Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

April 20, 2024, 04:08:57 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 231
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 181
Total: 181

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Kemiripan DBD dan Penyakit Lainnya

Dimulai oleh raisuien, Desember 21, 2009, 11:57:10 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

raisuien

Ayah seorang penderita demam berdarah dengue (DBD) yang baru saja meninggal sempat bingung. Sebelum meninggal sudah 3 kali anaknya dibawa ke dokter dan 3 kali itu juga mendapat diagnosis yang berbeda. Hari pertama ia didiagnosis infeksi tenggorok, pada hari ketiga setelah cek darah, diagnosis berubah menjadi tifus, dan akhirnya pada hari kelima ia divonis DBD sebagai penyebab kematiannya.

Peritiwa ini sering dialami oleh penderita DBD, karena gejala awalnya mirip dengan banyak penyakit lain. Oleh karena itu, masyarakat dituntut mempunyai pengetahuan yang baik dan kecermatan yang tinggi untuk membedakan DBD dari penyakit lainnya. Sedangkan seorang klinisi atau dokter dituntut kejelian dan pemahamannya tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue; dari proses terjadinya penyakit, ketajaman pengamatan klinis, sampai interpretasi terhadap hasil tes laboratorium yang benar. Keterlambatan diagnosis berakibat keterlambatan penanganan yang berpotensi meningkatkan risiko kematian.

Gejala Bervariasi

Diagnosis penyakit DBD paling sering "tertukar" dengan demam tifoid, faringitis akut (infeksi tenggorok), ensefalitis (infeksi otak), campak, flu atau infeksi sa-luran napas lainnya yang disebabkan virus. Bahkan belakangan ini terdapat beberapa kasus yang awalnya dicurigai flu burung tetapi ternyata penyakit DBD.

Hal ini terjadi karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD sangat bervariasi. Ada yang menimbulkan gejala klinis asimtomatik atau tidak jelas, dan ada pula yang menyebabkan gejala klinis berat. Penderita DBD dapat menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, nyeri tenggorok, nyeri perut, nyeri otot atau tulang, nyeri kepala, diare, kejang atau kesadaran menurun. Gejala ini juga dijumpai pada berbagai penyakit infeksi virus atau infeksi bakteri lainnya yang menyerang tubuh.

Menurut kriteria WHO (World Health Organization) diagnosis DBD hanya dibuat berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium trombosit dan hematokrit. Gejala DB diawali demam tinggi mendadak dalam 2-7 hari (38°C- 40°C) disertai pendarahan berupa bintik perdarahan di kulit, pendarahan selaput putih mata, mimisan, atau berak darah.

Penyakit ini ditandai oleh pembesaran hati, syok atau tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan penurunan trombosit sampai ku-rang dari 100.000/mm+ pada hari ke-3 sampai ke-5 dan me-ningkatnya nilai hematokrit (>40%).

Bila tanda dan gejala di atas sudah cukup jelas, maka pemeriksaan laboratorium lain untuk konfirmasi diagnosis secara umum mungkin tidak diperlukan. Pemeriksaan dengue blot IgG dan IgM, isolasi virus dan pemeriksaan serologi mungkin hanya diperlukan dalam bidang penelitian atau kasus yang sulit. Karena pemeriksaan tersebut sangat mahal dan khususnya pemeriksaan dengue blot sensitivitasnya tidak terlalu tinggi.

Beda Gejaka DBD & Tifus

Kesalahan lain, demam akibat penyakit DBD sering dianggap muncul bersamaan dengan demam akibat tifus. Kesalahan ini sering terjadi karena pemahaman yang kurang baik tentang dasar diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, dan interpretasi laboratorium.

Pola demam pada DBD biasa-nya mendadak tinggi, terus-me-nerus tidak pernah turun dalam 2 hari pertama, menurun pada hari ke-3 dan meningkat lagi di hari ke-4 atau ke-5. Sedangkan demam pada penyakit tifus biasa-nya tinggi terutama malam hari.

Pada penderita DBD sering ditemukan juga peningkatan hasil Widal. Pemeriksaan Widal adalah identifikasi antibodi tubuh terha-dap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada minggu awal terjadinya panas, biasanya pada penyakit tifus malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut.

Jadi, bila hasil pemeriksaan Widal meningkat tinggi pada awal minggu pertama, hal itu tidak harus dicurigai sebagai penyakit tifus. Pada beberapa penelitian terlihat gangguan mekanisme pertahanan tubuh pada penderita hipersensitif atau alergi sering menimbulkan hasil Widal "false positive". Artinya positif tetapi belum tentu benar mengalami penyakit tifus.

Hal lain yang harus diketahui, antibodi Widal dapat bertahan terus pada penderita selama 6 bulan hingga 2 tahun meskipun penyakit tifusnya sudah membaik. Jadi sebaiknya, pemeriksaan Widal dilakukan menjelang akhir minggu pertama panas atau awal minggu ke dua panas.

Sejauh ini akurasi tes Widal sebagai diagnosis penyakit tifus memang masih banyak memiliki kelemahan. Diagnosis pasti pe-nyakit tifus adalah dengan peme-riksaan kultur darah, bukan de-ngan pemeriksaan Widal. Penulis telah mengadakan pengamatan terhadap 24 penderita DBD yang disertai pemeriksaan Widal yang positif. Ternyata dalam evaluasi lebih lanjut, didapatkan hasil kultur darah kuman tifus negatif. Artinya, meskipun hasil Widal positif penyebabnya bukanlah penyakit tifus.

Beda Gejala DBD & Campak


Manifestasi yang tidak biasa pada penderita DBD adalah timbul rash atau bercak kemerahan yang mirip dengan penyakit campak. Hal ini sering terjadi

pada penderita yang sebelumnya sering mengalami riwayat hipersensitif atau alergi pada kulit. Pada penyakit campak, bercak merah timbul biasanya pada demam hari ke-3 sampai 5, kemudian akan berkurang pada minggu kedua dan menimbulkan bekas terkelupas dan bercak kehitaman.

Penyakit campak harus diawali dengan keluhan pilek dan batuk mulai demam hari pertama. Sedangkan pada penderita DBD, biasanya bercak ini timbul saat hari ke-2 sampai 3. Pada hari ke-4 dan 5 bercak menghilang tanpa diikuti proses terkelupas dan bercak kehitaman pada kulit.

Beda Gejala DBD dan ISPA

Pada awal perjalanan penyakit, DBD juga sangat sulit dibedakan dengan infeksi saluran napas akut (ISPA) seperti flu, infeksi tenggorok atau infeksi lainnya yang disebabkan virus. Gejala batuk, pilek, dan demamnya hampir sama. Mungkin yang sedikit dapat menjadi perhatian adalah penyakit flu biasanya diawali dengan batuk dan pilek pada saat demam hari pertama, dan akan menghilang secara bertahap setelah 7-14 hari. Sedangkan pada penyakit DBD, biasanya timbul batuk dan pilek saat demam hari ke-3 sampai 5, lalu setelah hari ke-6 batuk drastis menghilang. Penderita DBD yang mengalami keluhan batuk atau pilek, biasanya sebe-lumnya mempunyai riwayat hipersensitif pada saluran napas atas yang sering mengalami pilek, batuk berulang, batuk lama, atau asma.

Berjaga-jaga

Hasil pemeriksaan laboratorium tertentu bukan satu-satunya konfirmasi diagnosis. Karenanya, harus diikuti dengan ketajaman pengamatan klinis dan interpretasi yang benar. Penanganan ideal suatu penyakit juga bukan sekadar "mengobati hasil laboratorium" tetapi memberikan terapi yang benar berdasarkan tanda dan gejala penyakit yang ada pada penderita.

Memang benar, bukan berarti setiap demam harus dicurigai sebagai gejala DBD. Namun dengan meningkatnya kasus penyakit DBD seperti sekarang ini, sikap berjaga-jaga sangat dibutuhkan. Artinya, meskipun tanda dan gejala DBD disertai penetapan diagnosis penyakit lain, maka sebaiknya fokus utama diletakkan pada penatalaksanaan kecurigaan penyakit DBD.

Dengan kata lain, dalam keadaan tertentu mungkin lebih baik terjadi "overdiagnosis" DBD dibandingkan "underdiagnosis". Alasannya, keterlambatan penanganan penyakit DBD lebih fatal dibandingkan penyakit lainnya yang memiliki gejala sama.

riandono

Oke bung, nice info, lagipula overdiagnosis DBD ngga akan membahayakan pasien kan? Maksudku karena obat anti dengue sendiri ga ada, jadi ga mungkin ada "salah obat"
;)

Astrawinata G

cuma jaga2 saja, jangan sampai tidak fokus ke DBD karena mengobati hasil mis-diagnosed tadi dan malah berujung kematian.,,
Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

iyah..khan sempet saya katakan di thread "pecah pembuluh darah" DBD sekarang..itu nggak identik lagi...TRus mengenai tifoid..aduh kayaknya itu jadi diagnosis keranjang sampah..asal anti salmonela o dan h positif..aja langsung tifoid..liat dulu titernya..dikepustakaan itu spesifik untuk di Indo titer 1/80 aja masih dianggap n ormal..biakannya bakterinya aja beda standarnnya. Seingat saya kalo diluar diatas 10 pangkat 3 CFU udah dianggap tioid tapi kalo di Indo harus diatas 10 pangkat 5...

Emang gambaran klinisnya kalo awal awal sih mirip..tapi kalo mau anamnesi bener-bener..itu dapet deh..trus kalo mau digabung ama pemeriksaan fisk beda..kok..tapi antara Demam dengue (bukan DBD)..dengan gejala tifoid yang awal memang sulit dinilai...
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Huriah M Putra

[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

Astrawinata G

yoi Mas :) seharusnya Widal sebagai pemeriksaan antibodi aja uda mesti ditinggalkan :) tapi apa daya, textbook tetep tulis gitu :(
Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

kalo dianak sih ana namanya TUBEX..ada yang bilang spesifisitas dan efektivitasnyahampir 100%..tauk deh..???
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

riandono

tantangan buat analis klinik dan ahli imunologi molekuler tuh untuk bikin DB test yg sensitif dan spesifik nihh...

Astrawinata G

Kutip dari: r.a.n pada Januari 30, 2010, 10:24:01 PM
kalo dianak sih ana namanya TUBEX..ada yang bilang spesifisitas dan efektivitasnyahampir 100%..tauk deh..???

yoi Mas :) Tubex TF.....katanya 100% karena salah satu yang di cek adalah antigen-09 S.typhi sendiri, harusnya memang bisa mencapai 100% ;D
Best Regards,


Astrawinata G

Huriah M Putra

[move]OOT OOT OOT..!!![/move]

Astrawinata G

Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

Tapi kalo orang dewasa nggak pernah nemu disuruh meriksa TUBEX...
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

syx

kapan ya vaksinnya bisa siap? semoga aja ga mahal-mahal...