Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 12:34:53 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 106
Total: 106

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Molecular Stress dalam Stress Fisik dan Psikis

Dimulai oleh Hendy wijaya, MD, Januari 05, 2010, 05:16:12 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Hendy wijaya, MD

Pada ummnya stress merupakan suatu kondisi tertekan, bisa tertekan secara kejiwaan maupun tertekan secara fisik, misal pada beberapa atlet olah raga yang mengalami pelatihan berat. Stress juga merupakan suatu kondisi yang meyertai kehidupan manusia, tidak ada manusia hidup yang bebas dari segala macam stress. Dalam kadar yang tertentu, stress itu baik untuk melatih tubuh kita secara fisik dan mental agar menjadi lebih kuat dan teruji. Namun, jika stress itu berlebihan dan berkepanjangan, tentu saja akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan kita. Hal ini sudah merupakan pengetahuan umum yang ada di masyarakat, tetapi tidak banyak orang yang mengetahuinya mengapa stress dapat mempengaruhi keadaan-keadaan di atas dan apa akibatnya pada tingkat selular.

Saat kita stress oleh karena berbagai sebab, misal bekerja keras sepanjang hari, bertengkar, di PHK ataupun berhadapan dengan singa, pusat emosi kita dalam otak, akan mengantarkan pesan-pesan saraf (impuls) ke hipothalamus, yaitu suatu bagian dari pusat emosi kita yang terletak dibagian dasar dan tengah otak besar. Kemudian, hipothalamus akan mengolah impuls saraf tersebut, memproduksi dan melepaskan suatu zat yang disebut CRH (Corticothropin Releasing Hormone) kepada bagian otak lain yang berada dibawahnya, hipofisis atau pituitari. CRH selanjutnya akan merangsan hipofisis untuk melepaskan ACTH (Adrenocorticotropin Hormone) ke dalam sirkulasi darah.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Hendy wijaya, MD

ACTH yang membanjiri sirkulasi darah suatu saat akan mencapai kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal kanan dan kiri tubuh kita dan memerintahkan kelenjar ini untuk memproduksi dan mengeluarkan zat yang sudah lama kita kenal yaitu adrenalin, noradrenalin dan kortisol. Keseluruhan rantai sinyal di atas sering disebut sebagai HPA aksis (Hipothalamus-Pituitary-Adrenal).

Adrenalin dan noradrenalin inilah yang bertindak sebagai "komando" dalam tubuh kita selanjutnya dalam memerintah kan berbagai macam organ untuk merubah ritme dasar proses fisioligisnya menjadi lebih cepat dan kuat. Beberapa efeknya adalah sebagai berikut. Pertama, hormon ini meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung serta meningkatkan tekanan darah, dengan maksud untuk meningkatkan suplai oksigen, nutrien, metabolit dan zat lainnya mellui darah ke organ-organ tubuh lainnya, terutama otak dan otot. Kedua, adrenalin dan noradrenalin merelaksasi otot-otot polos dalam saluran napas, sehingga ruang saluran napas menjadi lebar, aliran udara dan pertukaran gas (Oksigen dan Karbondioksida) menjadi lebih optimal. Ketiga, mengoptimalisasi proses pemecahan cadangan energi dalam otot sehingga siap digunakan untuk menghasilkan energi, menghambat pembentukan cadangan energi dalam liver dari glukosa dan lemak. Dengan demikian meningkatkan kadar gula dan asam lemak dalam darah untuk siap digunakan. Ketiga efek di atas menyebabkan kita siap untuk "fight", secara fisik dan meningkatkan fokus dari pikiran kita terutama saat menghadapi suatu stressor.

Sepintas proses di atas memang penting secara evolusi dalam kehidupan suatu spesies, karena untuk menghadapi suatu stressor dibutuhkan energi ekstra. Akan tetapi dalam jangka waktu atau kronis, stress yang dialami terus menerus (konstan) akan membawa efek merugikan bagi tubuh itu sendiri. Beberapa efek merugikan yang telah disebutkan di atas jika dialami dalam jangka waktu yang lama antara lain meningkatnya kadar gula darah, di dunia medis disebut sebagai hiperglikemia, meningkatnya tekanan darah (hipertensi), dan meningkatnya kadar asam lemak (trigliserida) dalam darah. Di samping beberapa hal tersebut, ingat, masih ada satu jenis hormon lagi yang diproduksi oleh kelenjar adrenal yaitu kortisol. Di antara efek kortisol,yang terpenting di sini adalah memobilisasi lemak dan menurunkan kekebalan tubuh dengan menhambat pembentukan zat-zat radang (mediator inflamasi). Dalam kondisi normal, efek kortisol ini penting untuk meregulasi sistem kekebalan tubuh. Namun, jika kadarnya berlebihan oleh sebab stress yang berkepanjangan dapat menurunkan kekebalan tubuh dan akibatnya, tubuh kita sering terinfeksi dan mudah menjadi sakit.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Hendy wijaya, MD

Di atas telah disebut kan fungsi CRH untuk menstimulasi hipofisis agar melepaskan ACTH, tapi ada efek lain dari CRH, yaitu menghambat dilepaskannya FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone), dua jenis hormon seks yang penting perannya dalam memelihara fungsi organ reproduksi manusia. Jadi dapat dikatakan CRH yang berlebih akibat stress dapat menurunkan fnngsi reproduksi manusia dan akhirnya mengganggu fertilitas manusia. Mekanisme ini penting artinya secara evolusi, pikirkan apakah ada makhluk hidup yang bisa bereproduksi dengan tenang padahal ada predator yang akan memangsanya?

Kortisol dalam darah diangkut oleh CBG (Corticosteroid Binding Globulin) dan sebagian kecil diangkut oleh SHBG (Sex Hormone Binding Globulin). Wanita memiliki lebih banyak SHBG  dalam darah dibanding pria. Fungsi SHBG adalah untuk mengangkut hormon seks, yaitu testosteron, estrogen dan progesteron, dalam darah dan mengangkut sebagian kecil dari kortisol. Ketika kortisol berikatakan dengan SHBG, ia tidak memiliki efek biologis untuk mempengaruhi sel-sel dalam tubuh seperti uraian diatas, dan hanya kortisol bebas yang bisa memberikan efeknya. Dengan fakta itu, salah satu sebab wanita lebih lama mengalami efek stress adalah karena kortisol yang dilepaskan kelenjar adrenal dan membanjiri sirkulasi darah tidak secara langsung memberikan efeknya pada sel, namun sedikit demi sedikit dilepaskan dari SHBG.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Astrawinata G

Kutip dari: Hendy wijaya, MD pada Januari 05, 2010, 05:23:00 PM
Mekanisme ini penting artinya secara evolusi, pikirkan apakah ada makhluk hidup yang bisa bereproduksi dengan tenang padahal ada predator yang akan memangsanya?

apakah FSH dan LH juga berpengaruh terhadap libido, Dok?
Thanks banget buat infonya....nice banget, DOk   ;D
Best Regards,


Astrawinata G

Hendy wijaya, MD

Tentu saja, dalam hal ini LH lebih penting perannya ketimbang FSH. LH merangsang sel leydig pada tubulus seminferus pria untuk menghasilkan testosteron. Testosteron erat kaitannya dengan libido.
Namun bukan berarti hanya pria saja yang mmpunyai libido. Testosteron pun memiliki peran dalam meningkatkan libido pada wanita walaupun tidak sebesar perannya pada pria. Kenyataannya wanita pun memproduksi testosteron walaupun jumlahnya kecil.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Astrawinata G

Best Regards,


Astrawinata G

Hendy wijaya, MD

Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

r.a.n

Mas Hendy..kalo C-rective Protein...itu apa yah..dibuat darimana trus prokalsitonin buat penanda sepsis sama nggak sih sam prokalsitonin dari sel Cnya tiroid...Makasih Mas
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Astrawinata G

dokter Hendy sedang sibuk mendalami ilmu barunya :)
Best Regards,


Astrawinata G

Hendy wijaya, MD

#9
Wah, maaf bung ran, bahasan mengenai C-reactive protein dan procalcitonin itu sudah di luar topik, sebab menyangkut inflamasi, bukan molecular stress lagi. Tapi untuk sekadar "nice to know" oke lah.. :)

1. C reactive protein adalah protein yang diproduksi oleh hepar. Produksinya meningkat seiring dengan fase akut inflamasi oleh sebab induksi IL-6. CRP dapat berikatan dengan molekul polisakarida C pada permukaan dinding sel bakteri dan berperan dalam meningkatkan afinitas komplemen pada dinding sel bakteri.

2. Sama bung. Tapi Procalcictonin (PCT) yang meningkat saat adanya inflamasi bukan diproduksi oleh sel C thyroid, melainkan sel neuroendokerin dalam paru. Untuk lebih jelasnya saya ada link ke journalnya:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Astrawinata G

Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

Wah..mas..sudah lama kita tidak berdiskusi...Maaf mas bukunya belum sempat saya baca semua..saya masih menjalani masa koass...

Sebenarnya pertanyaan saya ini dikarenakan...
1. Untuk yang C-reactive protein..sudah mau dijadikan prediktor dan faktor progosis dari penderita dengan Sindrom Koroner Akut

2. Untuk prokalsitonin..selalu diperiksa pada pasien dengan dugaan sepsis...bingung...???

Terima kasih atas linknya nati saya coba baca dulu.. :D :D
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]

Hendy wijaya, MD

yup..evdo smart saya masuk masa tenggang n sibuk belajar mau ujian juga, jadi ga sempat nongol.. ;D
Bung astrawinata koas juga yah?wah bagus deh, bisa lanjut diskusinya jika sama2 bidang medis.

Btw, untuk masalah fungsi CRP dalam Sindrom Koroner Akut saya sendiri kurang tahu, sebab memang bukan bidang keahlian saya bung ran. Saya sendiri akan mencari tahu lebih lanjut mengenai hal itu.
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Astrawinata G

saya sih masih mahasiswa kedokteran Dok :) belum koass....ujian UKDI ya DOk?
Best Regards,


Astrawinata G

r.a.n

@ Astra
Mas Hendy itu udah lulus jadi dokter..dan sedang mendalami masalah genetik dan ilmu tentang anti-aging..dengan pendekatan molekular...Beliau sedang menempuh studi S2 nya di Universitaqs Udayana...Jadi  UKDInya udah lulus...
Sorry but you are not allowed to view spoiler contents.


@ Mas Hendy
Mas kalo mau belar genetik ada referensi situs nggak..??? atau tentang signaling pathway di sel..
[move]"stem..cell apa BTKV..aduh bingung..???" [/move]