Apakah hal itu tidak mengganggu kestabilan kerak bumi? Akibatnya banyak terjadi gempa di Indonesia, setidaknya semakin sering, frekuensinya bertambah, periodenya makin mendekat.
maaf yah
saya jurusan perminyakan, disini juga belajar tentang geologi dan pernah juga ada pengantar geofisika
tidak ada hubungannya kegiatan pertambangan dengan gempa yg bupunsu maksud
karena gempa yg terjadi di indonesia itu akibat aktifitas lempengan tektonik (Skalanya luas)
aktifitas pertambangan tidak menyumbang dalam hal ini (Jika menghasilkan gempa, skalanya regional)
Begitu pula kasus lumpur Lapindo Sidoarjo, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para ahli pertambangan, perminyakan.
yang salah bukan ahli perminyakannya
tapi manajemen lapindo yang memutuskan tidak menggunakan casing untuk menekan pengeluaran
Penggunaan casing merupakan sudah menjadi SOP dalam perminyakan
tentunya para ahli pemboran memahami hal ini
jadi ini bukan pelajaran bagi ahli pemboran, tapi manajemen perusahaan migas
Di beberapa negara maju, termasuk Australia dan Muangthai, reklamasi tambang langsung dilakukan beriringan dengan proses penambangan. Di Indonesia justru banyak di abaikan.
di Indonesia karena birokrasinya rusak makanya banyak perusahan low budget yg mengolah tambang batubara dan tanpa adanya pengawasan yg benar, yg ada dijamin fiktif
Reklamasi seharusnya menjadi tugas dan kewajiban perusahaan yang menambang, jangan malah cuma memberi iuran kepada pemerintah dan uangnya dikorupsi.
salahkan aparat dan pihak perusahan low budget
Bagaimana dengan masalah energi? Sebaiknya kita memakai energi renwable semaksimal mungkin, seperti energi surya,
untuk memanfaatkan energi surya dibutuhkan wilayah yg luas, jadi sepertinya tidak cocok digunakan di negara yg jumlah penduduknya banyak
energi angin,
penggunaan energi angin menyebabkan kebisingan
energi gelombang lautan (padahal indonesia ini 70% wilayahnya berupa lautan)
yg terpenting adalah kekuatan ombaknya
, energi panasbumi dsbnya.
energi panas bumi ini adalah energi yg paling menarik bagi investor dari segi keuntungan yg diperoleh
tapi yang membuatnya tidak menarik adalah birokrasi Indonesia
dalam dunia geothermal ada pembangkit yg namanya wellhead generating unit, instalasinya hanya membutuhkan waktu kurang dari 3 bulan sedangkan pembagkit biasa membutuhkan waktu bertahun-tahun mulai dari pemesanannya.
Maksud orang menggunakan wellhead generating unit adalah agar dapat dengan cepat memanfaat potensi sumur panas bumi, dan karena dayanya juga tidak besar jadi dapat digunakan oleh pengusaha lokal yang memiliki dana terbatas, tapi sayangnya kita memilki birokrasi yang luar biasa, untuk sampai di bea cukai aja butuh hitungan tahun baru sampai. Oleh sebab itu panas bumi menjadi tidak menarik di Indonesia.
Bagaimana masalah kompor di-rumah? bisa pakai energi biogas,
bagus itu
atau serbuk gergaji,
ini malah emisinya kotor
atau pakai energi matahari yang disalurkan lewat serat optik. Di Jepang, cahaya matahari sudah dapat di salurkan lewat serat optik. Katanya serat optik mahal, ya memang mahal buat negara miskin seperti kita, karena duitnya banyak yang dikorupsi untuk kepentingan pribadi. Kalau uang Rp 1 trilyun dibagikan kepada 10.000 orang, maka masing-masing bisa mendapat Rp 100 juta, bisa untuk membetulkan rumah yang reyot-reyot itu, bukan buat beli motor atau mobil ...
salahkan aparat