Sebetulnya kalau menurut saya, asal muasal diberikannya PR kepada siswa adalah untuk latihan siswa di rumah.
Dengan pemberian PR ini, para pengajar yang ada berharap nanti anak didiknya juga blajar dirumah.
Selain itu, di dalam PR juga dapat diberikan beberapa soal yang kiranya sedikit leibh kompleks dari materi standar yang diajarkan. Hal ini untuk mendorong keraetivitas siswa.
Fungsi PR yang lain pada dasarnya juga dijadikan sebagai alat latihan siswa di rumah. Tetapi, dalam perjalanannya, saya rasa konsep ini agak berubah sedikit. Hal ini dikarenakan kondisi pelajar kita yang akhir-akhir ini sering tidak stabil (pulang sekolah kebanyakan dari mereka malah keluar rumah dan waktunya dibuat main), maka sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan akhirnya memundurkan jam pelajaran dan memberikan banyak PR agar dapat diselesaikan di rumah.
Nah, dampak dari hal ini adalah tingkat kejenuhan siswa yang meningkat. Hal ini wajar saja mengingat dengan banyaknya jumlah PR yang dibebankan kepada siswa, belum tentu semua siswa dapat mengerjakannya dengan baik mengingat setiap siswa tidak mungkin ada yang punya kemampuan yang identik dan penempatan pengelolaan waktu yang sama. Salah satu efek yang sering ktia lihat yaitu masiha adanya siswa yang mengerjakan PR di sekolah. Lebih jauh lagi, hal seperti ini dapat mendorong siswa untuk melakukan perbuatan curang yang tidak baik, yaitu menyontek. Dengan demikian, PR yang tadinya ditujukan untuk mendongkrak kemampuan siswa pada umumnya malah menjadikan banyak siswa menjadi malas. Ini yang kita sayangkan.
PR yang proporsional dalam sebutir mata pelajaran merupakan PR yang pemberiannya jgua mempertimbangkan PR dan mata pelajaran lain yang ada serta kondisi murid yang bersangkutan. Misal, sorang pengajar yang ingin memberikan PR sebaiknya ia menerawang kedepan tentang kemungkinan pemberian PR oleh guru lain. Atau, pengajar itu juga harus melihat kondisi anak didiknya, bagaimana kesiapan mereka nutuk menghadapai PR dengan tingkat soal dan jumlah soal tertentu. Nah, untuk memudahkan pelaksanaan hal ini, saya rasa di setiap sekolah perlu dibentuk sebuauh tim PR (Tim Evaluasi PR), tugasnya adalah meninjau aspek-aspek seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Jadi, dengan adanya tim sperti ini, saya rasa maslah overgiven PR dapat diatasi.
Walapun demikian, saya rasa ada juga manfaat aygn dapat kita ambil dari pemberian banyak PR ini. Yaitu terbiasanya siswa mendapat tugas dan tantangan yang berat, walaupun kalu ktia katakan mereka merasa malas utnuk menghadapinya. Tetapi, manfaat ini menurut saya hanya akan berjaland engan satu syarat, yaitu mereka harus memunyai mental yang kuat. Dan, hal ini lah yang harus ktia persiapkan nutuk emreka dari sekarang.