Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 05:05:39 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 87
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 153
Total: 153

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Top 100 Global Universities

Dimulai oleh pinokio, November 15, 2006, 09:01:02 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 4 Pengunjung sedang melihat topik ini.

pinokio

Daripada dimarahin karena bajak thread sebelah, mending bikin baru. Ini dapet Top 100 Global Universities versi Newsweek International. Gimana mereka ngeranknya :

KutipWe evaluated schools on some of the measures used in well-known rankings published by Shanghai Jiaotong University and the Times of London Higher Education Survey. Fifty percent of the score came from equal parts of three measures used by Shanghai Jiatong: the number of highly-cited researchers in various academic fields, the number of articles published in Nature and Science, and the number of articles listed in the ISI Social Sciences and Arts & Humanities indices. Another 40 percent of the score came from equal parts of four measures used by the Times: the percentage of international faculty, the percentage of international students, citations per faculty member (using ISI data), and the ratio of faculty to students. The final 10 percent came from library holdings (number of volumes).

Listnya :

1. Harvard University   
2. Stanford University   
3. Yale University   
4. California Institute of Technology   
5. University of California at Berkeley   
6. University of Cambridge   
7. Massachusetts Institute Technology   
8. Oxford University   
9. University of California at San Francisco   
10. Columbia University   
11. University of Michigan at Ann Arbor   
12. University of California at Los Angeles   
13. University of Pennsylvania   
14. Duke University   
15. Princeton Universitty   
16. Tokyo University   
17. Imperial College London   
18. University of Toronto   
19. Cornell University   
20. University of Chicago   
21. Swiss Federal Institute of Technology in Zurich   
22. University of Washington at Seattle   
23. University of California at San Diego   
24. Johns Hopkins University   
25. University College London
26. Swiss Federal Institute of Technology in Lausanne   
27. University Texas at Austin   
28. University of Wisconsin at Madison   
29. Kyoto University   
30. University of Minnesota Twin Cities   
31. University of British Columbia   
32. University of Geneva   
33. Washington University in St. Louis   
34. London School of Economics   
35. Northwestern University   
36. National University of Singapore   
37. University of Pittsburgh   
38. Australian National University   
39. New York University   
40. Pennsylvania State University   
41. University of North Carolina at Chapel Hill   
42. McGill University   
43. Ecole Polytechnique   
44. University of Basel   
45. University of Maryland   
46. University of Zurich   
47. University of Edinburgh   
48. University of Illinois at Urbana Champaign   
49. University of Bristol   
50. University of Sydney   
51. University of Colorado at Boulder   
52. Utrecht University   
53. University of Melbourne   
54. University of Southern California   
55. University of Alberta   
56. Brown University   
57. Osaka University   
58. University of Manchester   
59. University of California at Santa Barbara   
60. Hong Kong University of Science and Technology   
61. Wageningen University   
62. Michigan State University   
63. University of Munich   
64. University of New South Wales   
65. Boston University   
66. Vanderbilt University   
67. University of Rochester   
68. Tohoku University   
69. University of Hong Kong   
70. University of Sheffield   
71. Nanyang Technological University   
72. University of Vienna   
73. Monash University   
74. University of Nottingham   
75. Carnegie Mellon University   
76. Lund University   
77. Texas A&M University   
78. University of Western Australia   
79. Ecole Normale Super Paris   
80. University of Virginia   
81. Technical University of Munich   
82. Hebrew University of Jerusalem   
83. Leiden University   
84. University of Waterloo   
85. King's College London   
86. Purdue University   
87. University of Birmingham   
88. Uppsala University   
89. University of Amsterdam   
90. University of Heidelberg   
91. University of Queensland   
92. University of Leuven   
93. Emory University   
94. Nagoya University   
95. Case Western Reserve University   
96. Chinese University of Hong Kong   
97. University of Newcastle   
98. Innsbruck University   
99. University of Massachusetts at Amherst   
100. Sussex University

Sumber : [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

reborn

kebanyakan USA yahh, tapi lumayan asia peringkat 16 itu :) Tokyo University. Kapan Indo yahh...

crazygamer_131

Haduh-haduh Nanyang aja tidak masuk ke daftar 100 terbaik, apalagi ITB. Kayanya ITB nggak akan pernah menjadi universitas yang dihormati lagi deh di kawasan Asia. (seperti jaman baheula)

advisor

jaman baheula itu kapan? Emang ITB pernah dihormatin di Asia  ;D

greenergy

Kutip dari: crazygamer_131 pada November 20, 2006, 05:27:54 PM
Haduh-haduh Nanyang aja tidak masuk ke daftar 100 terbaik, apalagi ITB.

71. Nanyang Technological University ;)

but rangking2an kaya gini nih subyektif sekali.... dan IMHO, useless kecuali buat prestige aja..

reborn

Sayangnya, kebanyakan anak SMU itu ga tau apa isi tiap2 jurusan, apa aja mata kuliahnya. Kebanyakan liat rank seperti ini atau passing grade, makin tinggi rank/passing grade makin pengen dia masuk... isinya sendiri ga tau apa.

Kekurangan ada unversitas n jurusan favorit kek gini, bbrp tempat kekurangan orang2 yang berpotensi dan bbrp orang ga bisa optimal karena salah jurusan (kayak lagunya the RIF yahh :D)

toubinx

Ada artikel yg berkaitan nih...
Semoga bermanfaat :)



============================
Pemeringkatan Universitas:

Membangunkan Tidur Dosen dan Pemerintah 



Oleh CARDIYAN H I S



Musim pemeringkatan universitas di Asia dan Dunia kembali tiba. Sejak dimulai pertama kali oleh majalah AsiaWeek (Hong Kong) pada 1997 telah menempatkan University of Tokyo sebagai nomor 1 di Asia pada "50 Top Asia Universities". Dari Indonesia muncul ITB sebagai yang terbaik yakni pada urutan no. 19. Pada survey tahun 2000, Kyoto University menjadi no 1 karena Universitas Tokyo menarik diri. Sebab menurut Presiden/Rektor Universitas Tokyo Shigehiko Husumi, PhD (ketika itu); "Kualitas pendidikan dan riset tidak dapat dibandingkan antara universitas yang satu dengan universitas yang lain. Seperti juga karakteristik seseorang adalah sangat sulit untuk dikuantifikasi. Namun demikian University of Tokyo akan terus secara konsisten meningkatkan kualitas Advanced Research jauh ke depan". (Missing Your School? Why 35 universities did not join", AsiaWeek June 30, 2000) dan juga baca "A Word from President, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]).     

      Entah kebetulan pada tahun 2000 itu juga majalah AsiaWeek bangkrut. Dan survey "dilanjutkan" terakhir 5 Oktober 2006  oleh the Times Higher Education Supplement-Quacquarelli Symonds (THES-QS) World University Rankings dari Inggris dan sebelumnya Juli 2006 oleh Webometrics Ranking of World Universities dari Spanyol.

      Dari Asia Tenggara berdasarkan versi THES-QS Inggris, National University of  Singapore (NUS) melejit pada posisi 19. Indonesia menempatkan UGM masuk 100 besar untuk katagori Ilmu-ilmu Sosial yakni pada urutan 47, tetapi secara Total Skor Universitas, UGM masih terperosok pada posisi 270, masih dibawah Universitas Indonesia di no 250 dan ITB no. 258. 

      Dari Asia Tenggara berdasarkan versi Webometrics, kembali NUS menduduki no 3 pada "100 Top Asia Universities", setelah University of Tokyo dan Keio University, Jepang. Indonesia menempatkan ITB satu-satunya wakil yakni pada posisi no. 43 Asia (sebelumnya no. 49) dan no. 658 dunia (sebelumnya no. 707). UGM dan UI yang tak masuk "100 Top Asia Universities" masing-masing hanya berada pada no. 1.462 dan no. 1.895 dunia pada survey Webometrics per Januari 2006. Bahkan UGM dan UI akhirnya terlempar dari 3000 dunia pada survey Webometrics per Juli 2006.



Hanya Relevan untuk Negara Maju

      Apa di balik gemerlap pemeringkatan universitas di dunia ini bagi dunia pendidikan Indonesia? Kita hendaknya menyikapinya dengan bijak. Yakni ada atau tidak ada pemeringkatan universitas di Asia dan Dunia, kampus-kampus di Indonesia tak boleh tidur! Bangun, bangun, berpaculah dalam balapan riset yang berbasis hak paten dan hak cipta (Hak Atas Kekayaan Intelektual/HAKI) karena dari sinilah orientasi kerja universitas yang benar; bagaimana kita harus mengejar ketertinggalan. Jangan hanya semangat dan pintar mengisi borang agar mendapatkan banyak akreditasi A versi BAN (Badan Akreditasi Nasional) tapi produk riset berbasis HAKI-nya memble. Jadi jangan sedikit saja ada "prestasi" versi BAN malah dijadikan "public relations" murahan yang menipu diri sendiri.

      Penulis sangat salut kepada sikap Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM, DR. Susetiawan, yang mengingatkan tanpa menafikan prestasi UGM di katagori Ilmu-ilmu Sosial, UGM harus tetap mawas diri dan tak lupa melakukan otokritik. "Benarkah UGM sudah sesuai dengan peringkat kualitas tersebut?", tanya doktor peneliti sosial UGM ini. Menurut Susetiawan, kalangan akademik harus mempertanyakan keabsahan pemberian peringkat tersebut, sebab kenyataannya sampai saat ini belum ada figur ilmuwan sosial yang dilahirkan dari UGM dan menjadi rujukan kalangan akademik. Sampai saat ini, mereka yang menjadi rujukan hasil penelitian ilmu sosial di Indonesia justru berasal dari peneliti asing seperti Lance Castel, Clifford Geertz dan Robert Hefner ("UGM Kembali Masuk 100 Top World Universities: Optimis Jadi PT Terkemuka", HU "Seputar Indonesia", 5 Nopember 2006, halaman 41). 

      Menurut pendapat penulis hasil pemeringkatan universitas di dunia hanya cocok dan ada korelasi langsung dengan performa universitas yang bersangkutan berdasarkan kriteria yang ditetapkan penerbitnya dan validitasnya akan pas hanya pada negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Swiss, Spanyol, Belanda, negara-negara Skandinavia, Kanada, Australia dan Jepang. Bahkan untuk universitas-universitas di Singapura seperti NUS dan NTU sekalipun, masih perlu dipertanyakan peringkatnya karena masih mengandung "banyak kelemahan".

      Apa sih inovasi kelas dunia yang telah berhasil diraih oleh NUS dan NTU dengan dana riset masing-masing sekitar US$ 200 juta/tahun atau 100 kali lebih besar dari dana riset ITB? Justru dosen-dosen peneliti ITB yang perlu dibanggakan dan dihargai bangsa Indonesia karena dengan dana riset US$ 2 juta per tahun mampu menghasilkan inovasi-inovasi kelas dunia dari riset-riset dasar maupun riset terapan yang berbasis HAKI internasional (ITB memiliki 90 HAKI, 30 siap lisensi, 5 telah dikomersialisasi), yang hebatnya sebagian diseminarkan di "kandang macan" NUS dan NTU.

      Memang Singapura boleh disebut nomor 1 dari segi "Entrepreneur Pendidikan" karena dengan dana berlimpah dari Pemerintahnya, mereka berhasil mengelola universitasnya antara lain; berhasil merekrut dosen-dosen asing kelas dunia dengan remunerasi sangat besar sehingga mampu menyedot lebih banyak mahasiswa asing. NUS & NTU dengan mudah membeli fasilitas laboratorium secanggih apapun misalnya reaktor MOCVD canggih pembuatan film tipis untuk teknologi nano berapa pun harganya (Sementara Fisika ITB melalui Profesor Barmawi, untuk memiliki reaktor MOCVD harus membikin sendiri dan ternyata mampu membuat 3 reaktor dengan nilai biayanya sepertiga dari belanja NUS & NTU untuk pengadaan 1 reaktor!!!) . NUS dan NTU enteng saja membangun jaringan internet dengan bandwidth super highway (dengan kapasitas 10 Gbps) karena dananya melimpah, sementara ITB yang di Indonesia satu-satunya universitas yang memiliki kapasitas terbesar yakni 55 Mbps masih harus berjuang panjang untuk mendapatkan kapasitas yang telah dimiliki oleh NUS dan NTU, agar para dosen peneliti di Observatorium Bosscha, Departemen Astronomi ITB melalui jaringan radio Astronomi, Australia (AARnet), Jepang dan Eropa bisa bekerja bergandengan dengan para peneliti di NASA, USA, untuk menjelajah antariksa. Jangan dilupakan pula, Singapura adalah salah satu pusat bisnis di dunia, sehingga para lulusan NUS dan NTU telah memiliki kedekatan untuk selalu berada pada pantuan para manajer SDM atau recruiters atau head hunter atau endusers. Kriteria-kriteria pemeringkatan universitas yang mengedepankan indikator-indikator seperti itulah yang menyebabkan NUS dan NTU selalu mendapat skor tinggi. Tetapi menurut pendapat penulis, belum tentu demikian bila diukur dari segi kriteria pencapaian riset berbasis HAKI yang murni hasil riset NUS dan NTU sendiri. Ini terbukti manakala NUS dan NTU mendapat skor 0 (nol) untuk Score on Alumni dan Score on Award versi Institute of Higher Education, Shanghai Jiao Tung University, yang memberikan bobot 80% bagi hasil-hasil riset dalam "Academic Ranking of World Universities 2006: Top 500 World University".   

      Mengapa pemeringkatan universitas di dunia hanya cocok untuk universitas-universitas seperti di Amerika Serikat misalnya? Karena di Amerika Serikat, sudah ada sedikitnya 228 Universitas Riset (147 milik pemerintah federal AS dan 81 universitas swasta) dari 3.700 universitas yang ada. Bahkan untuk universitas-universitas papan atas (mereka menyebutnya Ivy Leage) derajatnya bukan soal Universitas Riset lagi tetapi bagaimana menjadi Universitas Entrepreneur. Perbedaan skor antar mereka sangat tipis dalam setiap kali pemeringkatan universitas. Dan yang akan memenangkan persaingan adalah Universitas Riset mana yang dapat mencetak berapa entrepreneur baru setiap tahunnya? Disini MIT dan Stanford University sangat menonjol, sehingga dijuluki sebagai "Universitas Entrepreneur". Dan perlu dicatat pula, universitas-universitas papan atas di AS adalah mendominasi penerimaan ratusan Hadiah Nobel yakni mencapai 70% dari yang diperoleh penerima Hadiah Nobel di seluruh universitas dan lembaga riset di dunia. (Sebagai ilustrasi, 63 orang civitas academica MIT berhasil menyandang Hadiah Nobel sampai per 3 Oktober 2006).



Pemerintah Cuci Tangan, Dosen Tidur       

      Bagaimana mau mengejar ketertinggalan dalam balapan kemajuan sains dan teknologi, kalau Pemerintah RI malah cuci tangan dalam membelajakan dana bagi pendidikan demikian kecil. Pola pikir Pemerintah RI sudah harus dirubah mulai sekarang. Dari mana dana riset untuk universitas harus diadakan? Kalau berdasarkan prosedur dari dana APBN. Tetapi biasanya sangat sulit untuk direalisasikan padahal dana pendidikan 20% adalah amanat UUD 1945. Jadi yang logis dan praktis dalam jangka pendek adalah dari Dana Kompensasi BBM (Bahan Bakar Minyak) yang jumlahnya puluhan triliun rupiah!

      Petakan universitas-universitas di Indonesia berdasarkan kemampuan terbaik Program Studi (Prodi) masing-masing universitas. Bila kemampuan terbaik masing universitas di Indonesia ini disinergikan dalam suatu skenario besar, bisa dijadikan lokomotif penarik untuk mampu bersaing di kawasan Asean pada tahap awal, tingkat Asia pada tahap kedua dan secara jangka panjang pada tingkat Dunia. Universitas-universitas mana yang diberi tugas membantu membina universitas-universitas di daerah yang masih ketinggalan (affirmative action).

      Bila sekarang sebagian besar (90%) dana universitas dibelanjakan untuk gaji pegawai dan biaya operasional sehari-hari. Maka untuk ke depan secara bertahap dana tersebut sebagian besar hendaknya dialokasikan untuk dana riset dimana di dalamnya sudah ada peningkatan signifikan atas gaji dan tunjangan dosen peneliti, dana peningkatan fasilitas laboratorium riset, dana belanja bahan, dana riset lapangan, dana pengurusan HAKI dan komersialisasi HAKI dan sebagainya. Dengan telah diakomodasikannya keinginan para pelaku utama di kampus-kampus Indonesia tak ada alasan lagi bagi para dosen untuk terus tidur, ngajar seenaknya, enggan meneliti tetapi ngobyek dimana-mana. Kini mereka tidak hanya terbatas memberi kuliah mahasiswa di ruang kelas saja tetapi juga aktif mendidik mahasiswa secara manusiawi agar meningkat nilai tambahnya menjadi calon-calon pemimpin masa depan yang berkarakter. Mereka hendaknya menghabiskan waktunya untuk membaca, mengeksplorasi dunia maya, meneliti dan kemudian menuliskannya pada jurnal-jurnal ilmiah kredibel, sehingga Citation Index para dosen peneliti Indonesia meningkat pesat.

      Pemerintah RI harus belajar kepada kepedulian Pemerintah Kerajaan Malaysia tentang betapa pentingnya pendidikan. Pemerintah Kerajaan Malaysia telah menghibahkan dana riset sebesar US$ 25 juta pada periode 2000-2002 agar Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) meningkat menjadi Universitas Riset. Meskipun hasil riset pada UKM belum begitu impresif bila dibandingkan dengan pencapaian hasil-hasil riset ITB misalnya, tetapi Pemerintah Malaysia paling tidak telah memberikan komitmen tinggi dalam peletakan dasar yang kuat bagi tumbuh kembangnya iklim riset di kalangan kampus mereka.

      Contoh yang lain adalah perlakuan khusus Pemerintah Korea Selatan terhadap Seoul National University (SNU) dan KAIST (Korean Advanced Institute of Science and Technology) yang dijadikan lokomotif universitas di Korsel. Kendatipun telah menghasilkan riset-riset kelas dunia (termasuk pengkloning pertama domba di dunia) ternyata secara reguler SNU masih tetap menerima kucuran dana US$ 50 juta per tahun untuk keperluan risetnya dari Pemerintah Korea Selatan (Research Activities in SNU, 2003.6.17, Office of  Research Affairs, SNU). Begitu pula KAIST yang mendapat Research Grants per Professor sebesar 250 juta Won (sekitar Rp.15 milyar) per tahun 2003 dan ditargetkan meningkat menjadi 300 juta Won (lk Rp. 18 milyar) pada tahun 2010. Salah satu riset unggulan KAIST adalah berhasil dikomersialisasikannya hasil penelitian KAIST yakni leukemia treatment bernilai milyaran US dollar, (KAIST Vision 2010, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]).

      Bahkan MIT yang sudah demikian hebat performanya masih dikucuri dana investasi Pemerintah AS yakni 70% perolehan dana risetnya berasal dari Pemerintah Federal yang memberikan proyek-proyek riset dasar skala besar, sedangkan proyek riset lainnya berasal dari perusahaan-perusahaan industri multinasional dan organisasi nirlaba milik para filantropis kaya raya. Maka sudah sepatutnya Pemerintah Indonesia juga harus memberikan perhatian yang lebih besar masalah dana riset ini kepada universitas-universitas di Indonesia agar mereka mampu berkiprah lebih jauh bagi kemajuan Bangsa Indonesia.

      Tak mengherankan bila MIT pada tahun 1994 berdasarkan penelitian Boston Bank yang bertajuk. "MIT: The Impact of Innovation", telah berkontribusi luar biasa tidak hanya bagi AS tetapi juga bagi dunia. Para alumni MIT telah mampu membangun 4.000 perusahaan dengan "sales turnover" US$232 milyar, sehingga mereka mampu membuka kesempatan kerja bagi 1.100.000 orang di berbagai dunia. Pencapaian ini telah menempatkan MIT sama dengan kekuatan ekonomi dunia pada urutan ke 24 karena sales turnovernya setara 2 kali GDP Afrika Selatan yang besarnya US$ 116 milyar (MIT Graduates Have Started 4,000 Companies With 1,100,000 Jobs, $232 Billion in Sales in '94, [pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

      Suatu kalkulasi yang dilakukan MIT Technology Licensing Office menyebutkan bahwa Pemerintah AS memperoleh keuntungan kembali yang sangat tinggi atas dana investasi Pemerintah pada pembiayaan riset ilmiah di berbagai universitas dan lembaga riset. Sementara universitas, lembaga riset dan para inventornya hanya mendapatkan kurang dari 3% atas royalty dari hasil penjualan lisensi teknologinya. Sedangkan Pemerintah AS mendapatkan 15% dari hasil penjualan lisensi teknologi tersebut melalui "income taxes", "payroll taxes", "capital gains taxes" dan "corporate taxes". Serta jangan dilupakan Pemerintah AS mendapat keuntungan signifikan pula karena bebas menggunakan manfaat dari paten-paten tersebut (Kenneth D. Campbell, "TLO says government research pays off through $3 billion in taxes", MIT News Offices, April 15, 1998).

      Berkali-kali AS mengalami guncangan ekonomi karena terjadinya defisit APBN bahkan jauh melebihi pada angka psikologis US$500 milyar per tahun. Tetapi mereka selalu berhasil lolos dari krisis, dan dalam hal ini peranan kampus-kampus universitas dan lembaga riset tak bisa dibilang enteng. Mereka telah mampu memerankan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi, kata Presiden Yale University, Richard C. Levin dalam pidatonya di Tsinghua University, Beijing, Cina (Richard C. Levin, "The University As an Engine of Economic Growth", Tsinghua University, May 2001). 



Cardiyan HIS adalah pengamat pendidikan dan perkembangan kualitas institusi. Sehari-hari adalah President & CEO, SWI Group, Jakarta. ITB angkatan tahun 1973, Teknik Geodesi dan Geomatika.


Email:   [email protected]  dan [email protected]

Mobile: 08188 13154                 

Ahazveroz

Kutip1. Harvard University   
2. Stanford University   
3. Yale University   
4. California Institute of Technology   
5. University of California at Berkeley   
6. University of Cambridge   
7. Massachusetts Institute Technology   
8. Oxford University   
9. University of California at San Francisco   
10. Columbia University   
11. University of Michigan at Ann Arbor   
12. University of California at Los Angeles   
13. University of Pennsylvania   
14. Duke University   
15. Princeton Universitty   
16. Tokyo University   
17. Imperial College London   
18. University of Toronto   
19. Cornell University   
20. University of Chicago   
21. Swiss Federal Institute of Technology in Zurich   
22. University of Washington at Seattle   
23. University of California at San Diego   
24. Johns Hopkins University   
25. University College London

wah kampus gw masuk ;D
btw kalo soal hak paten dan hak cipta kayanya univ2 di indo harus mulai mengatur budget buat otak2 brilian di indo yang inovatif. karena tanpa wadah(univ) dan budget(anggaran dr univ atau pemerintah) tidak akan ada hasil kerja yang inventif dari para scholar kita

izumi

ko' ga ada yang dari indonesia yahhhhhhhhhhhhhh...................
emank apanya yang salah dengan pendidikan di indonesia????????

syx

Kutip dari: toubinx pada November 23, 2006, 01:11:35 AM
      Dari Asia Tenggara berdasarkan versi THES-QS Inggris, National University of  Singapore (NUS) melejit pada posisi 19. Indonesia menempatkan UGM masuk 100 besar untuk katagori Ilmu-ilmu Sosial yakni pada urutan 47, tetapi secara Total Skor Universitas, UGM masih terperosok pada posisi 270, masih dibawah Universitas Indonesia di no 250 dan ITB no. 258. 

      Dari Asia Tenggara berdasarkan versi Webometrics, kembali NUS menduduki no 3 pada "100 Top Asia Universities", setelah University of Tokyo dan Keio University, Jepang. Indonesia menempatkan ITB satu-satunya wakil yakni pada posisi no. 43 Asia (sebelumnya no. 49) dan no. 658 dunia (sebelumnya no. 707). UGM dan UI yang tak masuk "100 Top Asia Universities" masing-masing hanya berada pada no. 1.462 dan no. 1.895 dunia pada survey Webometrics per Januari 2006. Bahkan UGM dan UI akhirnya terlempar dari 3000 dunia pada survey Webometrics per Juli 2006.           
unair nomor berapa??!!! malah ga kesebut sama sekali...

reborn


eky

hmmm .. jadi malu, univ ku ga masuk .. hihi

Melnick

Kutip dari: reborn pada Juli 30, 2008, 10:21:02 PM
unair itu yayasan apa ??? ;D

universitas airlangga.. ckckck.. masa ga tau?  >:( ;D
"Crystals are like people, it is the defects in them which tend to make them interesting!" -Colin Humphreys.

@melissaniken ;D

ahmad fauzan

yang pasti indonesia mengandalkan ITB,UI,ama UGM yg dah di kenal negara laen....

mudah2an univ ntu msk lah setidaknya peringkat 1000 univ terbaik dunia....

heheheheh ;D ;D
[move]semua itu bisa asalkan kita terbiasa
[/move]

eky

walaupun univ kita cuma berada di peringkat 101, tapi mahasiswanya harus berusaha untuk mendapat peringkat nomor satu!!!!!!!!