Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 01:38:25 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 204
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 211
Total: 211

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Selesma Bisa Berkembang Jadi Bronkitis

Dimulai oleh raisuien, Desember 30, 2010, 07:38:22 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

syx

#15
kemaren ke dokter paru... salah satu obat yang diresepkan adalah levofloxacin. waktu saya informasikan saya sudah gunakan azithromycin dokternya bilang levo lebih efektif karena azithro cuma sampe di daerah pernapasan atas aja, ga sampe ke paru. nah? ini kan beda dng apa yang saya dapatkan.
berdasarkan literatur, kadar azithro dalam cairan atau jaringan di paru relatif tinggi, bahkan dalam sputum. azithro sendiri disebut sebagai salah satu antibiotik yang disarankan untuk bronchitis acute dng indikasi adanya infeksi bakteri. kadar dalam jaringan paru sekitar 4 mcg/g dalam jangka waktu 76-92 jam setelah pemberian dosis tunggal per oral 250 mg.
levofloxacin juga bagus karena mampu berpenetrasi dengan baik ke jaringan paru. kadar dalam jaringan paru 2-5x lebih tinggi ketimbangn dalam plasma, berkisar antara 2.4 - 11.3 mcg/g dalam jangka waktu 24 jam setelah pemberian dosis tunggal per oral 500 mg. tapi kalo pake fluoroquinolone yang bikin ngeri ini resiko tendon rupture. makanya saya lebih milih pake azithro aja ketimbang levofloxacin. gimana pendapat yang lain?

Im


riandono

@im: yg anda maksud cocok itu gmn?

@syx
diagnosisnya apa bung?
Kalo antibiotik pilihan buat lower respiratory umumnya pake gol b-lactam, fluroquinolon dan makrolida.
Obat pilihan anda: makrolida dan obat pilihan dokter: fluroquinolon saya kira sama2 bisa dipertanggung jawabkan. Cuma argumen dokter anda aja yg saya rasa tidak tepat!


Kalo sudah dilakukan kultur saya kira akan lebih mudah lagi memilih obatnya:
ini ada saya kutipkan rekomendasi pemilihan obat buat bronkitis, dr DiPiro et al (2005)
rekomendasi ini tentunya telah berdasarkan evaluasi efikasi dan keamanannya.

syx

dokternya cuma nyebutin kemungkinan alergi aja dng tambahan infeksi bakteri berdasarkan informasi warna dahak. kalo dugaan saya lebih ke arah acute bronchitis karena awalnya flu, pilek dan batuk berdahak. semula sputum tidak berwarna lama kelamaan kuning ke ijo. kalo ngeliat daftar dari riandono cukup pake amox, amox-clavulanate, atau macrolide.
emang pake azithro dan levofloxacin dari segi efektivitas sama aja, tapi dari segi ADR rada ngeri kalo musti pake fluoroquinolone. jadi kalo dari segi keamanan keliatannya azithro lebih menang.
obat lain dari dokter juga ga saya minum. obat racikan mengandung codein, kortikosteroid (methylprednisolone), antihistamin (ranitidine), dan apa lagi saya tidak terlalu perhatikan. pertimbangan saya batuknya tidak berat hingga mengganggu atau pun nafas tidak terlalu sesak. saya masih perlu mekanisme batuk untuk mengeluarkan dahak. antihistamin juga malah bisa mengentalkan dahak sehingga bisa menyulitkan proses pengeluaran dahak. yang penting minum banyak air dan kalo perlu terapi uap untuk membantu pengenceran dahak.
hari kedua setelah minum antibiotika batuk sudah mereda, ingus dan dahak mulai jernih lagi dengan sedikit warna kekuningan. hari ini batuk sudah berkurang banget... belum cek ingus karena blom terkumpul juga dari pagi sampe waktu nulis ini.

riandono

ow... kok pake ranitidine ya?
Ranitidine kan antagonis H2, bukan H1 untuk alergi saluran nafas. Atau mungkin bung syx waktu konsultasi ada keluhan peptic ulcer?
Kodein juga sepertinya tidak perlu kalo batuknya ga mengganggu bgt




syx

dokternya ga nanya ada peptic ulcer ato tidak... saya juga ga punya pectic ulcer. ntar saya coba cek lagi komposisi lainnya apa. saya inget ada ranitidine itu karena terasa janggal juga.

Astrawinata G

Kutip dari: syx pada Januari 06, 2011, 07:14:54 AM
kemaren ke dokter paru... salah satu obat yang diresepkan adalah levofloxacin. waktu saya informasikan saya sudah gunakan azithromycin dokternya bilang levo lebih efektif karena azithro cuma sampe di daerah pernapasan atas aja, ga sampe ke paru. nah? ini kan beda dng apa yang saya dapatkan.
berdasarkan literatur, kadar azithro dalam cairan atau jaringan di paru relatif tinggi, bahkan dalam sputum. azithro sendiri disebut sebagai salah satu antibiotik yang disarankan untuk bronchitis acute dng indikasi adanya infeksi bakteri. kadar dalam jaringan paru sekitar 4 mcg/g dalam jangka waktu 76-92 jam setelah pemberian dosis tunggal per oral 250 mg.
levofloxacin juga bagus karena mampu berpenetrasi dengan baik ke jaringan paru. kadar dalam jaringan paru 2-5x lebih tinggi ketimbangn dalam plasma, berkisar antara 2.4 - 11.3 mcg/g dalam jangka waktu 24 jam setelah pemberian dosis tunggal per oral 500 mg. tapi kalo pake fluoroquinolone yang bikin ngeri ini resiko tendon rupture. makanya saya lebih milih pake azithro aja ketimbang levofloxacin. gimana pendapat yang lain?

kok saya malah menganggap levo lebih bagus dari azit ya? ??? mencapai kadar yang lebih tinggi (bisa sampai 11mcg/g) dalam waktu yang lebih cepat daripada levo....mohon bimbingannya ;)
Best Regards,


Astrawinata G

syx

dosisnya beda tuh... ga tau berapa kadar dalam jaringan paru azithro jika dosisnya sama 500 mg.

riandono

kalo dilihat dari potensinya, berarti lebih potensial azitromisin, karena dosisnya hanya 250 satu kali sehari. Sedangkan levo 500 satu kali sehari atau amox 500 tiga kali sehari.
kayaknya bagus nggak nya pilihan antibiotik ga hanya tergangantung potensi, tp bagaiamana rasio efikasi dan safety. dan faktor2 lain seperti sosioekonomi dsb.


Astrawinata G

Best Regards,


Astrawinata G

syx

ada yang pernah coba pake oseltamivir ato zanamivir untuk obati flu berat?

riandono

wah saya sampe sekarang aja blm pernah liat obatnya  :)

syx

sepertinya ga lazim ya... katanya sih benefitnya terbatas banget, musti diberikan dalam jangka waktu 48 jam setelah onset gejala muncul, kalo telat percuma. analogi yang diberikan seperti kebakaran di halaman belakang rumah yang berbatasan dengan hutan nasional. api mudah dikontrol kalo masi berada di dalam pagar halaman, kerusakan juga masi minimal. tapi kalo sudah keluar pagar dan menyebar bakal jadi kebakaran hutan yang sulit dikendalikan. infeksi flu mudah dikendalikan kalo masi di 'halaman belakang', tapi kalo udah 'melompat pagar' dan menyebar ke saluran napas, terapi bakal sulit dan infeksi akan terus berlanjut.

riandono

jd inget dulu menkes membatasi penggunaan tamiflu khusus pada pasien H1N1 yang berat aja.

syx

... tamiflu itu oseltamivir ya? antivirus flu yang disetujui FDA juga oseltamivir dan zanamivir. lainnya masih dalam tahap pengembangan dan blom ada persetujuan FDA untuk produksi massal. susah juga nih virus flu. saban senen pasti rada kambuh batuknya gara-gara saban weekend olahraga dan begadang nonton bola.