Wah, keseringan dipanggil puh jadi ngerasa tua nih. biasa aja lah.
Zenernya berfungsi untuk melindungi op-amp, jadi masangnya sebelum op-amp.
Untuk mengukur tegangan dan arus AC memang ada dua pilihan, yaitu mengubahnya menjadi DC secara analog (hardware, menggunakan penyearah instrumentasi plus low pass filter) atau secara software (membaca nilai sesaatnya secara berulang-ulang dengan sampling rate yang cukup tinggi, kemudian melakukan perhitungan). Masing-masing cara memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-sendiri.
Kalau pakai hardware secara analog, keuntungannya softwarenya menjadi sederhana, tinggal baca nilai ADC seolah-olah membaca nilai tegangan DC biasa. Namun masih memerlukan perkalian dengan faktor koreksi tertentu. Kerugiannya antara lain kurang fleksibel. Dengan cara ini, yang sebenarnya dibaca adalah rata-rata dari nilai absolute tegangan input. Untuk mendapatkan tegangan efektif/rms diperlukan faktor koreksi sesuai bentuk gelombangnya. Masalah ini pernah saya bahas di topik lain. Silakan dicari

Kalau pakai software, keuntungannya hardwarenya menjadi sederhana. Untuk mengukur tegangan DC maupun AC digunakan rangkaian yang sama. Keuntungan lain, informasi yang akan ditampilkan bisa lebih lengkap, misalnya bisa menambahkan nilai frekuensi, tegangan maksimum/minimum, nilai rata-rata , nilai rata-rata mutlak, maupun nilai true rms. Kerugiannya, softwarenya menjadi lebih rumit. Dengan metode ini, sampling ratenya harus lebih tinggi daripada frekuensi tegangan/arus yang diukur, minimal 10 kalinya agar diperoleh nilai efektif yang cukup akurat, sesuai bentuk gelombang aslinya.
IMO, karena memang direncanakan untuk memakai mikrokontroller, sebaiknya menggunakan metode software agar bisa mengoptimalkan pemakaian mikrokontroller tersebut. Ini akan membawa tantangan tersendiri di sisi pemrogramannya.
Kalau pakai metode hardware, mikrokontrollernya cuma dimanfaaatkan untuk mengkonversi nilai biner yang dikeluarkan oleh ADC menjadi kode BCD untuk display (LCD atau 7 segment LED), sehingga terasa agak mubazir.