Member baru? Bingung? Perlu bantuan? Silakan baca panduan singkat untuk ikut berdiskusi.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Desember 03, 2024, 06:12:47 PM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 42
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 45
Total: 45

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

Pertambangan - sebuah pekerjaan nista?

Dimulai oleh bupunsu, Agustus 28, 2008, 01:41:04 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

bupunsu

Saat ini pertambangan batubara di Indonesia  meningkat pesat luar biasa, terutama di Kalimantan. Akibatnya: kerusakan lingkungan juga luar biasa, reklamasi areal penambangan sangat keteteran, bahkan nyaris tak dilakukan. Lihat saja tambang Freeport di Irian/Papua, tadinya bukit gunung menjulang kini berubah menjadi kubangan raksasa. Berapa milyar ton materila tanah yang dikeduk dan terbuang atau dipindahkan? Apakah hal itu tidak mengganggu kestabilan kerak bumi? Akibatnya banyak terjadi gempa di Indonesia, setidaknya semakin sering, frekuensinya bertambah, periodenya makin mendekat.
Begitu pula kasus lumpur Lapindo Sidoarjo, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para ahli pertambangan, perminyakan.
Di beberapa negara maju, termasuk Australia dan Muangthai, reklamasi tambang langsung dilakukan beriringan dengan proses penambangan. Di Indonesia justru banyak di abaikan. Reklamasi seharusnya menjadi tugas dan kewajiban perusahaan yang menambang, jangan malah cuma memberi iuran kepada pemerintah dan uangnya dikorupsi.
Bagaimana dengan masalah energi? Sebaiknya kita memakai energi renwable semaksimal mungkin, seperti energi surya, energi angin, energi gelombang lautan (padahal indonesia ini 70% wilayahnya berupa lautan), energi panasbumi dsbnya. jadi energi fosil harus sebanyak mungkin ditinggalkan.
Bagaimana masalah kompor di-rumah? bisa pakai energi biogas, atau serbuk gergaji, atau pakai energi matahari yang disalurkan lewat serat optik. Di Jepang, cahaya matahari sudah dapat di salurkan lewat serat optik. Katanya serat optik mahal, ya memang mahal buat negara miskin seperti kita, karena duitnya banyak yang dikorupsi untuk kepentingan pribadi. Kalau uang Rp 1 trilyun dibagikan kepada 10.000 orang, maka masing-masing bisa mendapat Rp 100 juta, bisa untuk membetulkan rumah yang reyot-reyot itu, bukan buat beli motor atau mobil ...
Tapi ... yaaahhh .. ini cuma pikiran orang kecil, yang hidup dialam gua batu, tidak berkuasa .. jadi jangan menyesal jadi rakyat gembel ... nanti malah hidup menjadi menderita batin ... ::)

suntzu

yang mw diangkat judulnya ato masalah korupsinya ni ??  ???

bluesky

nista...

yah kalo diliat dari segi pengrusakan lingkungan memang iyah. Reklamasi yang keteteran dan korupsinya disana sini yang harus dibenerin.

tapi buat orang-orang kecil dan orang2 biasa yang kerja di pertambangan, itu bukan nista, malah pintu rejeki buat mereka. Kebayang berapa juta penambahan pengangguran yang udah berjuta2 itu kalo gak ada pertambangan. Trus sudah tau kan kalo salary di pertambangan besar, kalo gak ada pertambangan bisa ruwet pendapatan perkapita.

Menurutku, yang harus dibetulin adalah SISTEM nya, bukan menghujat pekerjaan nya, banyak loh orang kecil yang kerja di pertambangan. MOU antara pemerintah dengan perusahaan pertambangan yang harus dibenerin. Reklamasi, reklamasi dan reklamasi. Yang dituntut pemerintah cuma duit royalti dari batubara, tuntutan buat mereka benerin ekosistem gak ada.

Rencananya saya akan naik ke Kalimantan, semoga bisa sedikit membawa perubahan ekosistem di sana, bisa ancur tuh paru-paru dunia di borneo kalo gak direklamasi. Nanti temen2 ForSa bantu yah...
Beneran nih yah...

Dan kalo dibilang nista, bukannya pabrik-pabrik yang mencemari lingkungan juga nista om...? Bukannya pns-pns yang koruptor itu juga nista?  ;)
;D

wekekekekekek...

Sebagai orang yang science dan logis...be challengemaker, bukan jadi malah berkata "pekerjaan ini nista, pekerjaan itu nista",
yuks kita hemat bbm, buang sampah dipilih-pilih dulu...nah itu lebih bagus kan? :)

Sorry demory kalo sedikit 'galak' ;D, mungkin judulnya kali yang serem jadi akunya sedikit galak hahahahahahaha....
yang suka di lab silahkan masuk ke...

[pranala luar disembunyikan, sila masuk atau daftar.]

Fiyu

"Berapa milyar ton material tanah yang dikeduk dan terbuang atau dipindahkan? Apakah hal itu tidak mengganggu kestabilan kerak bumi? Akibatnya banyak terjadi gempa di Indonesia, setidaknya semakin sering, frekuensinya bertambah, periodenya makin mendekat."

maaf sedikit koreksi,, kerak bumi tidak akan stabil, karena lapisan terluar bumi ini akan selalu bergerak dinamis karena pengaruh arus konveksi di bawahnya yaitu lapisan asthenosfer (teori arus konveksi), dan proses ini telah terjadi sejak bumi terbentuk hingga sekarang, sehingga dinamika tektonik ini sangat sedikit kemungkinanya dipengaruhi oleh faktor penambangan atau pemindahan massa di dalam kerak bumi. yang ada, tektonik inilah yang membentuk endapan2 mineral atau resevoir minyak yang akan di eksplorasi.

dan soal gempa yang terjadi di indonesia,
wilayah indonesia merupakan zona tumbukan 3 lempeng besar dimana 2 diantaranya masih intensif bergerak dalam skala waktu geologi, dan itu akan menghasilkan resultan2 gempa yang frekuensi dan intensitasnya sulit untuk di analisa polanya bertambah atau berkurang,,, soal frekuensi nya akhir2 ini, mungkin sudah waktu hal tersebut terjadi.

dan saya setuju dengan renewable energi yang ramah lingkunganya, mungkin suatu ketika scientist pembaca bisa menciptakan inovasi baru dalam hal ini,,,[/justify][/justify]

kurapnaga

Kutip dari: bupunsu pada Agustus 28, 2008, 01:41:04 PMApakah hal itu tidak mengganggu kestabilan kerak bumi? Akibatnya banyak terjadi gempa di Indonesia, setidaknya semakin sering, frekuensinya bertambah, periodenya makin mendekat.

maaf yah

saya jurusan perminyakan, disini juga belajar tentang geologi dan pernah juga ada pengantar geofisika

tidak ada hubungannya kegiatan pertambangan dengan gempa yg bupunsu maksud

karena gempa yg terjadi di indonesia itu akibat aktifitas lempengan tektonik (Skalanya luas)

aktifitas pertambangan tidak menyumbang dalam hal ini (Jika menghasilkan gempa, skalanya regional)

KutipBegitu pula kasus lumpur Lapindo Sidoarjo, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para ahli pertambangan, perminyakan.

yang salah bukan ahli perminyakannya

tapi manajemen lapindo yang memutuskan tidak menggunakan casing untuk menekan pengeluaran

Penggunaan casing merupakan sudah menjadi SOP dalam perminyakan

tentunya para ahli pemboran memahami hal ini

jadi ini bukan pelajaran bagi ahli pemboran, tapi manajemen perusahaan migas

KutipDi beberapa negara maju, termasuk Australia dan Muangthai, reklamasi tambang langsung dilakukan beriringan dengan proses penambangan. Di Indonesia justru banyak di abaikan.

di Indonesia karena birokrasinya rusak makanya banyak perusahan low budget yg mengolah tambang batubara dan tanpa adanya pengawasan yg benar, yg ada dijamin fiktif
Kutip
Reklamasi seharusnya menjadi tugas dan kewajiban perusahaan yang menambang, jangan malah cuma memberi iuran kepada pemerintah dan uangnya dikorupsi.

salahkan aparat dan pihak perusahan low budget
Kutip
Bagaimana dengan masalah energi? Sebaiknya kita memakai energi renwable semaksimal mungkin, seperti energi surya,

untuk memanfaatkan energi surya dibutuhkan wilayah yg luas, jadi sepertinya tidak cocok digunakan di negara yg jumlah penduduknya banyak

Kutipenergi angin,

penggunaan energi angin menyebabkan kebisingan

Kutipenergi gelombang lautan (padahal indonesia ini 70% wilayahnya berupa lautan)

yg terpenting adalah kekuatan ombaknya

Kutip, energi panasbumi dsbnya.

energi panas bumi ini adalah energi yg paling menarik bagi investor dari segi keuntungan yg diperoleh

tapi yang membuatnya tidak menarik adalah birokrasi Indonesia

dalam dunia geothermal ada pembangkit yg namanya wellhead generating unit, instalasinya hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 bulan sedangkan pembagkit biasa membutuhkan waktu bertahun-tahun mulai dari pemesanannya.

Maksud orang menggunakan wellhead generating unit adalah agar dapat dengan cepat memanfaat potensi sumur panas bumi, dan karena dayanya juga tidak besar jadi dapat digunakan oleh pengusaha lokal yang memiliki dana terbatas, tapi sayangnya kita memilki birokrasi yang luar biasa, untuk sampai di bea cukai aja butuh hitungan tahun baru sampai. Oleh sebab itu panas bumi menjadi tidak menarik di Indonesia.

KutipBagaimana masalah kompor di-rumah? bisa pakai energi biogas,

bagus itu

Kutipatau serbuk gergaji,

ini malah emisinya kotor

Kutipatau pakai energi matahari yang disalurkan lewat serat optik. Di Jepang, cahaya matahari sudah dapat di salurkan lewat serat optik. Katanya serat optik mahal, ya memang mahal buat negara miskin seperti kita, karena duitnya banyak yang dikorupsi untuk kepentingan pribadi. Kalau uang Rp 1 trilyun dibagikan kepada 10.000 orang, maka masing-masing bisa mendapat Rp 100 juta, bisa untuk membetulkan rumah yang reyot-reyot itu, bukan buat beli motor atau mobil ...

salahkan aparat

heru.htl



Kutipatau pakai energi matahari yang disalurkan lewat serat optik. Di Jepang, cahaya matahari sudah dapat di salurkan lewat serat optik. Katanya serat optik mahal, ya memang mahal buat negara miskin seperti kita, karena duitnya banyak yang dikorupsi untuk kepentingan pribadi. Kalau uang Rp 1 trilyun dibagikan kepada 10.000 orang, maka masing-masing bisa mendapat Rp 100 juta, bisa untuk membetulkan rumah yang reyot-reyot itu, bukan buat beli motor atau mobil ...

salahkan aparat

Boro-boro pejabat mikir kabel serat optik, mikir kabel listrik jaringan PLN sampai hari ini saja tidak becus, kerugian distribusi energi listrik 40% diakibatkan masalah perkabelan buruk di Indonesia (bahkan stok kabel di gudang2 PLN sering "dijual-belikan" oleh "oknum pegawai PLN"!).

Masalahnya, negara kita terlalu banyak diatur para oprtunis yang bego + blank terhasap ilmu teknologi.

Masalah utama === perang dingin para serjana SOS vs sarjana teknik, SARJANA SOS banyak yang berpikir KORUP (suka main pangkas anggaran, spekulasi fatal) sedangkan Sarjana Teknik sejujurnya saja disiplin dan benci spekulasi karena spekulasi bertentangan dengan disiplin implementasi teknologi jadi... tau ah gelap, Indonesia sekali broken ya tetap broken, sangat sulit menerapkan teknologi tepat guna untuk solusi krisis energi bangsa Indonesia, selama para oportunis interfer dalam urusan ini.



Monox D. I-Fly

Kutip dari: Fiyu pada Desember 16, 2009, 10:57:02 PM
maaf sedikit koreksi,, kerak bumi tidak akan stabil, karena lapisan terluar bumi ini akan selalu bergerak dinamis karena pengaruh arus konveksi di bawahnya yaitu lapisan asthenosfer (teori arus konveksi), dan proses ini telah terjadi sejak bumi terbentuk hingga sekarang, sehingga dinamika tektonik ini sangat sedikit kemungkinanya dipengaruhi oleh faktor penambangan atau pemindahan massa di dalam kerak bumi. yang ada, tektonik inilah yang membentuk endapan2 mineral atau resevoir minyak yang akan di eksplorasi.

dan soal gempa yang terjadi di indonesia,
wilayah indonesia merupakan zona tumbukan 3 lempeng besar dimana 2 diantaranya masih intensif bergerak dalam skala waktu geologi, dan itu akan menghasilkan resultan2 gempa yang frekuensi dan intensitasnya sulit untuk di analisa polanya bertambah atau berkurang,,, soal frekuensi nya akhir2 ini, mungkin sudah waktu hal tersebut terjadi.
Kutip dari: kurapnaga pada Desember 22, 2009, 07:41:02 PM
tidak ada hubungannya kegiatan pertambangan dengan gempa yg bupunsu maksud

karena gempa yg terjadi di indonesia itu akibat aktifitas lempengan tektonik (Skalanya luas)

aktifitas pertambangan tidak menyumbang dalam hal ini (Jika menghasilkan gempa, skalanya regional)
Iya nih... TS ni kayaknya dikit-dikit nyalahin pihak pertambangan... Jadi inget zaman Pak SBY dulu, banyak terjadi bencana alam terus Pak SBY yang disalahin, emang ada hubungannya???
Gambar di avatar saya adalah salah satu contoh dari kartu Mathematicards, Trading Card Game buatan saya waktu skripsi.