Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Kecurangan-kecurangan dalam Ujian Nasional

Dimulai oleh reborn, Mei 12, 2008, 10:39:39 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

reborn

Kasus kecurangan-kecurangan dalam Ujian Nasional makin banyak aja ya. Coba liat kasus guru-guru di Deli Serdang yang ditangkap karena ngebenerin jawaban muridnya. Ada bbrp hal yang menarik dari sini.

Pertama, guru-guru ini ditangkap sama Densus 88, unit kepolisian yang ngurus teroris. Apa urusannya? Kedua, gw ga tau persis alasan guru2 ini, bisa jadi disogok orang tua murid, nyelamatin sekolah/karir, atau emang pengen murid2nya lulus? Mata pelajarannya Bahasa Inggris, di sana mungkin bahasa Indonesia aja masih kesulitan. Banyak pertanyaan yang harus dijawab di sini, bukan hanya sekedar ada kecurangan lalu ditindak.
Pertanyaannya misalnya :

Kenapa sih kecurangan ini bisa terjadi?
Atas dasar apa pemerintah memberlakukan Ujian Nasional?

Adanya UN ini seakan-akan pemerintah hanya mementingkan hasil UN, menetapkan standar kelulusan yang "ideal" tanpa peduli bagaimana pendidikan di Indonesia. Atas dasar apa pemerintah menetapkan standar yang sama untuk daerah terpencil yang serba kurang (kurang buku, kurang fasilitas, kurang guru, kurang kurang kurang....) dan kota Jakarta misalnya (yang juga sebenernya serba kurang)? Kecurangan-kecurangan dalam UN, contohnya kasus guru Deli Serdang ini, adalah salah satu efek dari ketidaksiapan Indonesia. Ketika hasil lebih penting dari prosesnya sendiri.

Seharusnya semua yang serba kurang itu yang dibahas, bukan standar kelulusan yang dinaikkan. Bagaimana mungkin kita mengharapkan hasil yang lebih baik kalau kita hanya melakukan yang itu-itu aja. Kata Bang Einstein, INI SINTING!

Insanity: doing the same thing over and over again and expecting different results.
Albert Einstein.



Densus 88 Tangkap 16 Guru dan Seorang Kepsek

MEDAN, KAMIS â€" Di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara secara mengejutkan Kepolisian Resor Deli Serdang menetapkan 16 guru dan seorang kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Lubuk Pakam 2 sebagai tersangka pelaku kecurangan UN Rabu siang. Mereka kedapatan membetulkan jawaban soal ujian siswa di sekolahnya. Penetapan sebagai tersangka itu dilakukan setelah Detasemen Khusus 88 Polda Sumut memergoki mereka membetulkan jawaban siswa.

"Mereka terbukti menjawab soal siswa. Detasemen khusus 88 memergoki mereka di ruang khusus sekolah itu. Saat ini kami mewajibkan mereka lapor dua kali seminggu. Belum ada yang kami tahan karena mereka bersikap kooperatif," tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal PolresDeli Serdang, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Ruruh Witjaksono, Kamis (24/4).

Kejadian itu baru diketahui polisi setelah UN hari kedua tingkat SMA usai, Rabu siang. Dari keterangan yang dia himpun, para guru sepakat membetulkan jawaban soal UN siswa mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata pelajaran itu mereka nilai sulit, sehingga perlu membantu siswa. Dari keterangan para guru, ide untuk membantu siswa itu datang dari kepala sekolah.

"Guru Bahasa Inggris yang menjawab soalnya. Selanjutnya para guru bersama-sama membetulkan jawaban siswa sebanyak 284 lembar. Dari keterangan guru, yang paling bertanggung jawab adalah kepala sekolah. Kami masih meminta keterangan tambahan kepada mereka," tuturnya.

Sebelumnya, informasi polisi datang dari Detasemen Khusus 88 Polda Sumut.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Sumut Parlindungan Purba menuturkan kasus kecurangan ini bukti tidak adanya perubahan tahun lalu. Semangat UN untuk meningkatkan mutu pendidikan bakal susah terwujud. "Semangat untuk melaporkan kecurangan ini harus mendapat dukungan. Jangan coba-coba mengancam para guru yang berbuat jujur. Kami bisa membantu melaporkan ke polisi," tuturnya.

Sementara itu ujian nasional di Sumatera Utara terjadi di tujuh daerah kabupaten dan kota. Kecurangan itu tersebar di 24 sekolah menengah atas dan sederajat. Laporan adanya kecurangan itu sebagian besar dari Komunitas Air Mata Guru/KAMG dan satu kasus dipergoki petugas kepolisian.

"Secara umum terjadi pelanggraan posedur operasi standar UN. Kecurangan masih kami temukan kasat mata di depan kami. Bahkan kecurangan juga kami temukan di sekolah favorit," tutur Ketua Dewan Pengurus KAMG Daud Hutabarat, Kamis (24/4) di Medan.

Daud mengatakan temuan adanya kecurangan UN umumnya dia terima dari laporan para guru saat mengawasi UN. Sebagian yang lain dari investigasi di sejumlah sekolah. KAMG akan nama-nama sekolah dan bukti pelanggarannya itu ke Dinas Pendidikan Provinsi Sumut secara lengkap.

KAMG menunjukkan bukti-bukti kecurangan di antaranya rekaman video tukar menukar jawaban para siswa di kantin sebuah SMA favorit di Medan, lembar jawaban cetakan komputer, dan foto telepon seluler.

Teti Sihombing salah seorang pengawas di sebuah SMA di Pematang Siantar mengaku mendapat intimidasi dari pihak yayasan sekolah karena tidak mau menuruti keinginan pihak sekolah. "Saya tetap tidak mau mengganti berita acara UN. Saya menyatakan ada kecurangan di depan mata saya. Saat saya akan pulang, mereka mengatakan 'tolong hati-hati.' Saya juga disoraki guru dan siswa dengan mengatakan gila," katanya.

Saat mengawas, Teti mendapatkan kunci jawaban dengan cetakan lengkap. Dia tidak tahu dari mana kunci jawaban yang beredar di siswa. Dia menduga ada kebocoran soal sebelumnya. Bentuk kecurangan itu terjadi selama tiga hari berturut-turut selama dia mengawas UN.

NDY
Sumber : KOMPAS
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

ixv

apakah pemerintah dan seluruh komponen pendidikan sudah memenuhi "standar kelulusan" untuk melaksanakan ujian nasional di Indonesia? ???

reborn

Kutip dari: ixv pada Juli 06, 2008, 09:47:42 PM
apakah pemerintah dan seluruh komponen pendidikan sudah memenuhi "standar kelulusan" untuk melaksanakan ujian nasional di Indonesia? ???

haha..... dalem banget ini ;D

Irdint

harap maklum klo koruptor indonesia meraja lela.. lha wong sudah kebudayaan turun temurun gitu.. mendirikan KPK pun percuma buktinya KPK sendiri malah korupsi.. ato mungkin budaya teposlironya udah sangat masuk kedalam hati masing-masing masyarakat indonesia bahkan sampai di bangku ujian sekalipun..

Ginji

Kutip dari: Irdint pada November 02, 2009, 09:05:22 PM
harap maklum klo koruptor indonesia meraja lela.. lha wong sudah kebudayaan turun temurun gitu.. mendirikan KPK pun percuma buktinya KPK sendiri malah korupsi.. ato mungkin budaya teposlironya udah sangat masuk kedalam hati masing-masing masyarakat indonesia bahkan sampai di bangku ujian sekalipun..
ya kalo masyarakat mikirnya gitu mulu gimana bisa maju ? dan gimana korupsi gak merajalela!?

saus_tomat

iyooo... uan banyak curangnya... makanya saya gak setuju banget kalo nilai UAN bakal dipake buat masuk PTN n ujian masuk PTN-nya dihapuskan :(

blacklist_boy

saya sebagai siswa yang akan melaksanakan UN, mending UN nya gak usah diadain deh... hhe  ;D

mariaita

gila ... gila ... gila ... segila-gilanya ... pendidikan indonesia memang gila ...
banyak yg mengatakan 'jangan ikut-ikutan gila!' tp toh nyatanya ... harus menggila ! :'(

heru.htl

Indonesia memang 'NEGARA CURANG', yang bergelar Doctor alias lulusan S3 sj banyak yg curang. Pejabatnya juga 'RATA RATA / PUKUL RATA CURANG'.
Jadi jangan heran/kaget, memang INDONESIA gudangnya PELAKU keCURANGan. 8) 8) 8) 8)

heru.htl

#9
GANTI SAJA SEMUA UJIAN TEORI MENGGUNAKAN UJIAN PRAKTEK!
MEMANG BENAR, BAHWA NILAI DIATAS KERTAS ITU "OMONG KOSONG!"
RUMUS HITAM DI ATAS PUTIH A'LA KAUM BIROKRAT PENDIDIKAN PENIPU TIDAK PERLU DITERUSKAN.
RUMUS KAUM ANTI-PRACTICUM JUGA SUDAH WAKTUNYA DITINGGALKAN.

Di dunia programmer, orang hanya bisa disebut programmer kalau memang bisa memprogram dan membuat program/aplikasi piranti lunak. Teori memang penting, tetapi praktek itulah wujud dari teori dan cara paling fair untuk membuktikan sejauh mana seseorang menguasai teori adalah praktek!

Contoh lain, seseorang boleh saja berkoar kalau ia seorang teknisi hardware/peralatan elektronik kelas kakap. Tetapi, kalau kenyataannya ia tidak bisa nyopot baud atau bahkan tidak bisa nyolder, maka kita berhak mengatakan bahwa ia 'penipu kelas kakap' dan bukan 'teknisi kelas kakap'.

Takagi Fujimaru

Wahahahaha... iya nih. Dari dulu aq pengen ujian itu lisan. langsung di depan penguji. Kalo ujian tulis, aq sering kalah ama mereka yang contekan! Bayangkan aja, masa UN kmaren 1 kelas smsn smua? Hadu2...
Belajar itu buat cari ilmu, bukan cari nilai.

heru.htl

#11
Bukan cuma lisan,

tetapi full praktikum.

Saya yakin,

makin banyak

yang tidak lulus  >:D >:D >:D

SUDAH SAATNYA BANGSA INDONESIA TIDAK LAGI DIDIDIK UNTUK MENJADI "ALAT PEREKAM DATA" (MANUSIA BUKAN HARD DISK, TETAPI LEBIH DARI ITU), SAATNYA BANGSA KITA MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA YANG BISA BEKERJA DENGAN SKILL, BUKAN BEKERJA DENGAN TRIK-TRIK KOTOR DAN SEMANGAT KERUPUK.

Takagi Fujimaru

Hya... pesimis banget? Atau optimis ya? hehehehe
Optimis dalam kepesimisan? Entahlah... hohoho

Ia juga sih, apalagi kalau praktikum nya individu, wah, berasa merdeka! wahahahaha
Belajar itu buat cari ilmu, bukan cari nilai.

heru.htl

Kutip dari: Takagi Fujimaru pada April 17, 2010, 09:32:05 PM
Hya... pesimis banget? Atau optimis ya? hehehehe
Optimis dalam kepesimisan? Entahlah... hohoho

Ia juga sih, apalagi kalau praktikum nya individu, wah, berasa merdeka! wahahahaha


Plus, di awasi kamera CCTV + direkam step-step praktikumnya.

Saya jamin, mereka siswa yang lazy/lame akan "crash & hank".

Plus, hanya ada 2 nilai:

Nilai 1 jika praktikum sukses.

Nilai 0 jika praktikum gagal.

Takagi Fujimaru

wah, ya ga seru tuh. Jangan disamain sama komputer ah! Masa cuma tau angka '0' dan '1' doank? Hohohoho

Eh, tapi klo tesnya gitu apa ga kemahalan tuh? Gmn ama yg di desa2 n daerah terpencil? Boro2 bli CCTV, bli kapur aja susah...hohoho

Mungkin alternatif lainnya dengan tes one by one. Satu2 yg maju, dengan soal beda tapi bobot sama... hmmmmm
Belajar itu buat cari ilmu, bukan cari nilai.