Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Oktober 15, 2024, 04:00:20 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 43
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 36
Total: 36

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Artikel ForSa : Menggairahkan Nafsu Belajar Siswa dengan Penciptaan Lingkungan

Dimulai oleh reborn, November 29, 2011, 07:19:59 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

reborn

Oleh :
Mohamad Juri,S.Pd, MMPd
Guru Sekolah Dasar SDN Omben 2
Sampang, Madura


Sering kita temukan di lapangan bahwa kondisi persekolahan kita, khususnya Sekolah Dasar, dikelola apa adanya dan ala kadarnya. Terutama hal yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan sekolah dan keadaan ruangan kelas. Seperti terlihat pada kondisi ruang kelas yang ditata monoton dan konvensional, dengan tampilan apa adanya seperti tampak pada pengecatan dinding sekolah atau pun ruangan kelas yang kebanyakan dicat dengan warna putih polos, kuning polos, dan warna–warna lain yang serba polos. Ini sudah lumayan bagus, artinya kondisi kelas yang demikian sudah terlihat bersih.

Baca Selengkapnya

chemjr125

Hehehe,...
Menarik pak,
NAmun, menurut saya. Yang didinding dalam kelas itu, beberapa dari semua itu. Dan tambahan karya. Terus, perlu diadakan suatu ruangan yang khusus menampilkan berbagai gambar/macam2 itu alias versi lengkapnya dari yang dipampang. Sehingga, pada saat istirahat, mungkin anak2 lebih senang memperoleh suatu hal baru di ruangan itu.

Pada saat saya SD dulu, mengharapkan adanya kayak gitu, dan perpustakaan yang lebih terbuka yang dikelola oleh orang yang ramah bagi para siswa. Klo orangnya menakutkan, Wah anak2 pada takut. Padahal didalam diri siswa itu ada suatu keinginan yang luar biasa untuk mengetahui hal baru.

Dan dikelas pun perlu penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa agar siswa tidak bosan. Mungkin yang membuat malas belajar adalah kurang familiarnya hal yang dipelajari. Kurang terpaut dengan kehidupan sehari2.

exile_rstd

cukup inovatif :)
tapi ada yang saya pertanyakan, bagaimana jika semua dinding kelas dilukis dengan gambar-gambar yang berhubungan dengan IPA atau IPS, seperti yang dituliskan diatas seperti gambar perkembangbiakan (kalau saya ga salah baca) dan ketika ujian apa itu tidak menjadi bahan utk mencontek?

lalu ada juga cara belajar diluar ruangan. saya pernah belajar diluar ruangan dan rasanya lebih bebas karena tidak ada dinding penghalang. tapi kalau belajar diluar ruangan di saat musim hujan gini mendingan jangan deh. ;D
i adore your intelligence

wedankjae

Tulisan diatas jadi mengingatkan saya dengan tulisan Colin Rose & Malcom J Nichole dalam Bukunya Accelerated Learning yang intinya "Menyiapkan ruangan yang sedemikian rupa sehingga membantu meningkatkan konsentrasi dalam belajar", waktu saya baca buku saat saya masih di MTs yg tergolong akreditas kelas C, dulu karna saya tidak bisa konsentrasi jika belajar dikelas, saya sering keluar kelas untuk mngambil udara segar, namun hasilnya pipi merah oleh kepala sekolah ha ha ha

Saladinxc

Hmm, Kalau saya sih melihat ini dari sudut pandang Kerjasama antara Sekolah dengan Orang Tua Siswa khususnya di lingkungan Sekolah untuk orang yang cukup mampu.
Seharusnya, pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat konsentrasi dan kenyamanan siswa, orang tua siswa diikutsertakan. Di Luar Negeri aja ada PTA. Parent Teacher Association.

Hal ini cukup baik karena menurut saya, orang tua bisa ikut berpartisipasi pada sekolah anak (Apalagi untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) dan dapat mengawasi
hal-hal yang dilakukan oleh sekolah dalam prosesnya. Apalagi, dengan jaringan orang tua siswa yang lebih luas, sekolah juga bisa mendapat bantuan biaya dan peralatan dalam kegiatan-kegiatan
peningkatan kenyamanan siswanya. 

dedemarizal

iya, saya rasa dengan begitu maka siswa akan lebih bisa untuk memiliki rasa keinginan belajar yang tinggi
;D

mefer

halo saya orang baru disini :) salam kenal
semoga forum makin aktif dan membantu mengembangkan ide serta pengetahuan
dan peradaban

okey kang ane kasi pendapat dikit ya..
seperti di bilang nyaris semua hal ada alasannya.
termasuk siswa belajar itu ada alasannya disamping fakta yaitu siswa itu belajar

sebenarnya alasan dalam psikiatris muncul oleh beberapa faktor
-motivasi
-rasa takut
-keterpaksaan

sedangkan motivasi pun bisa di sebabkan oleh banyak hal

nah yang membuat siswa malas belajar ada 2 kehilangan alasan dan benturan alasan
(mainan lah cewe lah apalah)
nah yg sangat perlu adalah
ambisi agar siswa tidak pernah kurang alasan dan keinginan untuk belajar
sekian

exile_rstd

Kutip dari: mefer pada Oktober 10, 2012, 04:11:05 PM
sebenarnya alasan dalam psikiatris muncul oleh beberapa faktor
-motivasi
-rasa takut
-keterpaksaan

sedangkan motivasi pun bisa di sebabkan oleh banyak hal

nah yang membuat siswa malas belajar ada 2 kehilangan alasan dan benturan alasan
(mainan lah cewe lah apalah)
nah yg sangat perlu adalah
ambisi agar siswa tidak pernah kurang alasan dan keinginan untuk belajar
sekian
kalau misalnya bukan karena hal main atau cwe/cwo bagaimana tuh? ::) tapi itu sendiri tergantung siswa/i masing-masing..
i adore your intelligence

biobio

Terimakasih Pak untuk berbagi metode pembelajaran yang sangat menarik ini. Saya sedikit banyak setuju dengan cara-cara Bapak untuk menggairahkan nafsu belajar siswa (sebagaimana disebutkan dalam judul artikel tersebut).

Hanya ada 1 saran, mungkin kata-kata "classical conditioning" yang Bapak tulis sebagai bahasa Inggris dari kondisi kelas dapat diubah dengan kata lain. Sebab dalam sains, khususnya biologi perilaku, istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Nanti bisa rancu dengan classical conditioningnya Ivan Pavlov sebagaimana terkutip di bawah ini:

"Classical conditioning (also Pavlovian conditioning or respondent conditioning) is a form of learning in which one stimulus, the conditioned stimulus or CS, comes to signal the occurrence of a second stimulus, the unconditioned stimulus or US. The US is usually a biologically significant stimulus such as food or pain that elicits a response from the start; this is called the unconditioned response or UR."

Ref:
Bouton, M. E. (2007) Learning and Behavior: A Contemporary Synthesis, Sunderland, MA: Sinauer
Pavlov, I.P. (1927/1960). Conditional Reflexes. New York: Dover Publications [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
"The pen is mightier than the sword"

ayipfarouk

Saya setuju dengan penyusunan kembali bentuk simbolis di dalam kelas agar terwujudnya kelas yang lebih menarik dan membuat siswa nyaman dengan pengkondisian kearah pembelajaran. Kebetulan hal serupa pernah saya rasakan di sekolah dasar saya dahulu.

Mungkin hal diatas bisa memperbaiki semabgat siswa ketika mereka berada didalam kelas, tetapi hal ini akan kembali monoton ketika tidak adanya penyegaran kembali secara berkala kondisi kelas tersebut,  karena hal tersebut menurut saya hanya akan memperbaiki kondisi jangka oendek.

Sebenarnya proyek kreatifitas kelas ini tujuannya adalah peningkatan motuvasi belajar siswa, dan tadi saya sempat membaca di thread ini, apabila ada rekan yang mengatakan tentang motivasi.

Mengenai hal ini, rekan yang berkata tentang motivasi belajar siswa terbut, juga turut mengucapkan ancaman-ancaman yang akan mengganggu motivasi siswa, dan dari hal ini, mari kita bersama sama mempertanyakan sesuatu.

Sebenarnya, apakah sistem pembelaharan yang ada di Indonesia ini sudah mendekati kondisi ideal untuk memciptakan manusia-manusia unggulan pemvangun bangsa?

Kita semua tahu bahwa lingkungan luar juga dapat menentukan motuvasi belajar siswa, sekarang di era glibalisasi dimana lingkungan sudah amat sangat susah dibendung guna bersahabat dengan proses belajar-mengajar, apakah masih layak sistem pendidikan di indonesia sekarang tetap diimplementasikan?

Hal yang ingin saya ungkit pertama adalah waktu sekolah. Mari kita general kam apabila waktu sekolah rata-rata sekolah di Indonesia adalah pukul 7-14, siswa akan memiliki waktu kosong antara pukul 14-19 (kita asumsikan orang tua bekerja pukul 7-19) dan disana.barulah siswa akan kembali mendapatkan penjagaan daro orang tuanya.

Saya sepakat juga dengan rekan yang mengusulkan didirikannya PTA, karena hal ini akan sangat membantu komunikasi dan akhirnya mengimprove bentuk penjagaan dan proses pembelaharan bagi siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Tetapi kitapum harus tetap kembali pada kenyataan, bahwa dewasa kimi jumlah orang tua pekerja dengan jam 7-19 atau yang semacamnya, intinya memiliki banyak kesibukan, itu makin banyak.

Dan dengan kondisi ini alangkah lebih baiknya kita tinjau kembali sistem pendidikan kita.
  setelahnua.
Saya akan lanjutkan tulisan ini, tetapi dikarenakan batre hp saya lowbat dan tidak mau kehilangan tulisan diatas, charger jauh maka saya kirim dulu yang ini dan lanjutkan

ayipfarouk

Kutip dari: exile_rstd pada Oktober 15, 2012, 01:15:30 PM
kalau misalnya bukan karena hal main atau cwe/cwo bagaimana tuh? ::) tapi itu sendiri tergantung siswa/i masing-masing..

Itulah mengapa pendidikan di lakukan gan, menanamkan apa yang belum tertanamkan, merubah yang belum menjadi sudah, yang tak ada menjadi ada.
Apabila anda berfikir bahwa pendidikan tak akan bisa mengubah "semuanya akan kembali pada diri sendiri" ya saya s
tuju, apabila kita masih menggunakan sistem pendidikan yang sama dengan sekarang,

Jangan kita pakai kacamata kuda, kita.bisa.mengubah besar-besaran sistem oendidikan kita apabila memang harus duperbaiki

Dan memang sudah harus diperbaiki.

Sistem tak terbatas kurikulum,

Pendidikan tak hanya terbatas akan interaksi dari guru ke murid, tak terbatas hanya memberikan materi.kepada anak didik, dan tak pula diakhiri dengan mengeluarkan nilai angka, akan tetapi pendidikan juga berbicara tentang pembangunan karakter, tingkah laku

, motivasi, dll.

Karena saya yakin kalian semua setuju, tanpa hal-hal tersebut maka anak murid tak akan mudah untuk memperoleh pelajaran lain yang kita.berikan.

Monox D. I-Fly

Kutip dari: ayipfarouk pada Juli 08, 2015, 05:29:35 AM
Tetapi kitapum harus tetap kembali pada kenyataan, bahwa dewasa kimi jumlah orang tua pekerja dengan jam 7-19 atau yang semacamnya, intinya memiliki banyak kesibukan, itu makin banyak.

Dan dengan kondisi ini alangkah lebih baiknya kita tinjau kembali sistem pendidikan kita.
  setelahnua.
Saya akan lanjutkan tulisan ini, tetapi dikarenakan batre hp saya lowbat dan tidak mau kehilangan tulisan diatas, charger jauh maka saya kirim dulu yang ini dan lanjutkan

Apakah ini artinya Anda mendukung kurikulum 2013 dengan jam belajar yang sadis itu (sampai pukul 16.00 kalau nggak salah)? Saya tunggu kelanjutan tulisan Anda.
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.

ayipfarouk

Kutip dari: Monox D. I-Fly pada Juli 19, 2015, 12:16:51 AM
Apakah ini artinya Anda mendukung kurikulum 2013 dengan jam belajar yang sadis itu (sampai pukul 16.00 kalau nggak salah)? Saya tunggu kelanjutan tulisan Anda.

Oke terima kasih saudara akan tanggapan dan pertanyaannya.

Oke, melihat dari hal ini, mari sekarang kita jabarkan kasus ini menjadi 2 sektor; sistem pendidikan formal yakni didalam kelas, dan juga pendidikan yg di lakukan di luar kelas/non formal (bimbel, klub olahraga, les musik, di rumah bersama orang tua, dll), yg mana kita juga akan membicarakan tentang perpindahan si siswa yg dapat memberikan efek kepada pendidikannya.

Oke, mari kita mulai dari bagian pertama, yang akan saya arahkan juga ke arah jawaban yang saudara berikan.

Karena agan bertanya tentang pandangan saya tebtabg kurikulum 2013 dalam hal ini berbicara tentang waktu.

Jam set 7-sore, ya, saya tidak setuju bukan karena hak asasi manusia atau hal apapun, akan tetapi, untuk menerima pelajaran yg bersifat hardskill seperti di kelas, manusia memiliki batasan tertentu tiap harinya yg mana, gak sampe pagi sampe sore juga, dengan ini kita bisa berkata, akan ada waktu yg terbuang dalan sehari itu, sekolah hanya sebagai simbol,bayangkan, anak anda di sekolah, tapi tak sekolah secara nyata.

Tapi, apabila, dalam perihal ini anda bertanya karena anda tak setuju dengan kurikulum teevaru karena mengekang/apalah semacamnya itu, berarti ada yang salah dalam pandangan anda terhadap sebuah pendidikan,

Pada sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang akan dan butuh dan terus belajar, pada saat bulan-bulan pertama seorang manusia memulai hidupnya, sang anak adam ini terus beajar "tanpa mereka sadari" guna beradaptasi dengan kehidupan manusia yang telah lebih dahulu mulai daripada dia, dari kasus ini dapat dikatakan, bahwa sesungguhnya belajar adalah fitrah dari manusia, bagian dari hidup manusia, kebutuhan tanpa merasa terpaksa, databg meski tak dicari, seharusbya seperti itu.

Anda boleh bertanya pada orang tua anda, ketika anda kecil, ketika anda belum terkontaminasi" oleh apapun, apakah anda menolak untuk belajar berbicara? Apakah anda terlihat keberatan ketika belajar berjalanan?

Tidak! Bahkan anda dengan antusias melakukan hal itu!

Dari sini dapat kita katakan, penjabaran tentang pandangan yg salah twrhadap bentuk pendidikan ini juga sebuah permasalahan dalam proses pendidikan ini, ini akan masuk ke cabang ke dua nantinya.

Kembali ke bagian 1, saya sepakat bahwa waktu di kurikulum 2013 juga terlalu lama, tapi ingat, bukan karena ham (ini konyol, mewadahi seseorang terhadap kebutuhannya dalam waktu yg cukup lama, bahkan sang guru pun turut merasakan dan saya belum pernah dengar ada hal pemerotesan seperti itu, ya, mungkin saja, profesi guru ini sudah menjadi sekedar lahan pekerjaan, sehingga secara profesional "yg penting gue di gaji" semua kelar tanpa masalah, tetapo mudah mudahan, karena memang niat suci guru kita tercinta, untuk memberikan yang terbaik pada murid-muridnya, dan saya sangat ingin percaya akan hal yg ini.) bukan juga karena hal-hal aneh lainnya, hanya karena, sangat disayabgkan apabila waktu tersebut hanya digunakan untuk kegiatan yg tak efektif dari pagi sampai sore.

Yang saya tawarkan adalah, penggantian waktu belajar, yang ini berarti perombakan kembalo waktu waktu kegiatan keseharian bagi tiap siswa.

Saya mempunyai sebuah gambaran kasar, yang tak ingin saya sanpaikan sekarang dahulu karena itu sudah melewati batas dari pertanyaan yabg diberikan saudara.

Kita kembali fokus pada pertanyaan, saya mencoba menjelaskan disini, bahwa pandangan dengan bertanya seperti itu, pertama-tama harus kita frekuensikan, dengan menyematkan kata keji pada kurikulum 2013, maka anda harus tau bagaimana kata jata yang tersemat didalam pertanyaan anda secara dasar dan juga mengetahui de factinya,

Fyi, tidaksemua siswa dan ortu muris memandang bahwa kurikulun sekarang ini adalah sebuah penyiksaan.

*untuk bagian kedua, di luarbpertanyaan, kapan kapan apabila ada kesempatan saya akan coba berbagi tentang pandangan saya mengenai hal ini

Monox D. I-Fly

Kutip dari: ayipfarouk pada Juli 28, 2015, 11:15:30 AM
Pada sesungguhnya, manusia adalah makhluk yang akan dan butuh dan terus belajar, pada saat bulan-bulan pertama seorang manusia memulai hidupnya, sang anak adam ini terus beajar "tanpa mereka sadari" guna beradaptasi dengan kehidupan manusia yang telah lebih dahulu mulai daripada dia, dari kasus ini dapat dikatakan, bahwa sesungguhnya belajar adalah fitrah dari manusia, bagian dari hidup manusia, kebutuhan tanpa merasa terpaksa, databg meski tak dicari, seharusbya seperti itu.

Anda boleh bertanya pada orang tua anda, ketika anda kecil, ketika anda belum terkontaminasi" oleh apapun, apakah anda menolak untuk belajar berbicara? Apakah anda terlihat keberatan ketika belajar berjalanan?

Tidak! Bahkan anda dengan antusias melakukan hal itu!

Tepat sekali. Kebutuhan tanpa merasa terpaksa. Tapi justru siswa dipaksa untuk belajar lebih dari waktu yang seharusnya.

Kutip dari: ayipfarouk pada Juli 28, 2015, 11:15:30 AM
Kembali ke bagian 1, saya sepakat bahwa waktu di kurikulum 2013 juga terlalu lama, tapi ingat, bukan karena ham (ini konyol, mewadahi seseorang terhadap kebutuhannya dalam waktu yg cukup lama, bahkan sang guru pun turut merasakan dan saya belum pernah dengar ada hal pemerotesan seperti itu, ya, mungkin saja, profesi guru ini sudah menjadi sekedar lahan pekerjaan, sehingga secara profesional "yg penting gue di gaji" semua kelar tanpa masalah, tetapo mudah mudahan, karena memang niat suci guru kita tercinta, untuk memberikan yang terbaik pada murid-muridnya, dan saya sangat ingin percaya akan hal yg ini.) bukan juga karena hal-hal aneh lainnya, hanya karena, sangat disayabgkan apabila waktu tersebut hanya digunakan untuk kegiatan yg tak efektif dari pagi sampai sore.

Saya alumni jurusan pendidikan, dan rekan-rekan saya yang menjadi guru pun banyak yang mengeluh tentang kurikulum 2013.
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.

ayipfarouk

Kutip dari: Monox D. I-Fly pada Juli 28, 2015, 11:37:03 AM
Tepat sekali. Kebutuhan tanpa merasa terpaksa. Tapi justru siswa dipaksa untuk belajar lebih dari waktu yang seharusnya.

Saya alumni jurusan pendidikan, dan rekan-rekan saya yang menjadi guru pun banyak yang mengeluh tentang kurikulum 2013.

Nah, dengan pernyataan pertama saya dapat menggambarkan bahwa pandangan tentang pendidikan sudah tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.

Dengan adanya rasa keterpaksaan dari tiap siswa untuk mengenyam pendidikan menjadikan ini menjadi suatu alasan kuat untuj kita tinjau kembali sistem pendidikannya.

Suatu masalah besar pula pendidikan di indonesia adalah mindset orang kita pula, yang menganggap pendidikan adalah sebuah tuntutan sehingga secara tak langsubg perlahan mengikis nilai suci dari pendidikan tsbt.

Dari pernyataan kedua makin memperkuat alasan kita untuk kembali mempertanyakan kurikulum yg ada di negara ini, senada dengan kalimat sebelum ini bahkan ini berlaku oleh para pengabdi.