Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 07:08:48 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 112
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 136
Total: 136

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa (?)

Dimulai oleh biobio, Mei 12, 2009, 04:46:26 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

biobio

Ini saya copy paste kan dari tugas membuat artikel dari guru bahasa indonesia saya waktu kelas X dulu... semoga bisa di"nikmati" dan didiskusikan...


   Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Sungguh mulia "gelar" yang diberikan bagi para guru di Indonesia. Namun, seperti kata judul di atas, apakah seorang guru masih layak menyandang predikat tersebut? Menurut hemat saya, sebelum mengkaji topik tersebut lebih dalam, kita haruslah sedikit mengubah judul di atas. Ya! Menjadi "Apakah setiap guru masih layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa?". Mengapa demikian? Sebab saya rasa tidaklah bijak untuk menghakimi guru secara profesi. Maksudnya, saya disini ingin menekankan, bahwa tidak semua pencuri itu jahat. Demikian pula, tidak semua ustadz itu baik. Karena itulah, jangan sekali-kali mengadili secara global. Hendaknya kita menilai secara individual. Artinya, kita jangan memukul rata bahwa semua guru itu begini, semua guru itu begitu, dan lain sebagainya. Meskipun secara dominan, anggaplah 99 dari 100 guru kita anggap tidak layak menyandang predikiat di atas, kurang bijak jika kita menulis "Guru tidak layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa". Atau sebaliknya, jika 99 dari 100 guru kita anggap qualified sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, janganlah menulis "Guru memang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa". Lho, mengapa begitu? Kasarnya, kita dapat mengatakan, "Lho, di pernyataan pertama itu kan kasihan seorang guru yang layak disebut pahlawan tanpa tanpa jasa. Dia harus dipandang sebelah mata hanya karena teman-temannya tak layak mendapat julukan yang sama". Dan, untuk pernyataan yang kedua tentu saja seperti yang anda pikirkan, "Lho, enak banget tuh si guru yang 'tidak layak'. Gara-gara teman-temannya yang 'memenuhi syarat', ia ikut-ikutan juga". Praktis bukanlah yang terutama. Jangan sampai karena adanya "minat" yang berlebihan untuk melakukan penyederhanaan terhadap yang kompleks, masyarakat kita yang sudah bingung ini semakin dibingungkan oleh argumen kita.
   Menurut Amin Tjiasmanto, seorang warga Graha Famili, Surabaya Barat, yang menentukan layak tidaknya guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, hal itu dikembalikan lagi kepada sang guru. , tutur pria kelahiran Kuala Simpang 76 tahun silam tersebut. Lalu, bagaimana dengan banyaknya tudingan bahwa guru sekarang hanyalah mementingkan materi daripada kualitas mengajarnya? "Sudah saya katakan, yang penting adalah dedikasinya bagi negara. Namun, saya ingin bertanya kepada mereka (yang menuding guru cenderung meterialistis), berapakah gaji guru? Apakah sudah mencukupi? Lebih banyak mana dengan gaji orang kantoran? Sulit mana pekerjaannya? Besar mana tanggungjawabnya?". "Saya rasa, uang yang didapatkan guru tidak pernah melunturkan citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mengapa, karena gaji guru itu, entah berapapun jumlahnya, adalah sebagai suatu balas jasa atas pengorbanannya. Kan tidak mungkin guru disuruh berkorban ngajar dan tidak diberi makan. Gaji guru sebagai tanda terima kasih kita untuk pengorbanan guru. Apalagi, uang itu kan untuk beli nasi juga? Untuk menghidupi keluarga juga? Namun, lain lagi kalau orang yang menjadi guru karena tidak ada profesi lain. Apalagi, jika mereka mengajar asal-asalan. Jelas tidak pantas menyandang julukan mulia tersebut", lanjut Bapak Amin lagi.
   Pendapat Bapak Amin Tjiasmanto ternyata diamini juga oleh Pujiarto, seorang pria berusia 21 tahun asal Banyuwangi yang mengadu nasib di kota Pahlawan. "Guru itu memang pahlawan tanpa tanda jasa. Uang yang diterima guru kan untuk makan juga. Masa guru tidak boleh terima uang? Kita harus tahu terima kasih kepada bapak-ibu guru. Kita bisa baca-tulis, dan lainnya apakah bukan karena guru? Namun itu guru yang baik, lho. Ada juga guru yang karepe dhewe (seenaknya sendiri), ngajar kalau mood saja, dan tidak mementingkan perkembangan anak didiknya, yang penting dapat gaji. Mereka itu kudhu digantung ning wit wae (sebakinya digantung di pohon saja)", ujarnya dalam wawancara yang dilakukan Sabtu (26/4) malam.
   Benjamin Widjojo, seorang warga Kencanasari Timur menambahkan, bahwa seyogyanya kita menghargai guru kita. "Kita pandai karena guru. Jadi, jangan banyak prasangka lagi tentang guru. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Apalagi, kita bisa mengeluarkan argumen yang memojokkan guru seperti sekarang ini, bukankah itu adalah sebuah bukti tak terbantahkan bahwa kita telah dididik guru menjadi manusia yang cerdas intelektual?", paparnya. Hanya itu? Tidak. Dalam wawancara yang dilakukan Minggu (27/4) malam itu, Bapak Benjamin juga mengecam guru yang tidak memajukan pendidikan Indonesia. "Guru-guru yang tidak pantas mengajar, karena memang tidak kompeten misalnya, mundurlah dahulu. Belajar kembali sebelum maju. Guru yang terlalu tua, jangan ngotot mengajar. Beri kesempatan bagi yang muda. Dan hendaknya guru memfokuskan perhatiannya hanya kepada dunia pendidikan. Bonus, tunjangan, dan lain sebagainya jangan terlalu diperhatikan. Ya, itu yang namanya pengorbanan. Jangan ngisin-ngisini . Gara-gara sedikit guru yang begitu, nama guru secara keseluruhan jadi tercemar. Gara-gara cabai sedikit, pedaslah semangkuk gulai (versi lain dari peribahasa 'karena nila setitik, rusaklah susu sebelanga') ", tambahnya lagi dengan suara berapi-api.
   Dari pendapat Bpk. Amin, Sdr. Pujiarto, serta Bpk. Benjamin, dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan di antara pendapat mereka, yakni bahwa kita harus bisa membedakan, mana guru yang memang pahlawan tanpa tanda jasa, dan mana guru yang tidak layak menyandang predikat tersebut. Karena itu, janganlah kita sekali-kali mencap sebuah profesi sedemikian rupa, namun, haruslah kita menilik dari individu ke individu yang lain. Seperti yang saya katakan di awal tadi, jangan sampai ada pihak yang dirugikan (seorang guru 'baik' yang harus rela disebut 'jelek' karena rekan-rekannya), dan jangan juga ada pihak yang diuntungkan (seorang guru 'jelek' yang disebut 'baik' karena rekan-rekannya banyak yang 'baik').
   Maka dari itu, sekarang kita dapat menjawab pertanyaan yang juga menjadi judul bacaan kecil ini, "Seorang Guru, Masihkah Layak Disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?". Jawabannya, tergantung masing-masing guru yang bersangkutan. Apabila seorang guru memiliki dedikasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan Indonesia, serta tak kenal lelah dan sepenuh hati dalam membimbing siswa, dan memiliki cita-cita yang luhur dalam mengembangkan pendidikan Indonesia, tidak perlu ragu lagi (dan jangan mengungkit lagi soal gaji!). Memang beliau adalah "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Namun, sebaliknya. Jika seorang guru hanya mengajar asal-asalan dan hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memikirkan perkembangan siswa, dan tidak mengajar dengan baik, jangan ragu untuk menegurnya, "Pemisi, Bapak / Ibu, tolong jangan menjadi guru ya. Kasihan, nanti gara-gara Bapak / Ibu, guru-guru Indonesia dicap buruk oleh masyarakat".
   Ya, hanya seorang "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang layak mendidik negeri ini. Terima kasih, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.




   
"The pen is mightier than the sword"

Nabih

Kenapa ya, aku ngga betah baca bacaan panjang-panjang di komputer

herlambang

Kutip dari: Nabih pada Mei 24, 2009, 07:33:53 PM
Kenapa ya, aku ngga betah baca bacaan panjang-panjang di komputer

tinggal bacaanya kale :D
built-in double watchdog! ^^"   *Problem Solved*

ytridyrevsielixetuls

realistis aja... harus berimbang antara hati nurani dan perhitungan

anda butuh uang kami butuh ilmu!
[move]
     -/"|           -/"|           -/"|
<(O)}D     <(O)}D     <(O)}D
     -\_|          -\_|           -\_|

nʇǝʌ∀

Kutip dari: ytridyrevsielixetuls pada April 29, 2012, 02:43:40 PM
realistis aja... harus berimbang antara hati nurani dan perhitungan

anda butuh uang kami butuh ilmu!

yep.
tak apa2 kalau guru digaji dan memang seharusnya begitu. tahu sama tahu lah...
kami butuh ilmu, anda butuh uang
kami disiplin belajar, anda disiplin mendidik
ini yg paling adil.

                |'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''|
       __/""|"|--------nʇǝʌ∀ inc.------|
> (|__|_|!!|__________________|
      (o)!""""""(o)(o)!"""""""""""(o)(o)!

?

Apa beda pengajaran dan pendidikan?

__________

Kutip dari: ? pada April 29, 2012, 06:27:51 PM
Apa beda pengajaran dan pendidikan?

dalam konteks institusi pendidikan, pengajaran itu berarti membuat pembelajar mampu menguasai ilmu/keahlian tertentu. kalau pendidikan lebih dari itu, dimana pengajar harus bukan cuma mengajari pembelajar saja, tetapi membuat pembelajar tau untuk apa ilmu/keahlian itu digunakan.

artinya guru bukan cuma bertugas memberitahu murid caranya menguasai suatu ilmu/keahlian, melainkan juga mempengaruhi murid agar menggunakan ilmu tsb untuk tidak disalahgunakan. sehingga penggunaan ilmu/keahlian tsb oleh murid dilakukan pd tempat yg semestinya.

?

Berarti seorang guru seharusnya menjadi seorang pendidik alih-alih menjadi pengajar? Dan oleh karena itu pula maka nama dari Kementrian adalah Pendidikan, bukan Pengajaran?

Bagaimana dengan karakter murid? Apakah ini termasuk dalam kata mengajar atau mendidik?

Monox D. I-Fly

Kutip dari: ? pada Mei 02, 2012, 11:44:41 PM
Bagaimana dengan karakter murid? Apakah ini termasuk dalam kata mengajar atau mendidik?

Kalau kata kakakku, yang juga seorang guru, dia dulu diajari oleh dosennya bahwa yang disebut dengan "mendidik" adalah membentuk karakter siswa, sedangkan "mengajar" hanya memberi ilmu pada siswa.
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.

elbuy10

Pantesan copy-paste... tulisannya kayak kreta,haha... kalau nulis buat di publis ke intenet harus pendek2. ini mah udah panjang2 eh pada nyabung kyk kreta

Monox D. I-Fly

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang sesungguhnya itu stuntman alias pemeran pengganti. Mereka yang jungkir balik sampai cedera, malah aktor ternama yang dianggap melakukannya. ::)
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.