Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Maret 28, 2024, 09:56:04 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 116
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 136
Total: 136

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Neo-colonialism in Bali

Dimulai oleh peregrin, Februari 14, 2008, 03:11:51 AM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

peregrin

Sebuah opini yg menarik  :)

penulisnya mengkritisi tulisan di buku2 panduan perjalanan yang seolah2 mengharapkan rakyat Bali terus mempertahankan kehidupan tradisional mereka demi memuaskan para turis, padahal kemajuan teknologi dan tuntutan jaman mau tidak mau merubah gaya hidup.

KutipTo me this sort of attitude [tulisan2 di buku panduan perjalanan tsb] translates into -

    “You are Balinese. You have a rich traditional culture. We are tourists who bring money. We don’t want to see you sitting around watching television. We are coming to your country to experience “The East”. If you sit around watching television, you are victims of the West. Go…get back into your traditional costumes and play us some gamelan music.”

Related to this emerges the -

    “We consider you to be wonderful, generous, peace-loving people. We can’t have you being exposed to western technology which will bring out your badness… (we will study your country for you, using our paradigms and theories, we will preserve your language if you can’t or don’t want to, we will decide where you sit on the morality spectrum…)”

KutipIt is unfortunate that tourism has brought this about. It is unfortunate that the West has come to view Bali as “Paradise”. Do the Balinese see it as Paradise? Does the struggling rice farmer contending with water shortages and hotel development see it as Paradise? Does anyone see their own land as Paradise?


Diskusi para komentatornya juga menarik  :D

KutipTourism is kind of cultural voyeurism really. I am shocked to know that the way of people dealing with poverty can be an object of voyeurism, or to some extent, contesting their philanthropic idea.

KutipWhat are the costs and benefits to various parties of gradually transforming a society into a living theme park?


Kutipan sepotong2 di atas kayanya ga menjelaskan isi tulisannya ya  ;D  Baca selengkapnya langsung di situsnya aja ya  ;)

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Free software [knowledge] is a matter of liberty, not price. To understand the concept, you should think of 'free' as in 'free speech', not as in 'free beer'. (fsf)

bupunsu

Bali sudah mulai menjadi ladang subur untuk memutar uang bagi investor luar negeri maupun dalam negeri. Mereka memanfaatkan budaya dan ketrampilan masyarakat Bali untuk memutar uang dalam jumlah milyaran. Banyak keluhan dari teman-teman yang asli Bali, bahwa pada akhirnya orang Bali akan menjadi satpam, tukang parkir, penjual makanan, dan tidak akan menjadi pemilik hotel maupun restoran raksasa di wilayahnya sendiri.
Bukan sekedar neo-kolonialisme tetapi juga neo-kapitalisme yang muncul di sana, bahkan birokrat -kapitalisme juga berkembang subur.

bupunsu

Pulau Bali sudah menjadi ladang subur untuk memutar uang bagi investor asing maupun dalam negeri. Kelkuhan dari teman-teman yang asli Bali, suatu saat orang Bali hanya akan menjadi satpam, tukang parkir, penjaja makanan di negerinya sendiri, tak mungkin menjadi pemilik hotel mewah yang berderet-deret di Kuta maupun Sanur.
Bahkan pantai sudah dikapling oleh berbagai resor-resor perhotelan, padahal pantai  itu milik publik. Kapitalisme sudah merambah Bali, bukan sekedar neo-kolonialisme

ninja_sakti

Intinya mah bakal kejadian kayang yang dah pernah-pernah (Papua, Aceh..)
Pribumi jadi kacung, dianggap sebagai inlander saja. Tapi ya mau bagaimana lagi,
toh kita semua yang ada di sini kan korban2 kapitalis juga...

lem

ditambah lagi prilaku pribumi yang lebih memberikan perhatian/service lebih kepada turis internasional dibandingkan turis lokal... makin klop...
Dengan lem kita rekatkan persatuan dan kesatuan.....

mozzpunkz

yakinlah bro segala sesuatunya akan berubah, apalagi dengan namanya Gaya Hidup, ya pasti berubah lah...kalau masalah orang bali mau mempertahankan atau tidak gaya hidupnya, itu hak mereka, tapi yg jelas lambat laun pasti akan berubah dengan sendirinya...
Masalah colonialism yeee...susah ngebahasnya..kalau yg satu ini udah buday kali yee di  negara ini, mungkin inilah yg susah berubah...wakakaakakakkaa ;D :D
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.