Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 12:35:18 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 142
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 107
Total: 107

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Top 100 Global Universities

Dimulai oleh pinokio, November 15, 2006, 09:01:02 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Bernando

di pendidikan kita harus sudah mulai memasukkan kurikulum kewirausahaan...
sehingga kelak begitu lulus dapat berpikir untuk membuka perusahaan sendiri...

nah semakin banyak pengusaha/perusahaan maka dana untuk penelitian2 dapat dibiayai atau disponsori oleh perusahaan2 yang ada di negara ini...
Be the sustainable learner, because life is learning...

Hendy wijaya, MD

#106
yang dikhawatirkan nanti setelah ada mata kuliah kewirausahaan diperlukan lagi mata kuliah cara membuat kerajinan tangan, matkul cara mengelola uang dan menangkal utang, mata kuliah cara berpikir logis dan kreatif, matkul cara menanggulangi malas berusaha, matkul cara berpikir positif, matkul cara membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu dan lain-lain..
Yang kurang itu bukan pengetahuan cara berwirausaha bung, (kakek nenek kita, pedagang asongan, pedagang rokok yg ga pernah kuliah aja bisa berwirausaha) tapi kurang antusiasme, kurang mau berusaha, kurang mau berpikir, kurang kreativitas, kurang 'curiosity' dan kekurangan-kekurangan lain yang ada dalam diri anak didik sendiri. Saya rasa masing-masing kurikulum sudah didesain sedemikian rupa agar mencakup seluruh bahan yg diperlukan anak didik untuk menjadi bekal terjun ke dunia usaha. Kalau toh ternyata setelah lulus jadinya malah tambah bego, itu bukan salah kurikulumnya, tapi ada yg salah dengan anak itu..selama pendidikan nagapain aja?sudah ga jamannya kita kuliah dicekoki ilmu, kitalah yg harus aktif cari sendiri.

Bukankah mindset seperti membuka usaha sendiri sudah diterapkan sejak beberapa tahun lalu?Mindset itu dituangkan dalam bentuk pembuatan tugas akhir berupa proyek yang berorientasi praktis dan diharapkan menjadi bekal mahasiswa setelah lulus. Ada teman saya yg kuliah di salah satu PT swasta diminta membuat proyek yang bisa applicable sebagai tugas akhir, proyeknya dibikin asal-asalan, dan ga lulus-lulus..ujung2nya malah bingung cari kerja freelance padahal dana bukan kendala dalam keluarganya,(anak konglomerat)..Apa yg salah dengan ini semua?

Ada hasil penelitian di US yang menarik, mahasiswa yang memilki nilai tugas akhir tinggi, berkualitas adalah mahasiswa yang justru paling sedikit mendapatkan bimbingan selama mengerjakan tugas akhirnya, dengan 'terpaksa' mengerjakan sendiri mereka menjadi belajar mendalami semua sendiri, memahami semuanya, mendapatkan pengalaman penting yg bermakna, bukan hanya dicekoki ilmu, dibimbing sana-sini seperti bidak-bidak papan catur..
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Bernando

kenapa saya menagatakan ditambahnya mata kuliah kewirausahaan bukan semata hanya teori saja...tetapi memberikan rangsangan kepada mahasiswa untuk membuka usaha sendiri...ini hanya urusana motivasi...bukan malah dijejalin sama teori2 yang gak karuan gitu....
saya gak mengatakan secara detail mempelajarinya...tapi setidaknya pendidikan indonesia berperan memotivasi siswa untuk berwirausaha....
Be the sustainable learner, because life is learning...

Hendy wijaya, MD

motivasi tidak dijejalkan dari luar bung..tapi tumbuh dalam jiwa orang-orang yang mau memotivasi dirinya sendiri..
Motivasi tidak pernah datang dengan hanya diajarkan dan ditunggu untuk tumbuh, tapi kita yang harus mulai berusaha menggerakkan pikiran..semakin giat kita berusaha, motivasi muncul dengan sendirinya.

Lagipula dengan memberikan peraturan bahwa tugas akhir harus berupa poyek yang aplicable bukankah itu sudah merupakan salah satu bentuk peran pendidikan memotivasi siswanya untuk kreatif dan bisa membuka usaha di masyarakat?Mengenai bentuk proyek ya ga perlu dibimbing lagi..kita harus bisa berpikir sendiri dengan latar belakang pendidikan yang pernah kita tempuh dan pelajari untuk bisa membuat proyek yang berguna nantinya..Itupun saya rasa intervensi pendidikan sudah terlalu jauh, udah mulai mengintervensi jalan pikir kita..dasar siswanya aja banyak yang pada males2an..pingin duit cepet n gede tapi kemampuan minim n semangat tumpul..
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Bernando

akan jauh lebih baik jika ada yang memberikannya daripada cari sendiri terlepas dia termotivasi atau tidak...
Be the sustainable learner, because life is learning...

peregrin

#110
Kutip dari: Bernando pada Juli 02, 2010, 09:54:21 AM
di pendidikan kita harus sudah mulai memasukkan kurikulum kewirausahaan...
sehingga kelak begitu lulus dapat berpikir untuk membuka perusahaan sendiri...

nah semakin banyak pengusaha/perusahaan maka dana untuk penelitian2 dapat dibiayai atau disponsori oleh perusahaan2 yang ada di negara ini...

keknya perusahaan2 di negara ini ngga akan mau juga membiayai dana penelitian di universitas. Paling tidak ada 2 alasan utk ini. Pertama, ya riset di perusahaan2 di negara ini memang ngga jalan. Riset tidak dianggap sbg investasi jangka panjang yg bisa menguntungkan. Contohnya perusahaan2 farmasi di Indo, mana ada yg ngadain riset, kecuali utk bikin me-too product.
Kedua, kredibilitas peneliti2 di universitas memang tidak selalu diakui oleh perusahaan. Paling ngga ini impresi saya hasil ngobrol2 dg teman2 yg sudah bekerja di perusahaan, banyak yg menganggap mrk yg kerja di univ tuh susah maju. Bisa jadi ini case-per-case saja (kebetulan saya ngobrol dg orang2 yg salah kali). Tapi, melihat minimnya dana penelitian dan pendidikan di universitas, yg jangankan eksperimen, nyari artikel saja harus minta tolong sana sini, ya wajar sebenarnya kalo ada yg meragukan kualitas ilmuwan di universitas di indo.

Dulu dosen saya pernah bikin "joke". Dia nunjukkin satu jurnal internasional dan bilang inilah hasil kerja sama dg perusahaan A (kebetulan dia punya koneksi di sana). Kerja samanya: perusahaan A yg langganan jurnal, kita yg mem-foto copy  :)  Lucu kedengarannya waktu itu, satu kelas ngakak semua. Tapi sebenarnya ini ironis...

Di negara eropa skr lagi trend menggabungkan science dan business. Maksudnya peneliti2 di universitas diberi kemudahan utk membuat spin-off company utk memasarkan product hasil risetnya. Jadi peneliti diberi kemudahan utk mendapat pinjaman bank. Company bisa cuma terdiri dr bbrp orang saja, si profesor dan bbrp student misalnya. Dg begini, peneliti bisa mengusahakan sendiri dana yg mrk butuhkan utk melanjutkan riset mrk, yg mungkin tdk / belum cukup menarik utk didanai oleh perusahaan2 besar.
Seandainya di Indo ada juga semacam KPR, kredit penelitian rakyat  ;) utk mengembangkan lab...  ::)
Free software [knowledge] is a matter of liberty, not price. To understand the concept, you should think of 'free' as in 'free speech', not as in 'free beer'. (fsf)

Hendy wijaya, MD

@peregrin
Untuk masalah kerjasama antar pemerintah-peneliti-perusahaan itu merupakan ide yang cemerlang, jd penelitian yang dilakukan bisa lebih terorientasi, tepat sasaran dan memiliki daya guna baik jangka panjang ataupun jangka pendek, sostem semacam itu sudah diterapkan di negara-negara eropa, misalnya finlandia dan hasilnya, tidak ada lagi penelitian asal-asalan hany untuk dapat gelar.

Masalah pendanaan penelitian oleh perusahaan memang sangat tergantung dari visi si pemilik perusahaan, salah satu pemilik perusahaan farmasi yang former researcher bahkan mendirikan institut tersendiri yang memfasilitasi para peneliti. Ia pernah mengajukan permohonan pada pemerintah untuk memberi insentif bagi perusahaan farmasi yang mau mensponsori ataupun memfasilitasi para peneliti tapi hasilnya nihil..enakan dipakai makan bareng daripada meneliti kenapa umur tikus memanjang.. ;D ;D
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

Bernando

kalo saya sih melihatnya dari sisi perusahaan bahwa perusahaan lokal di negara kita belum mampu bersaing dengna perusahaan asing..
coba kita lihat hampir semua pasar di negara kita ini dikuasai oleh perusahaan asing..
so perusahaan lokal hanya bisa untuk menghidupi perusahaannya sendiri..
jangankan alokasi dana untuk penelitian untuk bertahan hidup aja udah terseok2..

dan yang jelas banyakan perusahaan lokal kita belum mengerti tentang sebuah penelitian2 yang dapat menghasilkan inovasi2 baru dan kreatif..
Be the sustainable learner, because life is learning...

peregrin

Kutip dari: Hendy wijaya, MD pada Juli 24, 2010, 01:33:28 PM
@peregrin
Masalah pendanaan penelitian oleh perusahaan memang sangat tergantung dari visi si pemilik perusahaan, salah satu pemilik perusahaan farmasi yang former researcher bahkan mendirikan institut tersendiri yang memfasilitasi para peneliti.

wah, info menarik nih  :) boleh tahu apa nama institute-nya?


Kutip dari: Bernando pada Juli 26, 2010, 10:27:12 AM
kalo saya sih melihatnya dari sisi perusahaan bahwa perusahaan lokal di negara kita belum mampu bersaing dengna perusahaan asing..
coba kita lihat hampir semua pasar di negara kita ini dikuasai oleh perusahaan asing..
so perusahaan lokal hanya bisa untuk menghidupi perusahaannya sendiri..

saya rasa banyak juga perusahaan lokal yg menguasai sebagian besar pasar dalam negeri ... contohnya ada salah satu perusahaan farmasi (lokal) yg bisa jadi perusahaan farmasi terbesar se-Asia Tenggara  ::)
Free software [knowledge] is a matter of liberty, not price. To understand the concept, you should think of 'free' as in 'free speech', not as in 'free beer'. (fsf)

Bernando

Kutip dari: peregrin pada Juli 27, 2010, 10:19:20 PM
Kutip dari: Bernando pada Juli 26, 2010, 10:27:12 AM
kalo saya sih melihatnya dari sisi perusahaan bahwa perusahaan lokal di negara kita belum mampu bersaing dengna perusahaan asing..
coba kita lihat hampir semua pasar di negara kita ini dikuasai oleh perusahaan asing..
so perusahaan lokal hanya bisa untuk menghidupi perusahaannya sendiri..

saya rasa banyak juga perusahaan lokal yg menguasai sebagian besar pasar dalam negeri ... contohnya ada salah satu perusahaan farmasi (lokal) yg bisa jadi perusahaan farmasi terbesar se-Asia Tenggara  ::)

memang ada persahaan yang besar..tetapi itu tidak merata di semua segi bisnis..
misalnya kita lihat di IT..
rata2 perusahaan2 manjual dan implementasi product dari luar seperti SAP, dkk..
Be the sustainable learner, because life is learning...

mamabilly

yang paling salah dari indo adalah : BANYAK TIKUS.
jadi pas mo dipake bwt pendidikan, eh udah abis duitnya..

Hendy wijaya, MD

Kutip dari: mamabilly pada Agustus 26, 2010, 09:50:45 AM
yang paling salah dari indo adalah : BANYAK TIKUS.
jadi pas mo dipake bwt pendidikan, eh udah abis duitnya..

Jawaban yang TEPAT, SINGKAT dan TEGAS.. ;D

@Peregrin
Nama institute nya Stem Cell & Cancer Institute (SCI)
Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentatio

zxcvb

ini peringkat universitas menurut saya :D:

I.   University of Cambridge 
II.  California Institute of Technology
III. Harvard University   
IV. Princeton University 
V.  University of California at Berkeley
VI. Oxford University 

laZr

standar dan metode penilaiannya?
dulunya 'bledug' sekarang udah jadi laZr ya...

Keep Moving Forward!!

mochasa

kenap cm 3 univ itu
mna yg laen????????

termasuk univ q jg, gda.

tp lumayan ci, d indo msh 10 bsr.