berkutat dalam lingkup hipotesis, artinya belum ada bukti ilmiah yang bener2 mendukung kesahihan teorinya. jadi, kalo cuma berdasarkan teori terus hal yang sudah terbukti manfaatnya (seperti vaksin) diabaikan, ya... gak wise juga... :)

Vaksin kan diberikan berdasarkan dalil (jiah dalil...) yang menyatakan bahwa kolonisasi bakteri (menetapnya bakteri pada hospes/makhluk yg ditumpangi) akan dapat menyebabkan infeksi (kolonisasi+gejala penyakit) itu dipengaruhi oleh:
-virulensi bakteri/organisme
-besarnya inokulasi (terkait jumlah bakteri yang berkoloni dalam hospes)
-tempat masuknya kuman
-pertahanan/imunitas pasien

dan vaksin bekerja sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit dengan cara meningkatkan imunitas terhadap bakteri tertentu...dengan cara sensitisasi, dimana imunitas kita diperkenalkan dengan "teroris" yang lebih ramah, sehingga saat "teroris" yang lebih ganas datang, setidaknya imunitas kita gak kelabakan dan sudah punya persiapan untuk memerangi dan mengusir para perusak..... so, gak ada hubungannya dengan microzymas tadi...... :)
[move]it isn't always easy to live the life you were meant to, but the lessons learned and the rewards are immeasurable[/move]

semut-ireng

Kutip dari: shafura ren pada Juli 09, 2010, 03:31:48 AM
wow... kalo teori itu bener, bakalan menjungkirbalikan teknik pengobatan yang ada sekarang. ::)

Siap-siap aja,  dari pada nyeselnya belakangan ............ :D


Kutip dari: shafura ren pada Juli 09, 2010, 03:31:48 AM
4. wahwah... yang ada sekarang aja gak habis2 kebaca.... hehehehe.... ;D

dan ngga habis-habis bingungnya bila ditanya menyangkut asal-usul virus ......hehehehe ... ;D

semut-ireng

Saya cuma ingin tahu yang benar saja,   benar ngga sih yang seperti ini : .....117 die after receiving vaccine...

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

shafura ren

#4
Kutip dari: semut-ireng pada Juli 13, 2010, 10:09:13 PM
Saya cuma ingin tahu yang benar saja,   benar ngga sih yang seperti ini : .....117 die after receiving vaccine...

hmm... harus dipastiin juga apa bener meninggalnya emang karena vaksin, atau memang karena kondisi lain,,,
sapa tau meninggalnya karena ada reaksi hipersensitifitas terhadap salah satu bahan pembawa vaksin, atau memang ada defisiensi sistem imun, sehingga waktu divaksin malah kumannya jadi penyakit, atau memang karena sebab lain yang gak ada hubungannya sama vaksinnya..... ???
belakangan ini memang mulai banyak ibu2 yang menolak mengimunisasi anaknya, beberapa karena masalah agama (tidak yakin vaksin halal/haram) yang lain karena takut anaknya sakit karena vaksin dsb.....

tapi kalo menurut aku sih,,, vaksin itu perlu (kalo vaksin virus influenza memang gak ada gunanya, secara virusnya terus berubah2, balum dikasi vaksin yg baru udah ada aja strain virus bagu, jadi gak ada gunanya)
kalo orang yg gak vaksin itu tetep sehat (aku juga gak diimunisasi ;D), katanya kan ada perlindungan komunitas dari vaksin/imunisasi itu, jadi kalo disatu komunitas lebih dari 90% orang udah vaksin dan punya semacam perlindungan terhadap penyakit tertentu, itu akan menyebabkan transmisi penyakit dihambat sehingga juga punya efek perlindungan terhadap mereka yang tidak vaksin??? kalo g salah dosen epid q bilang gitu dulu...... ???


[move]it isn't always easy to live the life you were meant to, but the lessons learned and the rewards are immeasurable[/move]

semut-ireng

#5
hmm .....mengerikan juga kalo bener meninggalnya itu karena vaksin,  apapun alasannya hipersensitifitas atau apa.

oo,  dosennya shafura bilang gitu ya  ?  dosennya shafura dulu itu bilang apa sih soal kekebalan alami dari bayi yang baru lahir -  di suatu komunitas yang sehat,  gizi baik,  lingkungan juga sehat, dsbnya ...-  itu apa ngga 95 % menghambat transmisi penyakit,  dan ngga perlu vaksin  ?

bisa bagi2 critanya kepada kita2 ini yang sekolahnya cuma sampai kelas 12 aja  ?

Huriah M Putra

reaksi hipersensitifitas bisa terjadi pada apaaa aja..
Obat2an, vaksin, makanan, de el el..
Pernah dengar orang makan kacang trus mati?
Itu juga reaksi hipersensitifitas (lain halnya kalo dia tersedak kacang).
Jadi murni alergi. Dan kita tidak bisa memprediksi hal ini.
Cuma bisa memberikan penanganan cepat kalau hal ini terjadi.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

semut-ireng

#7
Ha,  ini dia pakarnya baru nongol ..............bagi2 dong itu soal natural immunity ......apa aja sih selain ras,  spesies  de el el itu,  ............apa termasuk juga lokasi / lingkungan  setempat, dan misalnya  balita mik ASI ...........(  bukan MPS tempo hari itu,  lho  ! ).

dan soal immunity buatan,  itu bila dibandingkan dengan yang natural, lebih ampuh yang mana  ??

Huriah M Putra

Imunitas bisa diturunkan dari ibu ke anak melalui plasenta sewaktu janin ataupun melalui ASI.
Tapi imunitas begini tidak akan bertahan lama.
Jadi akan hilang lagi.
Yang bisa menghasilkan imunitas terhadap seorang individu ya paparan terhadap penyakitnya. (cara alami/natural yang anda maksud)
(ngerti gak yang dibilang mbak shafu mengenai 90% populasi?)

Nah..
Imunitas buatan dan natural.
Masalahnya bukan keampuhannya.
Imunitas alami bisa didapat apabila kita sudah terpapar dengan penyakitnya. (itupun tidak semua penyakit bisa menjadi imun setelah sembuhnya)
Imunitas buatan seperti vaksin (contohnya.. ada lagi contoh lain tuh antibodi spesifik yang diinjeksikan)
Vaksin itu bisa berupa partikel dari mikroba yang bisa bersifat sebagai antigen ataupun mikroba itu sendiri yang dilemahkan.
Nantinya, tubuh kita akan membentuk antibodi berdasarkan vaksin yang dimasukkan.
Jadi suatu saat tubuh kita diserang mikroba itu, kita uda tau cara menghadapinya.
Vaksin sendiri ada yang seumur hidup, ada yang harus diulang.

masalah kematian karna vaksin, betul seperti yang dibilang mbak shafu.
Itu sebabnya, ketika kecil sebelum divaksin, kita (masih bayi) tidak boleh sedang sakit atau demam.
Karena mikroba yang dilemahkan ini, meskipun lemah, kalau tubuh kita juga lemah dan gak bisa melawan, akan menjadi patogen juga.

Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

semut-ireng

#9
Oo,  bukan pakarnya toh ?  ........iya entar tunggu pencerahan dari pakarnya ........ :)

tapi penjelasan dari mbak shafu bagus juga tuh bila dilanjutkan ............

shafura ren

Kutip dari: semut-ireng pada Juli 14, 2010, 02:38:05 PM
tapi penjelasan dari mbak shafu bagus juga tuh bila dilanjutkan ............
Bagian yang mana ya???

Kutip dari: semut-ireng pada Juli 14, 2010, 02:14:32 PM
dan soal immunity buatan,  itu bila dibandingkan dengan yang natural, lebih ampuh yang mana  ??

oh,, ada istilah begitu ya.... baru tau,,,  :)

Setau aq sistem imun manusia itu dibedakan menjadi imunitas bawaan/nonspesifik dan imunitas didapat/spesifik. Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan hampir semua patogen asing yang menyerang tubuh meski belum dikenali sebelumnya sedang Sistem imun spesifik/didapat bekerja pada patogen yang pernah dikenali sebelumnya, dimana paparan ulang akan menyebabkan respon imun semakin kuat. Inilah yang mendasari dilakukannya vaksinasi

Sistem imun nonspesifik diperankan oleh mekanisme pertahanan fisik dan kimiawi tubuh seperti kulit, epitel, asam lambung, sel-sel fagosit (PMN, makrofag dan NK), sistem komplemen dan mediator inflamasi lain (sitokin). Sedang sistem imun spesifik diperantarai oleh sel T dan sel B. Sel T berperan respon imun selular dan sel B berperan dalam respon imun humoral. Dimana nantinya sel B akan diubah menjadi sel plasma yang merupakan sel penghasil antibody (imunoglobulin). Antara respon imun spesifik dan non-spesifik bekerja saling berkesinambungan sehingga dihasilkan respon imunitas yang saling menguatkan satu sama lain.

Imunisasi sendiri dibagi jadi dua macam, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi yaitu memasukkan organisme patogen hidup yang dilemahkan, atau patogen yang sudah mati atau bagian patogen yang bertindak sebagai antigen (senyawa/zat yang menginduksi reaksi imun) dengan tujuan membentuk/mengaktifasi sistem imun spesifik/didapat pada seseorang. Sedangkan jenis imunisasi lainnya adalah imunisasi pasif, yaitu dengan memasukkan antibody kedalam tubuh seseorang, biasanya hanya bertahan untuk sementara waktu. Contoh imunisasi pasif yang terjadi secara alami adalah transmisi antibody dari ibu ke janin. Tipe antibody yang bisa melewati sawar plasenta adalah IgG. Sehingga janin yang imunitasnya belum berkembang sempurna mendapat imunitas pasif dari ibu, dan IgG ini umumnya masih bisa ditemukan setelah kelahiran.


[move]it isn't always easy to live the life you were meant to, but the lessons learned and the rewards are immeasurable[/move]

semut-ireng

Masa sih baru tau istilah begitu ....... :)

semut-ireng

Kekebalan ras  ( racial immunity ) masuk di mana,  kalo ngga salah termasuk imunitas bawaan / non-spesifik ?   Apakah sudah ada penelitian menyangkut kekebalan ras ini,  mengingat banyaknya ras / etnis / suku-suku bangsa di dunia ? :)

Huriah M Putra

Terletak di genetik namun sepertinya hanya mempengaruhi nilai epidemiologi.
[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

semut-ireng

Kalau kekebalan spesies  ( species immunity ) itu contohnya apa saja ?  Juga tentang personal immunity,  faktor2 apa saja yang mempengaruhinya  ?