Gunakan MimeTex/LaTex untuk menulis simbol dan persamaan matematika.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 29, 2024, 05:05:02 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 134
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 141
Total: 141

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

HIDUP TANPA KEYAKINAN , BENAR-BENAR TANPA KEYAKINAN

Dimulai oleh excelboy, Juli 24, 2011, 04:21:58 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

topazo

semuanya nyata kok boss, mau itu kenyataan, mau itu khayalan, semuanya nyata....
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Pi-One

Kutip dari: MonDay pada Juli 25, 2011, 08:19:32 PM
Jika diri hanya khayalan lalu yang mana kenyataan?
Fakta bahwa yang kita anggap kenyataan adalah tidak nyata, itulah kenyataan. :)

topazo

Kayaknya pandangan saya sama Boss Pi-One berkebalikan hehehehe...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

semut-ireng

Cogito ergo sum,  aku berpikir maka aku ada ............kayaknya sudah basi dan harus ditinggalkan.   Itu sejak awal,  pada abad-17 juga,  sudah ditentang keras oleh Blaise Pascal.

Kalo saya,  pake  :  Aku merasa,  maka aku ada.   

topazo

Ngomong2 saya gak ngerti tentang penentangan cogito ergo sum... Bisa tolong dijelaskan gak...
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

semut-ireng

Garis besarnya,  dengan cogito ergo sumnya,  Descartes mendobrak pemikiran kolot di zamannya,  dimana orang memandang suatu kebenaran itu semata-mata dari kitab suci,  dan peran akal dikesampingkan,  sehingga alam pemikiran tidak berkembang.   Descartes menyerukan agar manusia menggunakan akalnya,  karena akal itulah yang menentukan masa depan kehidupan manusia.  Boleh dikatakan,  rasionalisme yang dikembangkan Descartes adalah rasionalisme yang memberi bobot berlebih-lebihan terhadap akal.

Tidak lama setelah Descartes meninggal,  muncul Blaise Pascal dengan pemikirannya,  bahwa dengan menggunakan akal saja,  manusia tidak mungkin dapat memecahkan masalah2 kehidupan kemanusiaan.   Bagi Pascal,  hati / budi nurani manusia lebih penting.

"  Le couer a ses raison ne connait point (Hati mempunyai alasan-alasan yang tidak dimengerti oleh rasio) adalah ungkapan Pascal yang sangat terkenal.[1] Dengan pernyataan ini Pascal tidak bermaksud menunjukkan bahwa rasio dan hati itu bertentangan.[1] Hanya saja menurut Pascal, rasio atau akal manusia tidak akan sanggup untuk memahami semua hal.[2] Baginya "hati" (Le couer) manusia adalah jauh lebih penting.[2] "

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

MonDay

#21
Kutip dari: topazo pada Juli 25, 2011, 08:33:53 PM
semuanya nyata kok boss, mau itu kenyataan, mau itu khayalan, semuanya nyata....
jika semua kenyataan yang mana disebut khayalan?

Kutip dari: Pi-One pada Juli 25, 2011, 09:45:50 PM
Fakta bahwa yang kita anggap kenyataan adalah tidak nyata, itulah kenyataan. :)
kosong itu ada ada itu kosong, gitu ya :)

Kutip dari: topazo pada Juli 26, 2011, 06:03:20 AM
Kayaknya pandangan saya sama Boss Pi-One berkebalikan hehehehe...
pemahaman topazo dan pi berbanding terbalik, lalu yang mana benar?

topazo

@semut-ireng: Menurut saya, hati adalah bagian dari akal... Akal bukan hanya rasio, bukan hanya logika, tapi juga naluri dan kebenaran sejati. "Hati kecil" adalah sejenis software di dalam otak yang bisa mengambil alih rasio dan logika... Jadi cogito ergo sum masih berlaku bagi saya...
@Monday: Gak ada yang salah, sama seperti "gelas setengah isi atau setengah kosong"...

Dalam pandangan saya... Pada saat kita bermimpi, kita tidak tahu kita lagi bermimpi, maka mimpi itu adalah nyata... Kegembiraan yang nyata, ketakutan yang nyata, gairah yang nyata... Lalu kita terbangun... Itu juga kenyataan, kehidupan yang nyata... Lalu kita mati di dunia ini... Itu juga kenyataan (kenyataan bagi sanak famili kita), karena otomatis kita tidak bisa merasakan "kenyataan" di dunia ini... Bagi orang yang percaya pada kehidupan sesudah kematian, maka kita memulai lagi "kenyataan" di kehidupan itu... Bagi orang yang bilang bahwa setelah kita mati maka kita benar2 "mati", berarti kenyataan tentang eksistensi diri kita dibagi2 ke sanak famili dan sahabat...

Kalau menurut Pi-One, semua itu khayalan, baik mimpi, kehidupan nyata, hidup, mati, bahkan "aku" pun tidak ada, semuanya adalah semu...

(tuh kan, semakin ke filosofi dan agama...)
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

semut-ireng

Boss Topazo,  gak salah kok anda bilang cogito ergo sum masih berlaku,  asal jangan berlebih-lebihan saja.   Apa yang diserukan oleh Pascal pada abad-17,  sudah diajarkan oleh Imam al-Ghazali pada abad-11,  pada penjelasannya tentang ' dzauq '  atau cita rasa batiniah.   Boleh dibilang bahwa pandangan Pascal mirip dengan ajaran al-Ghazali :  hati / budi nurani diibaratkan sebagai Raja,  akal diibaratkan sebagai Wasir / Perdana Menteri.

Dan kita,  bangsa Indonesia,  juga punya ajaran seperti itu  :  keseimbangan Cipta-Rasa-dan Karsa...................