Selamat datang di ForSa! Forum diskusi seputar sains, teknologi dan pendidikan Indonesia.

Welcome to Forum Sains Indonesia. Please login or sign up.

Oktober 09, 2024, 11:56:36 AM

Login with username, password and session length

Topik Baru

Artikel Sains

Anggota
Stats
  • Total Tulisan: 139,653
  • Total Topik: 10,405
  • Online today: 136
  • Online ever: 1,582
  • (Desember 22, 2022, 06:39:12 AM)
Pengguna Online
Users: 0
Guests: 39
Total: 39

Aku Cinta ForSa

ForSa on FB ForSa on Twitter

bola lampu bekas

Dimulai oleh azzkirananta, Desember 31, 2010, 02:38:59 PM

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

azzkirananta

Sejalan dengan kemajuan teknologi yang demikian pesat maka terciptalah produk-produk teknologi yang demikian beragam, diantaranya adalah bola lampu sebagai penerangan di alam kita ini.
Banyak ditawarkan produk-produk bola lampu yang menitik beratkan pada keawetan dan hemat energi, tetapi di sisi lain tidak sedikit pula akibat buruk, terutama kepada lingkungan, dampak produk-produk tersebut.
Bola lampu fluoresen lebih hemat energi dan lebih awet dibandingkan bola lampu biasa. Suatu data menunjukkan dengan hasil cahaya yang sama, untuk pemakaian 5 jam bola lampu fluoresen hanya membutuhkan listrik 25,5 kWH sedangkan bola lampu biasa 109,5 kWH. Usia rata-rata bola lampu fluoresen 10.000 jam sedangkan bola lampu biasa 1.500 jam.

Tetapi dari hal positif tersebut di atas, ada sesuatu yang menghawatirkan, ternyata bola lampu fluoresen menggunakan uap air raksa dan fosfor, ketika dialiri listrik elemen ini saling bereaksi menimbulkan cahaya dengan hanya sedikit melepas panas. Nah ..... uap air raksa inilah, walaupun konsentrasinya rendah, bila penanganan pembuangan tidak dilakukan dengan benar dapat merusak lingkungan.

Beberapa sumber mengatakan, bila pembuangan bola lampu fluoresen tidak dilakukan dengan benar dapat menyebabkan air raksa terlepas ke udara atau meresap ke tanah. Pada akhirnya karena proses alam, air raksa tersebut akan masuk ke dalam air, proses biologi akan mengubahnya menjadi racun berbahaya yang dapat bertahan lama.
Air raksa dalam air diubah oleh bakteri menjadi metilmerkuri, semacam racun yang akhirnya menumpuk pada binatang (ikan) dan yang mengkonsumsi ikan. Umumnya manusia akan teracuni air raksa akibat mengkonsumsi ikan yang tercemar dengan tanda-tanda keracunan: mati rasa pada bagian lengan dan kaki, berkurangnya daya ingat, pendengaran dan penglihatan serta akibat-akibat lainnya.

Itulah kenyataan yang harus kita hadapi, barangkali para FS bisa sumbang saran, bagaimana mengurangi dampak negatif akibat bola lampu fluoresen yang sudah tidak terpakai, dan harus di buang