Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 01:30:15 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 102
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 104
Total: 104

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Teknik Kimia (Chem.Eng.) ato Teknik Industri (Ind.Eng.)?

Dimulai oleh maxham, Oktober 20, 2009, 08:43:30 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

kurapnaga

jangan salah kaprah

teknik kima itu bukan membahas kimia, tapi lebih kearah fisika (thermodynamic)

teknik industri itu bukan tentang fisiki, tapi lebih kearah manajemen industri

sisca, chemistry

wah,,
makasi dah infonya.. untung lom masuk...
tar jadi salju (salah jurusan) dech di sana...
[move]
~ You are what you eat ~
[/move]

Somatic Cell

Kutip dari: maxham pada Oktober 20, 2009, 08:43:30 PM
Teman-teman, maaf banget ya kalo saya mungkin sampai nanyain pertanyaan yang sama 2 kali, tapi gw lagi bener2 pusing menentukan jurusan buat kuliah (bidang teknik) nanti. Tapi, mengenai materi2 kuliahnya, pekerjaannya, baik teknik industri maupun teknik kimia, gw ud tau, kok....

Gw skrg lagi dikelas II IPA, & kalo gw mo ambil teknik, gw ud mantep milih teknik kimia ato teknik industri, cuman gw masih bingung banget lebih baik pilih yang mana, soalnya gw ada pertimbangan seperti ini: Gw ini boleh dibilang tipikal anak yang cukup males praktikum (& nilai praktikum gw sih biasa2 aja), kecuali yang penting-penting aja. Dan gw ini kalo di lab cukup, bahkan boleh dibilang sangat "manja", harus pake alat-alat yang bagus2 & lengkap  kalo enggak jadi gampang brantakan. Sebagai referensi tambahan, utk nilai IPA (teori), kimia gw no.1, disusul fisika, bio, lalu mat...

Kalo teman-teman menilai, dibanding 2 jurusan teknik tadi, mending gw ambil yang mana?

Kalau males praktikum, kurang cocok di teknik kimia karena praktikumnya cukup menyita waktu. Teknik Kimia itu justru banyak mempelajari Fisika yang tentu saja harus menguasai matematika.

Teknik Industri lebih kearah manajemen industri, meskipun di Teknik Kimia mempelajari manajemen industri juga.

riandono

Kutip dari: Mat Dillom pada November 24, 2009, 06:07:45 AM
Kutip dari: sisca, chemistry pada November 24, 2009, 06:04:49 AM
ahaaa...
kalo farmasi..?

Farmasi cuma nyampur-nyampur kimia obat, kayak bikin nasi goreng yah?.


Itu salah satu aja dr yg dipelajari di farmasi. Sederhananya, farmasi mempelajari segala sesuatu tentang obat. Mulai dr pembuatannya sampai dengan penggunaannya.

Mat Dillom

#19
Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 06:16:40 PM
Kutip dari: Mat Dillom pada November 24, 2009, 06:07:45 AM
Kutip dari: sisca, chemistry pada November 24, 2009, 06:04:49 AM
ahaaa...
kalo farmasi..?


Farmasi cuma nyampur-nyampur kimia obat, kayak bikin nasi goreng yah?.
Itu salah satu aja dr yg dipelajari di farmasi. Sederhananya, farmasi mempelajari segala sesuatu tentang obat. Mulai dr pembuatannya sampai dengan penggunaannya.

Tapi gak pernah tahu efeksamping dari obat itu atau sifat-sifat bahan kimia untuk obat?, Misalnya seorang ahli farmasi punya anak yang mengalami pembekuan darah, tentu ia tidak bisa menentukan obat mana yang dapat dipakai mengatasi pembekuan darah khan? juga gak tau dosisnya berapa. Iya?.


riandono

ou tidak, justru hal-hal tersebut itulah yang menjadi keahlian farmasi

Mat Dillom

Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 08:06:58 PM
ou tidak, justru hal-hal tersebut itulah yang menjadi keahlian farmasi

Jadi seorang ahli farmasi, tau kimia apa untuk sakit apa?

riandono

Ya sudah pasti itu dan masih banyak hal lain lagi..

Untuk jelasnya mungkin bung dillom dan teman2 bisa ngintip contoh kurikulum farmasi S1 disini:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
atau dari kampus2 lain

setelah mendapat gelar sarjana (dulu drs, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.] atau S.F skrg  [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.], atau tergantung tatanama dr almamaternya), perlu mengikuti lagi program pendidikan profesi untuk mendapatkan gelar profesi farmasis (Apoteker disingkat Apt).

Mat Dillom

Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 08:32:04 PM
Ya sudah pasti itu dan masih banyak hal lain lagi..

Untuk jelasnya mungkin bung dillom dan teman2 bisa ngintip contoh kurikulum farmasi S1 disini:
[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]
atau dari kampus2 lain

setelah mendapat gelar sarjana (dulu drs, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.] atau S.F skrg  S.Farm, atau tergantung tatanama dr almamaternya), perlu mengikuti lagi program pendidikan profesi untuk mendapatkan gelar profesi farmasis (Apoteker disingkat Apt).

Oh gitu yah. Thanx infonya. Besok-besok ane kalau sakit gak perlu ke dokter, tapi cukup ketemu apoteker aja :d. Thanx infonya.

riandono

Kalo sakit ya ke dokter, bukan ke apoteker. Apoteker tidak berhak mendiagnosis pasien.

Mat Dillom

Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 08:50:45 PM
Kalo sakit ya ke dokter, bukan ke apoteker. Apoteker tidak berhak mendiagnosis pasien.

Maksud saya kalau sudah tahu sakitnya. Misalnya TBC, asam urat, darah tinggi. Khan apoteker bisa bikinin obatnya. Kata ente apoteker tahu obat apa untuk sakit apa. Iya khan?

riandono


Apt wajib tau ttg penyakit, dan tau obat untuk penyakit itu apa, tp apt tidak berwenang memberi tindakan terhadap pasien yang tsb. Dokter wajib tau ttg obat, tp dokter tidak punya kewenangan untuk dispensing obat.

Jadi yang bisa dilakukan apt kepada pasien adalah menyediakan obat, memberikan informasi ttg obat tsb termasuk aturan pakai, efek samping, interaksi obat tbc dgn obat lain, dsb, dan segala informasi yang anda perlukan ttg obat sedetil2nya.

Mat Dillom

Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 10:31:54 PM

Apt wajib tau ttg penyakit, dan tau obat untuk penyakit itu apa, tp apt tidak berwenang memberi tindakan terhadap pasien yang tsb. Dokter wajib tau ttg obat, tp dokter tidak punya kewenangan untuk dispensing obat.

Jadi yang bisa dilakukan apt kepada pasien adalah menyediakan obat, memberikan informasi ttg obat tsb termasuk aturan pakai, efek samping, interaksi obat tbc dgn obat lain, dsb, dan segala informasi yang anda perlukan ttg obat sedetil2nya.


Thanx infonya. Jadi kami yg awam tidak salah kaprah. Apalagi beli obat tradisional yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara medis dan secara ilmu kimia obat.

riandono

Sama-sama bung dillom, kalo ke apotek, anda berhak minta informasi obat ke apoteker nya sebanyak2nya (gratis lo hehe)

Mat Dillom

Kutip dari: riandono pada Juni 09, 2010, 10:45:25 PM
Sama-sama bung dillom, kalo ke apotek, anda berhak minta informasi obat ke apoteker nya sebanyak2nya (gratis lo hehe)

Cuma gak tega waktunya apoteker/asistennya. Biasanya jumlah mereka sedikit dari jumlah yang antere obat. Kalau saya sejak dulu berobat ke Rumah sakit/pos kesehatan yang ada catatan medis dan obatnya. Jarang ke dokter umum yg cuma sekali-kali berobat. Jadi dokternya kayak dokter pribadi aja. Nah kalo pos kesehatan itu ada apotekernya tidak?.